Home / Romansa / Mendadak Dinikahi Sang CEO / Pesona Seorang Ducan

Share

Pesona Seorang Ducan

Author: Youmee
last update Last Updated: 2024-03-02 17:59:19

"Aku minta maaf," ucap wanita itu lagi melirik si pria, "apa kau masih marah padaku?"

"Kenapa aku harus marah padamu? Bukankah kita menikah karena syaratku,"

"Tapi aku menamparmu?" ucapnya mengernyit mengingat kejadian lalu.

"Karena itu. Jangan lakukan itu lagi, aku paling benci disentuh terutama tikus sepertimu," ucapnya.

Kemudian melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi berniat membersihkan diri.

Sedangkan yang mendengar, merasa sedikit kesal mendengar kata tikus yang selalu diucapkan pria menyebalkan itu.

Tapi mau bagaimana lagi, marah juga kan baru minta maaf. Ia pun tidak ingin mengambil pusing lalu mengambil laptop yang tak jauh darinya.

Namun, setelah beberapa menit ia memainkan sang laptop. Tiba-tiba wanita itu tertegun melihat sosok pria di depannya.

Keluar dari kamar mandi dengan pesonanya yang lagi-lagi menjerat wanita itu.

Bagaimana tidak, rambut yang basah, matanya yang tajam, hidung yang mancung. Dibasahi oleh tetesan rambut itu.

Bahkan garis rahang yang tajam itu, semakin mempesona dirinya, yang terus memandangi keindahan itu.

"Wow," batinnya, namun ekspresi wajah itu jelas sekali terlihat oleh si pria.

"Sampai kapan kau akan terus membuka mulutmu," menyadarkan yang lebih muda, yang langsung merespon suara itu.

Lalu kembali pada atensinya lagi, namun belum lama ia mengalihkan pandangan, pria yang saat ini berjalan di dekatnya.

Tak henti memandangi lengan kekar milik si pria, bahkan wanita itu kembali memandangi pinggul si pria, yang berisi dan naik itu.

"Hush...," ucapnya menyadarkan diri atas perilaku sensual itu yang terdengar si pria tanpa tahu ia kenapa.

"Kau kenapa?" tanya pria itu penasaran namun hanya gelengan yang didapat.

Tak ingin mengambil pusing lantas pria itu, kembali asik dengan laptopnya. Namun lagi-lagi pesona itu berhasil menjeratnya wanita itu, lagi.

Yang tampak berbeda menurutnya hari ini.

Namun tidak ingin diketahui yang punya, ia pun mengusap wajah tanda frustasi. Mengapa pria itu selalu berada dalam pandanganku?" pikirnya.

"Ayolah, Hanisa kau kenapa? mengapa sekarang kau jadi sedikit genit," ucapnya melirik kembali pria itu, "fokus! kau harus mencari kerja, apa mau selamanya terjebak di sini?" ucapnya lagi yang kali ini disadari si pria.

Yang terheran terhadap wanita itu, sedang berbicara sendiri, sedangkan si wanita yang sadar diperhatikan, langsung bersikap normal dan kembali pada urusannya, begitupun sebaliknya.

Hingga ada beberapa jam. Akhirnya salah satu dari keduanya tampak lelah terus begadang lalu kemudian memutuskan untuk tidur.

"Apa kau mau tidur di sini?" tanya si wanita yang tampak mengantuk menawarkan pilihan, "jika kau ingin di sini, kau bisa tidur di sini dan aku akan tidur di sofa," katanya lagi.

Sedangkan si pria hanya melihat tampak mendengarkan.

"Maaf aku tidak bermaksud begitu, aku hanya..., kau tahu saat aku menamparmu?," senyum paksa tak bermaksud menyinggung si pria atas kejadian itu, "saat aku tidur aku sangat suka memeluk, baik itu pada benda di sampingku maupun seseorang. Aku hanya tidak ingin kau merasa jijik padaku," katanya lagi setelah si pria tertegun mendengar itu.

"Tidak perlu, kau tidur saja di situ aku akan di sini, masih banyak yang ingin ku kerjakan."

"Tidak apa, kau tidak perlu sungkan. Kau bisa tidur di sini," kata wanita itu lagi berpikir si pria sungkan padanya.

"Aku memang tidak sungkan padamu, karena masih banyak yang ingin kukerjakan, jadi tidurlah!" ucapnya.

Lantas wanita yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya tanda mengerti.

"Apakah perlu berbicara seperti itu," gumamnya lalu merebahkan tubuhnya hingga terlelap.

*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Mulai Mencintainya?.

    Di ruangan yang tertutup tanpa cahaya, seorang pria berjambang tipis terbaring dengan pakaian serba hitam tanpa alas. Pria itu tampak terluka setelah mendapatkan pukulan dari beberapa penjaga yang ada di gedung itu. Gedung yang berdiri sendiri di tengah hutan yang lebat. “Sial, kurang ajar kau, Ducan,” umpatnya setelah dihajar habis-habisan oleh anak buah Ducan, yang tak lain adalah Hendri, orang yang kemarin disekapnya. “Aku sudah katakan, Hendri, jangan menolakku. Aku paling benci ditolak. Kau tahu kan, istrimu saat ini ada bersamaku beserta putramu.” “Jadi, jika kau masih ingin melihat mereka, maka lakukan saja apa yang aku katakan,” ucap Ducan penuh penegasan. “Ck, dari dulu kau memang brengsek. Kau selalu menggunakan kelemahan seseorang setiap kali membutuhkan sesuatu dari orang itu.” “Aku tahu itu,” jawab Ducan dengan enteng. “Sekarang katakan, apa kau mau mengikuti perintahku? Atau… kau mau melihat mayat anak dan istrimu?” tanya Ducan lagi. Pria itu tidak menjawab

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Pelukan Erat Hanisa Pada Ducan

    Waktu terus berjalan, jam menunjuk pukul 07.30 pagi. Hanisa terbangun dari tidurnya, setelah ia memicingkan matanya agar dapat melihat dengan jelas, mengingat semalam ia menangis karena teror yang membuatnya terpukul.Ducan masih saja terlelap dengan pakaian kerja, kemeja putihnya. Hanisa menatap lekat-lekat wajah pria yang telah menjadi suaminya itu. Ia tak menyangka bahwa semalaman ini ia tertidur di pelukan Ducan dan memeluknya begitu erat, sampai tidak ada jarak di antara mereka.Sehingga Hanisa bisa dengan jelas menatap wajah pria itu. Wajahnya yang tampan dan berkarisma benar-benar membuat Hanisa gila. Betapa tampannya.Meski dalam tidur saja ia bisa terlihat sangat tampan dengan rambut teracak dan wajah sayu yang tampan. Pria itu tidak sempat mengganti pakaiannya karena ia tidak ingin meninggalkan Hanisa dan membuat wanitanya terbangun karena pergerakan yang Ducan lakukan. Karena itu, Ducan tidak menggantinya hingga matahari terbit."Dia, dia yang menemaniku sepanjang malam ini

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Alisa Mila

    "Ducan," peluk Hanisa sebelum pria itu bisa membenarkan posisinya, menangis di pelukan Ducan sambil tersedu-sedu. "Tolong jangan pergi. Aku takut. Ini pertama kalinya ada yang mengirimkan sesuatu seperti itu padaku. Aku takut," tangisnya yang tak henti. Ducan yang melihat itu seketika merasakan ada sesuatu yang terkoyak di dalam dirinya. Entah mengapa, tetapi yang pasti, di dalam lubuk hati Ducan yang paling dalam, ada suara keras dalam hatinya yang tak bisa ia ungkapkan, bahwa ia sama sekali tidak ingin melihat sesuatu terjadi pada Hanisa, meskipun itu hanyalah hal kecil. Ducan hanya bisa terdiam membiarkan Hanisa memeluk erat dirinya. Ia tidak bisa berkata-kata melihat kondisi Hanisa yang sangat terpukul karena teror itu, dan hanya bisa pasrah. Kemudian, ia mengelus lembut puncak kepala Hanisa. "Aku tidak akan pergi, tenanglah. Aku di sini bersamamu. Jangan khawatir," ucap Ducan menenangkan Hanisa. Hanisa sedang tidak berpikir apa-apa. Ia hanya terus berdiam di dalam pelukan Du

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Teror Kepada Hanisa.

    "Ada apa, Tuan? Apakah Anda percaya akan ucapan orang sialan itu?" ucap Tony setelah melihat reaksi wajah Ducan yang berbeda. "Tidak, bukan itu, Tony. Aku hanya merasa bahwa apa yang orang itu katakan tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak sepenuhnya salah." "Maksud Tuan?" tanya Tony penasaran setelah mendengar ucapan tuannya yang penuh teka-teki. "Aku hanya merasa kalau orang ini ada kaitannya dengan kejadian di masa lalu, tapi aku tidak tahu apa itu. Awalnya, aku kira orang ini hanyalah orang biasa yang disuruh untuk menerorku saja." "Tapi setelah ia mengucapkan beberapa kata yang membuatku tak percaya, sekarang aku yakin dia bukanlah orang biasa." "Selama ini kita sudah salah menilainya," ucap Ducan lagi. "Iya, Tuan, Anda benar. Selama ini kita salah mengenalnya. Awalnya, saya juga mengira begitu, tapi setelah mendengar semua ucapannya, sekarang saya juga yakin." "Ini, Tuan, coba lihat ini. Beberapa hari ini saya telah menyelidiki tentang Hendri ini," ucap Tony lagi s

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Kematian Sang Ibu

    "Bagaimana dengan ini?" ucap Ducan, menyuruh anak buahnya untuk membawa seseorang ke hadapan mereka."Apa kau masih mementingkan bosmu itu?" Ducan menunjuk pada wanita yang agaknya berusia 25 tahun, yang tak lain adalah istri pria itu."Dasar bajingan kau, Ducan!" umpatnya meludah, dengan bibir yang masih berdarah. Namun, hal itu bukanlah masalah bagi Ducan. Ia malah tersenyum licik dengan penuh kemenangan; orang yang selama ini berusaha membunuhnya telah kalah telak dan tak bisa melarikan diri lagi.Tapi itu bukan berarti ia akan terjamin keselamatannya. Selama musuh dari musuh ke musuhnya masih hidup dan mengganggu ketenangan keluarganya, ia akan tetap waspada dan tidak buta diri akan hal ini."Sekarang katakan, siapa orang yang menyuruhmu?" ucap Ducan dengan nada sedikit tidak sabar, melihat orang di depannya tampak ragu-ragu untuk menjawab."Cepat katakan, atau..." ancamnya sambil menyodorkan pistol ke kepala wanita yang sedang pingsan akibat bius yang Ducan berikan."Iya. Baik, b

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Bagus lah kalau begitu, sayang."

    "Mau ke kamar mandi," jawabnya berbicara dengan mulut yang tidak terlalu lebar, yang diangguki Ducan, percaya.Ducan kemudian memperhatikan Hanisa berjalan sampai memasuki kamar mandi, tampak perhatikannya.Hingga sampai di depan pintu kamar mandi, Hanisa pun dengan cepat menutup pintunya.Dan..."Aaaa...," teriak Hanisa, menutup mulutnya agar tidak terlalu sakit dan terdengar oleh Ducan. Dia melompat-lompat kecil tak percaya, kalau tadi ia baru saja membayangkan hal yang tidak-tidak bersama Ducan, yang hampir saja ketahuan karena kecerobohannya."Bodoh! Bodoh kau, Hanisa. Kenapa kau bisa-bisanya membayangkan hal-hal yang seperti itu bersama dia? Kenapa?" gerutunya kesal."Apa tadi dia tahu kalau aku sedang memikirkannya?" serunya menatap diri dalam cermin. "Hufff... ini benar-benar membuatku gila. Apa yang harus kukatakan padanya? Dan... apa yang dia pikirkan tentangku saat ini?""Apa dia tahu? Tidak. Aku rasa dia tidak akan tahu apa yang aku pikirkan tadi," ucapnya meyakinkan diri,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status