Share

Bab 7

Author: Naiynana
last update Last Updated: 2025-10-10 12:50:50

“Katakan padaku! Apa maumu? Kenapa terus mengikuti dengan senyum aneh itu?” Suara Hamish tegas dan galak. Biasanya, tatapan seperti itu membuat semua pelayan ketakutan.

Kalea memang gentar, tapi tekadnya lebih besar.

“Tuan, saya menunggu Anda pulang,” jawabnya dengan senyum yang tetap merekah.

“Kenapa menungguku?” Hamish berjalan ke sofa, lalu duduk dengan kaki bersilang.

Kalea mendekat, berdiri di depannya.

“Hasil tes kesehatan saya tidak terlalu serius—”

“Ya, aku tahu. Dokter sudah menghubungiku,” potong Hamish datar.

“Ah, begitu.” Kalea mengangguk kecil. “Saya juga ingin mengucapkan terima kasih karena Tuan sudah memberi saya pakaian yang sangat cantik.”

“Tidak perlu berterima kasih. Aku tahu kamu datang kesini tanpa membawa apa pun. Aku hanya tak ingin citraku buruk jika ada yang melihat orangku pergi ke rumah sakit dengan piyama kedodoran yang diikat karet.” Hamish berkata dengan raut datar. Pria itu bersedekap menatap Kalea yang masih tetap tersenyum.

“Tetap saja, saya berterima kasih atas kemurahan hati Tuan. Saya berjanji akan bekerja lebih keras dan mengabdi pada Tuan dengan sepenuh hati.” Kalea berucap penuh semangat.

Hamish mendengkus.

“Apa sesenang itu?”

“Tentu saja. Saya tidak punya pakaian lagi, dan semua yang Tuan beri adalah rancangan Celestine Marvella. Saya bahkan tidak pernah berani bermimpi bisa mengenakannya.” Kalea tersenyum lebar, menunjuk pakaian rumahan yang tengah dipakainya.

Hamish mengerutkan dahi. “Kamu tahu Celestine Marvella?”

Kalea mengangguk cepat. “Saya memang suka menggambar desain baju sejak kecil. Dulu, saya bermimpi ingin seperti Celestine Marvella. Saya belajar dari menciang ibu saya. Beliau adalah penjahit rumahan yang sering membuat rancangan sendiri. Meski hanya seorang penjahit rumahan, tapi wawasan beliau soal dunia desainer cukup banyak. Dari ibu saya, saya mengenal beberapa perancang terkenal, termasuk Celestine Marvella.”

Hamish mengangguk singkat.

"Sekali lagi terima kasih, Tuan."

“Jadi, kamu menungguku sampai larut hanya untuk berterima kasih?”

“Iya, Tuan.”

Hamish tiba-tiba tertawa.

Kalea tertegun. Gadis itu mengira bahwa Hamish memiliki kelainan rahang karena dari sejak pertama melihat, pria itu selalu saja berwajah galak, bibir mengatup dan pantang tersenyum. Harus diakuinya, jika Hamish terlihat jauh lebih tampan ketika tertawa.

“Kamu sudah berterima kasih. Sekarang pergilah!”

“Tuan tidak mau saya siapkan sesuatu?”

“Cukup kamu pergi dan jangan ganggu aku, itu sudah cukup!”

Kalea mengangguk patuh, meletakkan tas Hamish di sofa, lalu undur diri dengan sopan.

**

Lebih dari dua minggu Kalea tinggal di kediaman Hamish. Lebam-lebam di punggungnya memudar, kesehatannya semakin membaik. Ia pun sudah menguasai tugas-tugas, termasuk berbelanja kebutuhan dapur. Perlahan, ia semakin paham selera tuannya itu.

Di sela pekerjaan, Kalea menyalurkan kembali hobinya, yaitu menggambar desain busana. Dari laci dapur ia menemukan kertas dan pensil tak terpakai. Peralatan sederhana itu sudah cukup menjadi hiburan baginya. Dengan menggambar, ia bisa sedikit melupakan kepahitan hidupnya, menghibur kesepiannya, juga kerinduan pada sang ibu.

Malam itu, setelah selesai bekerja, Kalea duduk di taman dekat kolam renang. Ia bersandar di bawah pohon kencana, menggambar sambil menikmati semilir angin malam.

“Ibu, apa aku bisa jadi desainer dan menciptakan baju-baju cantik seperti katamu?” ucapnya lirih. “Tapi, kalaupun aku tak jadi apa-apa, aku harap ibu tak kecewa."

Ia begitu serius menggurat sketsa long dress hingga dahinya berkerut. Hampir selesai, tiba-tiba terdengar suara “byuur!” dari kolam. Kalea yang terkejut menoleh.

Kalea meletakkan gambarnya, lalu berdiri untuk melihat keadaan. Sedetik kemudian, gadis itu membelalak.

Di kolam renang sana, Hamish sedang berenang. Gerakan pria itu lincah dan cepat, tubuhnya meluncur di air bagaikan ikan. Kalea tercenung, kakinya seakan tertancap di tanah.

Saat Hamish naik dari kolam, hanya dengan celana renang, Kalea buru-buru memalingkan wajah, menutup mata. Ia ingin kabur, tetapi sial, gara-gara mata terpejam, kepalanya malah terbentur batang pohon dengan keras.

“Arrghhh!” Ia mengaduh.

Hamish menoleh, mengambil handuk, lalu menghampirinya. Kalea masih menggosok jidatnya yang sakit, dan ketika berbalik, pria itu sudah berdiri menjulang di depannya.

“Sedang apa kamu di sini?” tanyanya dingin.

“T-Tuan?” Kalea terperanjat.

“Kamu sengaja mengintip?”

“T-tidak!” Kalea buru-buru menggeleng.

Hamish memicing curiga.

“Kamu tidak tahu peraturan di sini? Aku paling tidak suka ada yang berkeliaran di sekitarku. Ini ruang privasiku! Dan area kolam terlarang untuk siapa pun saat aku berenang!”

“Maaf, Tuan. Saya tidak tahu… saya sudah di sini lebih dulu, sedang menggambar—”

“Jangan melewati batasmu! Kamu cuma pelayan, bersikaplah seperti pelayan. Patuhi aturan di rumah ini! Aku sudah cukup baik padamu. Jangan tak tahu diri dan membuatku berubah pikiran atau aku kirim kamu kembali pada ayahmu!”

Kalea gemetar. Ancaman itu menusuk sampai ulu hati.

“Pergi! Jangan pernah tunjukkan wajahmu lagi di depanku!”

Kalea tak berpikir lagi. Ia berlari dengan mata panas menahan tangis.

Hamish berdiri dengan napas berat. “Apa aku terlalu baik padanya sampai dia berani kurang ajar?” geramnya.

Ia hendak kembali berenang, namun langkahnya terhenti. Pandangannya tertumbuk pada selembar kertas yang tertindih kerikil. Hamish berjongkok, mengambilnya.

Sebuah sketsa long dress dengan detail rumit tergambar indah di sana. Hamish terdiam lama.

“Dia tidak bohong,” gumamnya. Perasaan bersalah menyusup dalam hatinya. Ia menoleh ke arah Kalea berlari tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rnatashya
tuan hamish udah mulai ada benih perhatian nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 13

    Pria itu melumat dan menyesap bibir Kalea bergantian. Atas dan bawah, bergelora penuh desakan. Bahkan lidahnya ikut merangsek, menelusup mencari-cari lidah Kalea yang pasif, tak bergerak.Kalea kewalahan. Napasnya memburu, dadanya naik-turun tak terkendali. Ia belum pernah merasakan ciuman sama sekali. Semua terasa asing, terlalu cepat, terlalu mendebarkan. Gadis itu hanya bisa megap-megap, lalu pasrah. Membiarkan dirinya hanyut pada arus yang Hamish ciptakan untuknya.Tautan bibir mereka terlepas sejenak. Hamish mundur, menatap wajah Kalea yang memerah padam, rambutnya sudah berantakan. Napas pria itu berat, tersengal, namun tatapannya masih begitu membakar. Tanpa berkata apa pun, ia menggamit lengan Kalea untuk berdiri, lalu kembali meraih bibirnya.Kali ini, ciuman Hamish tak seburu-buru sebelumnya. Pria itu jauh lebih lembut dan perlahan seperti tahu bahwa lawannya masihlah sangat amatir. Dan kali ini, Kalea dengan malu-malu mulai membalas ciuman pria itu. Keduanya saling berpagut

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 12

    Seperti terkena mantra beku, Kalea tak bergerak sama sekali. Kaku. Bahkan untuk sesaat, nyawanya seperti keluar dari tubuhnya.Ia tak percaya sama sekali dengan apa yang sedang terjadi. Kalea bisa merasakan bibir yang lembut dan hangat itu menempel di bibirnya. Benarkah Hamish menciumnya? Kenapa dia menciumnya?Namun, tiba-tiba Hamish menjauh. Pria itu tampak linglung sejenak, menatap Kalea, lalu berdehem sebelum duduk tegak kembali.“Ayo, kita keluar,” ucapnya seraya bangkit.Hamish menoleh karena Kalea tak ikut berdiri bersamanya. Gadis itu masih mematung di tempatnya.“Sudah malam,” ucap Hamish.Kalea yang masih kaget juga bingung akhirnya bangkit dan mengikuti langkah Hamish keluar dari sana.“Jangan salah paham. Aku … hanya ingin meredakan ketakutanmu,” ucap Hamish setelah beberapa saat hanya mereka habiskan dengan diam.“Besok aku akan suruh seseorang mengganti lampunya. Sekarang, pergilah tidur,” sambungnya, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Kalea.***Sejak malam itu, seja

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 11

    “Semua orang mencarimu, dan kamu malah bersembunyi di sini.” Hamish berkata seraya membuka lembar-lembar buku sketsa milik Kalea.“Jam berapa sekarang? Saya ketiduran! Saya belum merapikan makan malam Tuan.” Kalea grasak-grusuk. Sementara itu, Hamish justru duduk santai di kursi lipat kosong di sebelah Kalea.“Jangan cemas, semua tugasmu sudah dikerjakan Diana. Sekarang sudah jam sepuluh.”“Apa? Jam sepuluh?” Kalea memekik kaget.Hamish tidak menanggapi. Perhatiannya terpusat pada salah satu halaman buku sketsa. Sampai kemudian, dia melihat satu gambar yang membuatnya terdiam cukup lama.“Apa ini… aku?”DEG!Jantung Kalea serasa berhenti berdetak saat Hamish menanyakan hal itu. Ia baru teringat sesuatu!Gadis itu membeliak dan langsung berusaha merebut buku sketsanya. Namun, dengan cepat Hamish menjauhkan buku tersebut hingga tak terjangkau Kalea. “Kamu diam-diam menggambarku?” Hamish berdiri dengan satu tangan menahan buku tinggi-tinggi. “Kenapa menggambarku tanpa izin?”“I-Itu…” Ka

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 10

    Sejak Hamish memberinya satu set alat gambar untuk membuat desain, Kalea kembali mengurus meja makan untuk Hamish.Gadis itu juga sudah tak pernah murung lagi. Lebih sering tersenyum dan bertingkah ceria. Ia juga mulai senang tertawa saat berkumpul dengan pekerja yang lain.“Apa … Tuan sudah memutuskan?” tanya Jordi pada Hamish yang sedang duduk santai di balkon lantai dua yang menghadap ke halaman belakang.Sudah setengah jam Hamish duduk diam di sana dengan mata tak putus memperhatikan ke para pekerjanya yang sedang merapikan rumpun-rumpun bunga. Di sana, ada May, Diana, Kalea, dan dua orang tukang kebun. Mereka sedang gotong royong sambil bersenda gurau.“Memutuskan apa?” tanya Hamish tanpa menoleh. Matanya kini mengekori Kalea yang berlari gara-gara melihat seekor ulat bulu.“Bukankah Tuan memperhatikan Kalea? Apakah Tuan akan menjadikannya salah satu wanita Tuan?”Hamish sontak menegakkan tubuh, lalu menoleh tajam.“Sejak kapan mulutmu selancang itu, Jordi?”“Maaf, Tuan.” Jordi m

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 9

    “Hah?”“Apa kamu tuli?”Kalea mengerjap, lalu buru-buru bangkit dan berlari menuju mobil Hamish.Pria yang selalu tampil perlente dan rambut tersisir rapi ke samping itu menyusul, lalu membukakan pintu mobil untuk Kalea. “Masuk!”Kalea menurut, duduk kaku di kursi depan. Hamish pun masuk ke sisi kemudi.“Besok mau sembunyi di mana lagi?” tanyanya dingin. “Apa kamu tidak lelah terus-terusan menghindariku?”Kalea menelan ludah. “Apa selama ini Tuan tahu?” batinnya.“Tapi… bukankah itu perintah Tuan? Tuan melarang saya menampakkan diri. Saya hanya menjalankan perintah Tuan.”Hamish terdiam sejenak, lalu mengangguk pendek.“Tuan… apa saya akan dikirim kembali pada ayah saya?” Kalea memberanikan diri bertanya dengan perasaan was-was.Hamish menatapnya. Melihat wajah Kalea yang pucat dengan mata berkaca-kaca, ia memilih menjawab singkat.“Tidak.”Mendengar itu, Kalea langsung meniup napas lega sambil memegangi dada. “Lea,” ucap Hamish ketika mobil berhenti di halaman rumah. “Ikut aku ke r

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 8

    Sudah dua hari Hamish tidak melihat keberadaan Kalea. Saat sarapan pun, meski ia datang lebih awal, gadis itu tak pernah tampak.“Apa Kalea sakit lagi?” tanya Hamish pada Diana yang sedang membereskan meja.“Tidak, Tuan. Kalea sehat.”“Lalu kenapa dia tidak pernah terlihat? Maksudku, kenapa sekarang yang bertugas di meja makan bukan dia lagi?”“Kami bertukar tugas, Tuan. Kalea meminta pekerjaan di gudang dan area belakang.”Hamish terdiam. Ingatannya kembali pada kejadian di tepi kolam renang.“Apa Tuan mencari Kalea?” tanya Diana hati-hati.“Apa? Tidak!” Hamish menjawab terlalu cepat.Selepas sarapan, bukannya bersiap ke kantor, Hamish justru berjalan ke belakang rumah, menyusuri petak-petak halaman luas yang dipenuhi pepohonan langka. Langkahnya terhenti ketika dari kejauhan ia melihat Kalea sedang membawa sapu sambil berbicara pada sebatang pohon.Sesekali gadis itu berkacak pinggang dengan wajah marah, bahkan mengacungkan tinju berkali-kali ke arah pohon, seakan batang kayu itu la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status