Share

Pesona Seorang Ducan

"Aku minta maaf," ucap wanita itu lagi melirik si pria, "apa kau masih marah padaku?"

"Kenapa aku harus marah padamu? Bukankah kita menikah karena syaratku,"

"Tapi aku menamparmu?" ucapnya mengernyit mengingat kejadian lalu.

"Karena itu. Jangan lakukan itu lagi, aku paling benci disentuh terutama tikus sepertimu," ucapnya.

Kemudian melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi berniat membersihkan diri.

Sedangkan yang mendengar, merasa sedikit kesal mendengar kata tikus yang selalu diucapkan pria menyebalkan itu.

Tapi mau bagaimana lagi, marah juga kan baru minta maaf. Ia pun tidak ingin mengambil pusing lalu mengambil laptop yang tak jauh darinya.

Namun, setelah beberapa menit ia memainkan sang laptop. Tiba-tiba wanita itu tertegun melihat sosok pria di depannya.

Keluar dari kamar mandi dengan pesonanya yang lagi-lagi menjerat wanita itu.

Bagaimana tidak, rambut yang basah, matanya yang tajam, hidung yang mancung. Dibasahi oleh tetesan rambut itu.

Bahkan garis rahang yang tajam itu, semakin mempesona dirinya, yang terus memandangi keindahan itu.

"Wow," batinnya, namun ekspresi wajah itu jelas sekali terlihat oleh si pria.

"Sampai kapan kau akan terus membuka mulutmu," menyadarkan yang lebih muda, yang langsung merespon suara itu.

Lalu kembali pada atensinya lagi, namun belum lama ia mengalihkan pandangan, pria yang saat ini berjalan di dekatnya.

Tak henti memandangi lengan kekar milik si pria, bahkan wanita itu kembali memandangi pinggul si pria, yang berisi dan naik itu.

"Hush...," ucapnya menyadarkan diri atas perilaku sensual itu yang terdengar si pria tanpa tahu ia kenapa.

"Kau kenapa?" tanya pria itu penasaran namun hanya gelengan yang didapat.

Tak ingin mengambil pusing lantas pria itu, kembali asik dengan laptopnya. Namun lagi-lagi pesona itu berhasil menjeratnya wanita itu, lagi.

Yang tampak berbeda menurutnya hari ini.

Namun tidak ingin diketahui yang punya, ia pun mengusap wajah tanda frustasi. Mengapa pria itu selalu berada dalam pandanganku?" pikirnya.

"Ayolah, Hanisa kau kenapa? mengapa sekarang kau jadi sedikit genit," ucapnya melirik kembali pria itu, "fokus! kau harus mencari kerja, apa mau selamanya terjebak di sini?" ucapnya lagi yang kali ini disadari si pria.

Yang terheran terhadap wanita itu, sedang berbicara sendiri, sedangkan si wanita yang sadar diperhatikan, langsung bersikap normal dan kembali pada urusannya, begitupun sebaliknya.

Hingga ada beberapa jam. Akhirnya salah satu dari keduanya tampak lelah terus begadang lalu kemudian memutuskan untuk tidur.

"Apa kau mau tidur di sini?" tanya si wanita yang tampak mengantuk menawarkan pilihan, "jika kau ingin di sini, kau bisa tidur di sini dan aku akan tidur di sofa," katanya lagi.

Sedangkan si pria hanya melihat tampak mendengarkan.

"Maaf aku tidak bermaksud begitu, aku hanya..., kau tahu saat aku menamparmu?," senyum paksa tak bermaksud menyinggung si pria atas kejadian itu, "saat aku tidur aku sangat suka memeluk, baik itu pada benda di sampingku maupun seseorang. Aku hanya tidak ingin kau merasa jijik padaku," katanya lagi setelah si pria tertegun mendengar itu.

"Tidak perlu, kau tidur saja di situ aku akan di sini, masih banyak yang ingin ku kerjakan."

"Tidak apa, kau tidak perlu sungkan. Kau bisa tidur di sini," kata wanita itu lagi berpikir si pria sungkan padanya.

"Aku memang tidak sungkan padamu, karena masih banyak yang ingin kukerjakan, jadi tidurlah!" ucapnya.

Lantas wanita yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya tanda mengerti.

"Apakah perlu berbicara seperti itu," gumamnya lalu merebahkan tubuhnya hingga terlelap.

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status