Share

Bab 8

Author: Naiynana
last update Last Updated: 2025-10-10 12:51:01

Sudah dua hari Hamish tidak melihat keberadaan Kalea. Saat sarapan pun, meski ia datang lebih awal, gadis itu tak pernah tampak.

“Apa Kalea sakit lagi?” tanya Hamish pada Diana yang sedang membereskan meja.

“Tidak, Tuan. Kalea sehat.”

“Lalu kenapa dia tidak pernah terlihat? Maksudku, kenapa sekarang yang bertugas di meja makan bukan dia lagi?”

“Kami bertukar tugas, Tuan. Kalea meminta pekerjaan di gudang dan area belakang.”

Hamish terdiam. Ingatannya kembali pada kejadian di tepi kolam renang.

“Apa Tuan mencari Kalea?” tanya Diana hati-hati.

“Apa? Tidak!” Hamish menjawab terlalu cepat.

Selepas sarapan, bukannya bersiap ke kantor, Hamish justru berjalan ke belakang rumah, menyusuri petak-petak halaman luas yang dipenuhi pepohonan langka. Langkahnya terhenti ketika dari kejauhan ia melihat Kalea sedang membawa sapu sambil berbicara pada sebatang pohon.

Sesekali gadis itu berkacak pinggang dengan wajah marah, bahkan mengacungkan tinju berkali-kali ke arah pohon, seakan batang kayu itu lawan tandingnya.

“Dia sedang apa?” Hamish bergumam, penasaran. Ia mendekat, mencoba mendengar. “Apa dia sedang berkhayal memarahiku?” pikirnya.

Di saat bersamaan, Kalea menoleh. "HAAHH!" Ia langsung melotot, lalu tanpa pikir panjang menjatuhkan diri, tengkurap di balik rumpun bunga.

Kalea panik. Ingatan akan ucapan Hamish di kolam renang masih jelas menancap di benaknya. Ia berusaha keras agar tak melakukan kesalahan sekecil apa pun lagi. Yang ada di pikirannya hanya satu, jangan sampai dipulangkan pada ayahnya. Ia rela menjadi sosok tak terlihat sekalipun.

“Tidak boleh ketahuan! Tuan menyuruhku jangan muncul di depannya!” bisiknya pada diri sendiri.

Hamish yang semakin keheranan melangkah mendekat. Sementara itu, Kalea semakin ciut, merayap rendah di balik rumpun bunga. Dari celah-celah, ia bisa melihat Hamish kian mendekat.

“Gawat! Dia semakin dekat!” Kalea menggertakkan gigi. Pada hitungan ketiga, saat jarak Hamish tinggal dua meter, gadis itu memutuskan untuk kabur. Ia berlari secepat mungkin tanpa menoleh.

Hamish hendak menghentikannya, tapi hanya bisa berdiri melongo.

“Apa dia benar-benar menghindariku?”

Dugaannya terbukti. Hari-hari berikutnya, setiap kali ia mendekat, Kalea selalu kabur, bersembunyi seolah dirinya wabah penyakit.

Lama-lama Hamish kesal. Ia merasa diperlakukan seperti sesuatu yang menjijikkan.

“Kenapa tidak dipanggil saja, Tuan?” komentar Jordi setelah hampir sepuluh menit Hamish berdiri menatap Kalea yang sedang bolak-balik mengeluarkan isi gudang itu dari jauh.

“Apa Tuan perlu dengan Kalea? Mau saya panggilkan?”

“Apa?” Hamish tersentak, baru sadar dirinya kembali berdiri di halaman belakang tanpa alasan jelas. Ia berdehem keras.

“Ayo pergi! Aku tidak ada urusan dengannya!”

**

Sore itu, Kalea baru selesai menumpuk kotak-kotak bekas dari gudang di depan gerbang, agar mudah diangkut petugas kebersihan. Ia tersenyum puas. Dari tumpukan itu, ia sempat menemukan beberapa kaus berlogo perusahaan yang masih baru dalam plastik. Sayang jika dibuang, maka setelah meminta izin May, ia menyimpannya untuk dirinya.

Ia meregangkan badan, lega karena pekerjaannya selesai. Namun, tepat saat itu, mobil Hamish muncul di ujung jalan, melaju cepat ke arah rumah. Kalea seketika menegak dengan mata membeliak.

“Hah? Kenapa Tuan sudah pulang siang-siang begini?” Kalea panik. Ia buru-buru mencari tempat bersembunyi. Tidak sempat masuk rumah, akhirnya ia memutuskan masuk ke dalam salah satu kotak kosong.

Sialnya, dua petugas kebersihan datang tepat waktu dan mulai mengangkut kotak-kotak itu.

“Yang ini berat, ayo gotong!” seru salah satu dari mereka saat mengangkat kotak berisi Kalea.

“Tidak! Jangan!” Kalea panik. Tubuhnya ikut terangkat. Ia akhirnya berteriak, membuka tutup kotak, dan menjulurkan kepala.

“Pak! Jangan bawa aku! Aku bukan sampah!”

“Huuaaah!” Kedua petugas itu terkejut dan refleks melepaskan kotak. Kalea pun jatuh terguling di jalan, siku-sikunya berdarah karena tergores aspal.

Hamish yang hendak berbelok ke gerbang menyaksikan semuanya. Ia sempat melongo, tapi kemudian mendengkus menahan tawa.

“Dasar bocah! Ada saja kelakuannya.”

Pria itu pun turun dari mobil, lalu menghampiri Kalea yang sedang meringis melihat luka-luka di tangannya. 

“Lea!”

Kalea tersentak, lalu mendongak. Seketika wajahnya pias dengan mata membulat sempurna. 

“T-Tuan…” ia gugup, sampai lupa soal luka di tangannya.

“Bangun. Naik ke mobil!” perintah Hamish.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Asri Asri
wkwkwkwk.... pikaseurieun si Lea
goodnovel comment avatar
Ummu Kholifah
ke rs lagi? baret2 itu pasti tangannya
goodnovel comment avatar
Evievoy Rafyno
hahahaaaa dasar bocah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 91

    “Apa kita tak berpamitan dulu pada Pak Elias?” tanya Kalea. Ia menonton Hamish yang sedang menutup koper kecilnya di ambang pintu flatnya.“Buat apa? Tak perlu!” jawab Hamish pendek.“Dan aku tak ingin kamu berkomunikasi dengan pria tua itu! Kalau dia menghubungimu, bilang padaku! Aku harus tahu apa saja yang dia bicarakan denganmu. Jangan meladeninya! Dan jangan pernah mau diajak bertemu lagi. Kamu hanya boleh menemuinya jika bersamaku!”Kalea mengerjap, tetapi tak ada pilihan selain mengangguk.“Pria tua bangka itu malah mau jadi duda, lagi! Sialan!” Hamish mengerutu. Kesal dengan status yang akan disandang ayahnya. Tak dipungkiri jika dalam dadanya tersimpan was-was ayahnya akan menggatal pada Kalea.Tentu saja kekhawatirannya itu bukan tanpa alasan, pengalaman di masa lalu sudah memberikannya trauma mendalam.“Kamu yakin akan membiarkan dua temanmu itu ikut mengantar sampai ke bandara?” Hamish berbisik pada Kalea, lalu melirik ke belakang, ke dalam ruangan flat. Di sana, Ginna dan

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 90

    Hamish mondar-mandir gelisah di depan kamar mandi. Kalea lama sekali di dalam sana. Membuatnya benar-benar khawatir.Ia tak bisa masuk untuk melihat keadaan gadis itu karena pintu terkunci dari dalam.“Lea, lagi apa? Kamu kalau kesulitan tak apa minta tolong padaku. Aku mau bantu.” Hamish mengetuk lagi pintu kamar mandi.“Kamu sedang sakit, Lea. Kamu jangan malu.” Pria itu tak putus asa. Sesekali menempelkan telinganya ke daun pintu.“Aku janji akan menutup mataku. Aku bukan pria mesum, Lea. Aku hanya mencemaskanmu.”Di dalam, Kalea memang kesulitan. Mengandalkan satu tangan dan tangannya pun tersambung ke selang infus. Ia harus dengan sabar melakukan segalanya pelan-pelan dan bergantian.Saat gadis itu menyelesaikan urusannya, ia keluar dengan bagian depan piyama yang basah dan selang infus yang berdarah karena terlalu banyak bergerak.Hamish menghela napas melihat Kalea. Tetapi tak banyak bicara.Pria itu hanya memeluknya dan mengatakan semua akan baik-baik saja.“Aku sudah menyuruh

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 89

    Langit seakan langsung mendung kelabu saat dokter menyatakan bahwa tangan Kalea memerlukan pemulihan hingga satu sampai dua bulan untuk kembali ke kondisi semula. Ada bagian syaraf yang terkena ujung pisau yang membuat fleksibilitas jari-jari Kalea terganggu. Dan itu artinya, Kalea tak bisa menggambar hingga selama itu.“Bagaimana project tugas akhir saya?” Kalea menatap hampa ujung ranjang pasiennya. Padahal ia tengah semangat-semangatnya.Ia juga sudah merencanakan banyak hal termasuk menyelesaikan kuliah di tenggat waktu yang sudah dirancang sedemikian rupa dari jauh hari. Ia bahkan sudah membayangkan hari wisudanya.Dengan tangan seperti ini, bagaimana ia mengerjakan semua tugasnya dengan baik dan tepat waktu? Bisa-bisa ia tak bisa lulus tahun ini bersama Ginna dan Brady.“Masih ada waktu sedikit lagi sampai tenggat akhir biar bisa ikut wisuda tahun ini. Kalau pun memang tak bisa, tak apa, Lea. Kamu masih bisa ikut wisuda tahun depan. Tak perlu terburu-buru. Yang terpenting tangan

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 88

    Mendengar pertanyaan Kalea, Hamish hanya mendengkus, lalu mencubit pipi gadis itu.“Aku lupa kalau kau juga perempuan. Perempuan senang sekali validasi, kan?” ucapnya, lalu menyimpan mangkuk di tangannya ke nakas.Ia menatap lekat Kalea. Keduanya pun bertatapan.“Kamu ingin tahu?” tanyanya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu hingga hampir tak berjarak.Kalea sontak memundurkan kepalanya, tetapi dengan cepat tengkuknya ditahan oleh tangan Hamish.“Ya. Aku cemburu!” bisik pria itu dengan suara parau.“Cemburu sampai rasanya ingin kupatahkan tangan siapa saja yang berani mengusikmu. Cemburu hingga rasanya ingin kumusnahkan siapa saja yang berani menggodamu.”Kalea meremang. Matanya memejam dengan tubuh menegang. Embusan hangat napas Hamish membelai kulitnya dan ia bisa merasakan bibir lembut pria itu menyentuh ujung hidungnya.“Kamu … milikku. Hanya milikku,” bisiknya lagi dan perlahan bibirnya turun, mengecup ringan bibir Kalea yang mengatup erat.Hamish tersenyum, lalu mengec

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   bab 87

    Elias panik. Ia tahu betul tempramen anaknya. Memang, sebelas dua belas dengannya.Putranya yang pemarah itu tak ada bedanya dengan dirinya ketika muda. Mudah meledak dan tak segan melakukan apa pun untuk mencapai sesuatu.Dan ia yakin Hamish akan lebih parah lagi karena didorong rasa sakit dan dendam yang dipendam sejak lama.“Tidak, Hamish! Hentikan!” Elias segera mendekat dan mencekal lengan putranya. Ia pun menoleh pada Jordi, meminta pria itu untuk mencegah Hamish melakukan hal gila.Akan tetapi, Jordi hanya bisa menggeleng lemah. Suatu kemustahilan baginya meredam amarah Hamish jika sudah seperti itu. Yang ada, ia akan menjadi bagian dari kegilaan atasannya tersebut.“Jangan ikut campur! Perempuan itu sudah terlalu banyak berulah!” sergah Hamish.“Tidak! Tolong jangan main hakim sendiri! Ini urusanku. Bagimanapun dia masih istri sahku!”Hamish menoleh perlahan. Menatap Elias dengan api kebencian yang menyala.“Jika kau dan istrimu itu tak ingin kusentuh, tak bisakah kalian biark

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 86

    “Sabar dulu. Dengarkan dulu! Tak bisakah kamu atur sedikit emosimu yang meledak-ledak itu?” Elias berkata dengan tenang. Berusaha mendinginkan situasi.“Tidak! Aku tak bisa sabar jika itu menyangkut denganmu! Aku tak bisa menahan emosi jika itu ada sangkut pautnya denganmu!” balas Hamish dengan tajam.“Sekarang katakan! Kenapa Kalea sampai terluka? Kau apakan dia, hah?” Hamish benar-benar tak terkendali setiap bertatap muka dengan Elias. Dipaksa untuk tak emosi pun sangat sulit.Amarah yang sudah terlanjur tertimbun begitu lama membuatnya selalu ingin menyerang tiap kali melihat ayahnya dari dekat.“Tuan, tenang dulu. Lebih baik Anda lihat keadaan Nona Kalea dulu.” Jordi berusaha menengahi.Ia tak ingin ada pertumpahan darah lebih awal di rumah sakit.Hamish tersentak. Ia baru saja melupakan Kalea. Padahal ia begitu mencemaskannya dari sejak di perjalanan hingga sesak napas.Pria itu pun mendekati ranjang pasien dan Elias dengan cepat menyingkir. Tak ingin pergesekan mereka semakin me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status