“Baca ini!” ucap Keinan yang memberikan sebuah kertas dengan ketikan rapi yang tertulis di sana.
Keira menerima kertas dan membaca kertas itu.“Apa ini?”“Kesepakatan.”“Kesepakatan?”“Iya, kesepakatan. Kamu terlihat tidak nyaman dengan hubungan ini. Oleh karena itu, mari kita buat kesepakatan ini agar kita sama-sama nyaman.”Keira mengernyitkan dahi. Keira membaca poin-poin dari isi kesepakatan itu. Diantaranya adalah untuk tidur pisah kamar dan Keira yang harus menuruti apa keinginan Keinan.“Kenapa poin gua harus nurut ke lo dua kali?” tanya Keira.“Saya tahu kamu suka memberontak. Kalau saya tidak menulis dua kali nanti kamu beralasan lupa.”Keira hanya mampu menatap tidak percaya dengan penjelasan Keinan.“Sudah, patuhi saja! Oh, iya ingat itu bukan kesepakatan lebih tepatnya itu adalah surat pemberitahuan dari saya!” tegas Keinan dan bangkit berdiri.“Pak, tunggu! Saya juga mau ajuin satu poin penting.”Keinan menaikkan alisnya pertanda menyilakan kepada Keira.“Kita jangan saling tegur sapa di luar rumah. Apalagi kalau ketemu, pura-pura nggak saling kenal pokoknya.”“Kenapa?” kerut Keinan.“Saya nggak mau orang tahu kalau saya udah menikah.”Keinan memiringkan kepalanya berpikir. “Terserah saja. Lagian saya juga tidak akan menyapamu terlebih dahulu,” ucap Keinan dan berlalu masuk ke kamar yang terletak di atas.***Setelah kesepakatan yang ternyata hanya sebuah pengumuman dari Keinan itu. Keira berdiam diri di kamar seharian. Lebih tepatnya Keira hanya bermain game sepanjang hari. Sampai matahari pun berubah menjadi sinar rembulan dan sekarang perutnya mulai lapar.“Duh, lapar gua!” Keira mengotak-atik handphone-nya untuk memesan makanan secara online.Selang beberapa menit kemudian, pintu kamar Keira diketuk dari luar.“Siapa?”Keira lupa jika sekarang dirinya hanya tinggal dengan Keinan. Tentu saja yang mengetuk adalah Keinan.“Oh, Pak kenapa?” tanya Keira dan menatap sebungkus plastik besar yang berada di tangan Keinan.“Makan.”Setelah mengucapkan hal itu Keinan terlihat berlalu ke meja makan dan mengeluarkan makanan dari plastik itu. Kamar Keira yang memang terletak di lantai pertama dan langsung berhadapan juga dengan dapur yang menjadi satu dengan meja makan. Keira melihat ada ayam goreng, mie kesukaannya, dan beberapa makanan lain yang sebenarnya telah ia pesan tadi secara online. Keira yang sadar jika itu makanannya langsung berlari ke arah Keinan.“Pak, ini kan makanan saya!” ucap Keira sambil menyingkirkan beberapa makanan ke arahnya.“Lalu kenapa?”“Ya ini mau saya makan lah Pak.”Keinan menatap makanan dan Keira bergantian. “Kamu tidak akan habis makan ini sendiri,” ucap Keinan dan duduk untuk makan.“Pak!” Keira mengambil piring yang akan digunakan Keinan untuk makan.“Keira, makanan ini ada di rumah saya kan? Jadi, makanan ini juga milik saya!” tegas Keinan dan merebut piring itu lalu mengambil nasi dan lauknya.Keinan terlihat dengan santai makan makanan yang terlah dipesan oleh Keira.Keira dengan dongkol langsung duduk di kursi makan dan memakan makanan itu dengan ekspresi seperti mau makan orang. Lebih tepatnya seperti akan makan Keinan karena dari tadi Keira memakan makanan itu sambil melihat Keinan.“Saya tahu saya ganteng,” ucap Keinan tiba-tiba.“Maksud?”“Daritadi kamu pelototin saya terus.”‘Gua pelototin lo karena mau makan lo rasanya. Gua kunyah sampai halus terus gua telan!’ mata Keira berkobar. Mungkin jika muncul api dari mata Keira bisa membuat Keinan terbakar.***“Huft.” Keira menghembuskan napasnya.Mengingat kejadian semalam dimana dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dengan makanan yang ia beli membuat Keira sangat frustasi. Pasalnya bahkan sampai ayam goreng kesukaannya justru dimakan dengan Keinan semua.“Aaaa!” teriak Keira keras.Tentu saja beberapa orang yang lewat di depan Keira langsung menatap aneh ke arah Keira.“Apa lo lihat-lihat!” ucap Keira sadis.Orang-orang yang dibegitukan tentu lebih memilih pergi dan tidak menganggu singa yang sedang mengeluarkan taringnya itu. Kecuali, satu orang yang sedang berlari ke arah Keira sambil melambai-lambaikan tangannya. Orang itu adalah Lala.“Woy lah! Kok baru masuk sih? Kemana aja lo selama ini?” tanya Lala dengan suara cemprengnya.Mereka saat ini sedang berada di jalan kampus X.Keira justru mengorek kupingnya saat mendengar suara Lala yang sangat menganggu gendang telinga.“Bisa nggak lo kalau ngomong biasa aja! Nggak usah ngegas, gua denger tahu!” ucap Keira yang justru ngegas ke arah Lala.Lala menatap ke arah Keira bingung. “Lo PMS ya?”“Ya!” teriak Keira.Entahlah, sudah di rumah ia pusing dengan si Keinan itu sekarang dirinya malah harus menghadapi temannya yang naudhubillah.“Apa sih? Bikin kaget saja!” ucap Winda yang baru datang.“Ck, udahlah. Gua masuk kampus, ada matkul!” ucap Keira melenggang pergi memasuki gedung fakultas psikologi.“Ada apa sih sama Keira?” tanya Winda.Lala hanya menaikkan bahunya.Sesampainya di kelas, Keira langsung duduk dan menopang kepalanya di atas meja. Tentu saja Keira bukan seorang mahasiswa rajin yang datang lebih awal untuk belajar terlebih dahulu atau sekedar membaca buku referensi. Ya, Keira datang lebih dahulu untuk tidur karena keadaan ruangan yang masih sepi.Sedang pulas-pulasnya tertidur Keira dikagetkan seseorang yang memukul mejanya dengan keras. Tentu Keira terlonjak kaget.“Sialan! Siapa yang berani bangunin gua!” ucap Keira lantang sambil berdiri.Sesaat kemudian, saat Keira menatap iris mata cokelat yang membuat paginya tidak mood sama sekali. Keira justru mengucek matanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.“Pak, ngapain di sini?” tanya Keira heran.Keinan mengalihkan pandangannya dari Keira ke semua mahasiswa. “Kalian kerjakan apa yang saya suruh!” ucap Keinan dan semua mahasiswa langsung mendunduk pura-pura mengerjakan.“Kamu, ikut saya!” ucap Keira kepada Keinan.Keira terpaksa mengikuti langkah Keinan yang entah akan membawanya ke mana. Sampai tiba di ruangan dosen yang bertuliskan Keinan Sanjaya S.Psi, M.Si Keira paham siapa Keinan sekarang.“Apa kebiasaan kamu selalu tidur di kelas seperti itu?” tanya Keinan.“Ehm, Pak. Tadi itu saya cuman ketiduran aja kok, Pak!” kilah Keira.“Kenapa? Kamu terkejut saya dosen yang ngajar kamu?”Keira hanya mampu bungkam. Jika dibilang terkejut tentu saja, rasanya sampai setengah mati. Bukan, tentu saja tidak sampai seperti itu hanya Keira saja yang lebay.“Ja-jadi Ba-bapak dosen saya?” tanya Keira yang mendadak gagap.Keinan berdiri dari kursinya dan mendekatkan wajahnya kepada Keira.“Semakin mudah untuk saya mengawasi kamu kan?” smrik Keinan.Keinan dan Keira masih diam di tempat masing-masing. Setelah kejadian ciuman tadi, mereka berakhir untuk kembali ke rumah dan mengganti baju yang telah basah karena air hujan.Suara dering telepon memecah keheningan di antara keduanya. Namun, tidak ada yang bergerak untuk menjawab atau pun sekedar mengetahui siapa gerangan yang menelepon di larut malam seperti ini.“Mas angkat dulu teleponnya,” tutur Keira pelan kepada Keinan.“Ha? Ah, iya,” jawab Keinan canggung.Keinan langsung mencari letak ponselnya dan mengerutkan dahi ketika sebuah panggilan ia dapatkan dari om kerabat jauhnya.“Halo Om, ada apa?” tanya Keinan to the point.“Apa?” sentak Keinan.“Baik, aku akan segera ke sana,” jelas Keinan dan langsung menutup panggilan serta langsung bersiap-siap akan melangkah pergi.“Mau ke mana Mas?” tanya Keira yang justru bingung karena secara tiba-tiba suaminya berganti pakaian dan memakai jaket seperti orang yang akan berpergian.“Mas ada urusan, kamu tunggu Mas pulang di sini saja ya,”
Di sisi lain, Keinan melangkah tak tentu arah di sepanjang pinggir jalan. Dirinya bahkan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Keinan sudah terlihat seperti orang gila yang berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah.Hingga akhirnya dirinya melihat bayangan sosok Keira dari kejauhan. Keinan langsung menghampiri sosok itu dan memeluknya erat-erat dari belakang. “Sayang, akhirnya,” ucap Keinan lirih.Namun, saat dirinya mencium wangi parfum yang berbeda dari Keira. Keinan melepaskan pelukan itu dan melihat sosok yang dipeluknya. Dirinya begitu terkejut saat mengetahui jika orang itu bukanlah Keira istrinya.Orang itu memandang Keinan dengan pandangan risih dan berlalu begitu saja.Lain halnya dengan Keinan yang justru terpaku di tempat dan tersenyum kemudian. Dirinya menertawakan dirinya sendiri yang sudah kehilangan kewarasannya. “Hahaha sepertinya aku sudah gila!” ucap Keinan keras sambil menengadah ke atas langit. Di atas langit dirinya melihat awan malam yang begitu mendung siap
Entah sudah berapa lama kesadaran Keinan terenggut. Karena kini waktunya sudah berbeda, bahkan hari sudah berganti menjelang larut malam. Namun Keinan masih belum siuman juga.Ibu Nina yang terlihat paling merenung di dalam kepedihan melihat anak pertamanya terbaring di ranjang di rumah sakit dengan kondisi masih belum sadar. Sedangkan Raka sudah disuruh pulang karena esoknya anak itu masih tetap harus sekolah. Sehingga Hendra menyuruh Raka untuk pulang dan istirahat.Kini hanya tinggal sepasang suami istri itu saja di dalam lorong rumah sakit yang sepi. Sebenarnya mereka ingin menemani Keinan di dalam kamar inapnya. Akan tetapi, dokter mengatakan jika lebih baik menunggu Keinan sadar terlebih dahulu untuk memasuki kamar inapnya.Hal ini karena menurut sang dokter, Keinan membutuhkan waktu istirahat yang sangat banyak. Kehilangan kesadaran yang menjadi penyebab Keinan sampai pingsan adalah karena kurangnya waktu tidur dan asupan makanan yang menjadi nutrisi tubuhnya.Sehingga saat se
Keinan masih memandangi surat itu dengan hati yang berkecamuk. Benaknya begitu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ternyata bukan hanya sebuah surat yang dititipkan oleh Keira kepada Hendra. Tetapi juga sebuah kotak yang Keinan juga tidak dapat menebaknya.Setelah menguatkan hati dan menghela napas panjang. Keinan pun perlahan membuka sepucuk surat itu dengan tangan yang mulai dingin.Perlahan Keinan membaca deretan kalimat yang dirangkai Keira membuat hati Keinan sesak bukan main. Bahkan, air mata lolos di pipinya mengalir secara deras. Sebagai akibat Keinan yang tidak kuasa membendung bening kristal itu.“Bukan seperti itu sayang. Aku mencintaimu,” ucap Keinan pelan dengan sesenggukan memeluk surat itu.Berharap jika yang dipeluknya itu adalah Keira dan Keinan berbicara di depan Keira secara langsung.Keinan dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu hingga tangisnya kembali pecah. Kali ini lebih keras dari pada tadi.Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sedi
Keinan merasa lega karena sudah melakukan klarifikasi tapi entah kenapa justru seperti ada hal yang hilang darinya, tapi entah apa.Keinan benar-benar merasa tidak tenang sama sekali di hatinya. “Ada apa sebenarnya?” batinnya.Setelah klarifikasi yang berakhir lancar Keinan langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya berpikir untuk beristirahat sebentar setelah beberapa hari lupa bagaimana caranya mendapatkan kualitas tidur yang bagus.Keinan memasuki ruangan keluarga dengan padangan yang sudah sangat kuyu. Belum lagi pakaiannya yang sudah berantakan karena Keinan yang sudah melepas beberapa atribut yang dia pakai saat melakukan klarifikasi tadi.“Kamu mau minum, Nak?” tawar Nana kepada anaknya yang juga ikut prihatin dengan kondisi anaknya.Meskipun dirinya memahami betul jika itu merupakan salah dari Keinan. Akan tetapi, tetap saja sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya. Nina tetap tidak tega melihat anaknya terlihat begitu letih dan lebih kurus dar
Berita tentang skandal Keina dan Meina semakin meraja lela. Bagaimana tidak jika skandal itu melibatkan seorang pewaris Sanjaya Group dengan seorang artis papan atas yang bahkan mampu menempus bintang Hollywood. Desas-desus yang semakin beredar semakin membuat Nina khawatir dengan nasib pernikahan anaknya. Apalagi dari kabar terakhir yang ia dengan dari anaknya bahwa Keira masih belum mau ditemui. Keira juga terus-terusan libur dan mengambil surat dispensasi. “Ayah, apakah kita tidak seharusnya melakukan sesuatu?” tanya Nina dengan sorot mata kekhawatiran.Hendra menatap pancaran mata istrinya untuk menyelami maksud dari bunga permatanya itu. Hingga akhirnya Hendra mengangguk dan langsung bangkit menghubungi seseorang.Sedangkan di sisi lainnya, Keira yang sudah mengetahui dirinya hamil dan sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya tidak menyurutkan dirinya untuk tetap mendapatkan nilai sempurna dalam ujian perkuliahan.Kebetulannya, saat dimana Keira memergoki Keinan dan M