Beranda / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 44. Rencana Licik di Tengah Duka

Share

44. Rencana Licik di Tengah Duka

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 19:19:31
Nate setengah berlari saat Mariana tiba-tiba ambruk ke lantai. Wajah Mariana yang semula berseri kini mendadak pucat. Dan matanya digenangi air mata.

“Ada apa, Na?” tanya Nate.

Mariana mendongak perlahan. Air mata jatuh bersamaan dengan pandangannya yang bertemu dengan mata pria itu. Bibirnya bergetar, dan butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya suara lirih keluar dari mulutnya.

“Nenek … meninggal.”

Nate terpaku. Matanya membelalak sejenak.

“Aku harus ke kampung,” ucap Mariana lemah. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya langsung limbung.

Nate sigap menangkap lengan Mariana sebelum ia jatuh lagi. “Aku antar kamu.”

Mariana ingin menolak, tapi lidahnya kelu.

Nate menatap lekat wajah sendu itu, lalu menggenggam lengan Mariana. “Kamu kuat jalan sendiri? Kalau tidak, aku gendong sampai mobil.”

Mariana menggeleng pelan. “Aku ... aku bisa,” ucapnya lirih.

Nate mengangguk dan perlahan memapah tubuh Mariana ke arah pintu keluar.

Langkah Mariana berat, tapi Nate tak melepaskan pegangan tangannya
Merspenstory

Hmm, apalagi ya kira-kira yang dipikirkan Bara?

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   45. Mulai Ceria

    Sudah beberapa hari sejak Mariana kembali dari kampung. Seiring waktu, rona di wajahnya mulai pulih. Ia mulai tersenyum lagi.Siang itu, suasana kantor terasa seperti biasa. Sunyi. Profesional. Hanya terdengar bunyi lembut keyboard dan sesekali dering telepon.Nate berdiri di balik dinding kaca ruangannya. Tangannya disilangkan di depan dada, memperhatikan Mariana dari kejauhan. Wanita itu tengah mengetik sambil menyipitkan mata, lalu tiba-tiba mengerucutkan bibir—mungkin ada file yang hilang atau tabel yang tidak sesuai.Nate tak tersenyum, tapi ada jeda di napasnya. Dia tahu, Mariana sedang kembali jadi dirinya yang dulu.Ia menekan tombol interkom di mejanya. “Mariana, masuk sebentar.”Tak lama kemudian, suara ketukan lembut terdengar di pintu. Mariana melangkah masuk dengan tablet di tangan dan senyum profesional.“Ya, Pak?” ujarnya sopan, pandangannya langsung tertuju pada pria di balik meja kerja.“Bawa notulensi rapat kemarin,” kata Nate tanpa basa-basi. “Aku ingin pastikan bagi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   46. Tumbang

    Sudah lewat seminggu sejak makan malam itu. Mariana mengira semuanya akan kembali seperti biasa.Tapi pagi ini, ia menerima email dengan subject:‘Kunjungan Proyek – Zona Surya 2 (Site Banyu Arta)’Pengirim: Nathaniel Adikara.Isi pesannya singkat.[Siapkan dokumen lapangan dan ringkasan progres. Kita berangkat besok pagi.]Mariana menatap layar monitornya beberapa detik tanpa berkedip. Bahkan belum sempat menarik napas panjang, otaknya langsung memutar ulang satu kalimat tertentu.‘Kalau tiba-tiba kamu disuruh ikut kunjungan kerja ke proyek energi surya minggu depan, jangan kaget, ya.’Ucapan Rani, dengan senyum nakalnya itu, seolah tiba-tiba relevan.Keesokan harinya ….Sekitar pukul sembilan pagi, mobil yang mereka tumpangi akhirnya keluar dari jalan utama dan masuk ke area proyek. Tanah terbuka membentang luas, dihiasi panel-panel surya yang berbaris rapi. Di kejauhan, tampak beberapa pekerja dengan rompi oranye sibuk memeriksa sambungan kabel.Mobil berhenti di dekat pos semi perm

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   47. Disangka Penjahat

    Keesokan harinya ….Pagi datang dengan kabut tipis yang menyelimuti area sekitar penginapan. Udara masih dingin saat Mariana membuka pintu kamar, berniat ke ruang makan untuk mencari teh hangat.Namun langkahnya terhenti.Di depan pintunya, ada termos kecil dengan sticky note menempel di permukaannya.[Minum ini sebelum turun. Teh jahe dan madu. – Nate.]Mariana terpaku. Hanya beberapa baris kalimat, tapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak tidak karuan.Ia mengangkat termos itu dengan dua tangan. Uapnya mengepul dan aroma jahe menyusup ke hidungnya.Setelah meneguk satu kali, Mariana menatap keluar lorong. Kosong. Tidak ada siapa pun.Ia tidak bisa menebak niat di balik Nate melakukan ini untuknya.Mariana ingin berpikir bahwa tindakan Nate hanyalah bentuk perhatian seorang atasan terhadap bawahannya. Tapi, ayolah! Mariana tidak cukup lugu untuk berpikir demikian.Lagi pula, sejak kapan seorang CEO mau repot-repot melakukan hal semacam ini untuk sekretarisnya?Tapi jika ia harus b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   48. Pria yang Sulit Ditebak

    Setelah kejadian itu, Mariana kehilangan minat untuk melanjutkan jalan-jalan. Suasana hatinya mendadak buruk, dan langkahnya terasa berat saat ia memutar arah kembali ke penginapan.Sesampainya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan merebahkan diri di tempat tidur.Dalam diam, pikirannya tiba-tiba melayang ke Elhan.Mariana bergegas duduk dan meraih ponsel, membuka kontak Nadia, lalu menekan ikon video call. Butuh beberapa detik sebelum wajah Nadia muncul di layar, wanita itu tersenyum cerah seperti biasa.“Hallo, Bu Mariana!” sapa Nadia sopan sekaligus antusias.Mariana tersenyum. “Hallo, Nad. Elhan bangun?”“Iya, Bu. Lagi main. Mau lihat?” tanyanya, dan Mariana langsung mengangguk.Nadia memiringkan kamera, memperlihatkan Elhan yang sedang duduk di karpet dengan boneka gajah kecil di tangannya. Bayi lucu itu tertawa kecil dengan mata berbinar.Seketika, mood Mariana kembali.“Elhan …,” panggilnya pelan.Bayi lucu itu menoleh, lalu tersenyum lebar begitu melihat wajah Mariana di lay

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   49. Di Bawah Hujan

    Hari ketiga seharusnya menjadi hari terakhir mereka di kota ini. Namun pagi itu, saat Mariana baru selesai mengemas barang-barangnya, Nate mengetuk pintu kamarnya.Mariana membuka pintu dengan dahi berkerut. “Sudah siap ke bandara?”Nate menggeleng sambil menyelipkan tangan ke saku celananya. “Kita tidak jadi pulang hari ini.”Mariana memiringkan kepala, bingung. “Kenapa?”“Aku extend satu hari. Ada tempat-tempat yang ingin aku kunjungi,” ujar Nate santai.Mariana terdiam. “Tempat apa?” tanyanya akhirnya.Nate hanya tersenyum misterius. “Ganti baju yang santai. Aku tunggu di bawah.”***Perjalanan hari itu dimulai dari wisata kuliner. Mereka mencicipi rawon khas, tahu petis, hingga menikmati kopi lokal di kedai kecil tersembunyi yang terkenal karena cita rasa khasnya.Setelah makan siang, Nate mengajak Mariana ke sebuah kebun teh di dataran tinggi. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa wisatawan lain yang tampak berjalan-jalan santai. Udara sejuk menggigit kulit, tapi pemandangan hijaun

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   50. Kecupan dalam Igauan

    Lebih dari tiga puluh menit kemudian, hujan akhirnya benar-benar reda. Baik rambut maupun pakaian Mariana sudah tidak basah lagi. Begitu pula dengan Nate.Setelah pria itu tiba-tiba memeluknya tadi, Mariana membiarkannya selama beberapa saat. Meski sempat hampir terlena karena terasa hangat dan nyaman, ia buru-buru menarik diri sebelum dirinya merasa enggan untuk dilepaskan.Perjalanan kembali ke mobil berlangsung tanpa banyak kata. Nate kembali menggendong Mariana di punggungnya seperti sebelumnya.Sesampainya di mobil, ia dengan sabar membukakan pintu, membantu Mariana masuk, lalu menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang tadi sempat disimpan di jok belakang.“Kita kembali ke hotel dulu,” kata Nate sambil menyalakan mesin. “Kakimu harus dikompres sebelum makin bengkak.”Mariana hanya mengangguk kecil. Kepalanya terasa sedikit berat, dan suhu tubuhnya mulai terasa aneh—panas dari dalam, tapi dingin di permukaan kulit.***Setelah menempuh penerbangan sekitar satu jam tiga puluh menit, p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   51. Perangkap Menjijikan

    Mariana baru saja tiba di kediaman orang tuanya. Untuk beberapa saat, ia hanya berdiri diam di depan pintu pagar rumah yang berdiri kokoh. Tiga puluh menit yang lalu, ia menerima pesan singkat dari nomor sang ayah yang memintanya untuk datang sendiri.Mariana mendorong pintu pagar yang tak terkunci. Daun pintu rumah pun terbuka begitu saja saat ia menyentuhnya. Tidak dikunci.Mariana masuk dengan langkah hati-hati, rasa heran menyelip di dadanya, namun belum cukup kuat menjadi kecurigaan.“Ayah?” panggilnya lembut.Kakinya melangkah masuk, melewati ruang tamu yang sunyi. Tidak ada suara televisi menyala. Tidak ada aroma masakan ibunya. Tidak ada gemerisik langkah kaki siapa pun.Langkah Mariana terhenti di ruang tengah. Jam dinding yang berdetak pelan menjadi satu-satunya suara yang terdengar di antara keheningan itu. Ia menoleh ke kiri dan kanan, berharap mendengar sahutan atau mendapati seseorang keluar dari salah satu kamar.Tapi, tidak ada.Saat ia sampai di depan kamar orang tuany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   52. Officially

    Setelah kejadian itu, hubungan Bara dan Bianca semakin memburuk. Pertengkaran demi pertengkaran terus mewarnai hari-hari mereka. Hal-hal sepele pun bisa meledak menjadi besar karena tak ada satu pun dari mereka yang mau mengalah.Pagi itu, Bara baru saja bangun tidur. Perutnya terasa melilit karena semalaman tak menyentuh makanan apa pun. Dengan wajah kusut dan langkah gontai, ia menuju dapur.Begitu duduk di kursi dan membuka tudung saji, yang terlihat hanya meja kosong.Ia menutup tudung saji dengan kasar. Suara dentuman penutup logam itu menggema di seluruh dapur.“Dasar perempuan malas! Suami bangun pagi, bukannya menyuguhkan sarapan. Apa yang dia lakukan?!” geramnya penuh amarah.Tanpa pikir panjang, ia bangkit dari duduknya dan mulai berteriak-teriak.“Bianca! Di mana kamu, hah?!”Tidak ada jawaban. Bara berkeliling rumah dengan kesal, menyusuri setiap sudut sambil terus memanggil-manggil nama istrinya itu. Tapi tetap tak ada tanda-tanda kehadirannya.Beberapa menit kemudian, pi

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   92. ICU

    Belum genap dua menit sejak pesan itu terkirim, ponsel Mariana berdering. Nama Nathaniel Adikara terpampang jelas di layar.Mariana menarik napas panjang sebelum menjawab. “Halo…?”“Moonie,” suara Nate terdengar rendah namun tajam, penuh kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. “Kamu di mana sekarang?”“Di rumah sakit,” jawab Mariana lirih. Suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh emosi yang kembali menyeruak ke permukaan. “Ayah di ICU. Belum sadar.”“Rumah sakit mana?” tanya Nate cepat.“Rumah Sakit Sehat Bahagia.”“Aku ke sana sekarang.”“Nathaniel—”“Aku akan ke sana sekarang,” ulang Nate, tak memberi ruang untuk sanggahan. “Tunggu aku, Moonie.”Panggilan berakhir tanpa Mariana sempat menolak. Ia menatap layar ponsel yang kembali gelap, lalu menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara jemari. Bagian dari dirinya lega karena Nate akan datang. Tapi bagian lain masih bergulat dengan rasa takut, bahwa semua ini akan menyeretnya lebih jauh ke dalam pusaran kekacauan.Sekitar tiga puluh menit

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   91. Tabrak Lari

    Hari-hari berlalu, dan meskipun segala sesuatunya tampak normal, ada yang berbeda dalam diri Mariana. Nate bisa merasakan perubahan itu. Setiap kali mereka berinteraksi, seperti ada jarak yang terbentang di antara mereka.Mata sang kekasih yang biasanya cerah dan penuh semangat, kini lebih sering terlihat kosong.Pagi itu, di ruang makan yang tenang, Nate memandangi Mariana dengan seksama. Wanita itu duduk di seberangnya, memegang cangkir teh dengan kedua tangan sementara matanya terfokus pada taman di luar jendela.“Moonie,” suara Nate memecah keheningan yang sempat menggantung. “Akhir-akhir ini aku perhatikan kamu tidak seperti biasanya. Kamu lebih banyak diam. Ada apa, Sayang?”Mariana menoleh pelan, terkejut. Dan untuk beberapa detik, ada kebisuan yang menggelayuti udara di sekitar mereka. Lalu dengan senyum yang hampir tak terlihat, Mariana menundukkan kepala dan mengaduk-aduk teh di dalam cangkirnya.“Aku cuma capek,” jawabnya lirih. Sebuah jawaban yang sudah Nate duga akan Mari

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   90. Celah

    Nate menatap mata Mariana cukup lama. Ia tahu Mariana tidak bodoh—wanita itu cukup peka membaca perubahan suasana. Tapi Nate juga tahu, terlalu cepat membagi informasi bisa berarti menambah beban yang tak perlu. “Tidak, aku tidak menyembunyikan apa-apa,” ujar Nate. Suaranya tenang, tapi hatinya berdebar kencang. Mariana menatap pria itu beberapa detik, seakan mencoba menerawang isi pikirannya. Namun akhirnya ia hanya mengangguk pelan. “Oke,” gumamnya singkat, lalu berbalik pergi. Begitu pintu tertutup, Nate mengembuskan napas panjang. Kepalanya tertunduk, tangannya mengepal di atas meja. Ia tahu ia harus menemukan pelaku secepat mungkin. Dan yang paling penting, ia harus menjaga Mariana tetap aman. Apapun caranya. Menjelang siang, suasana kantor perlahan mereda. Mariana duduk di pantry sambil memegang cangkir berisi teh hangat. Pandangannya menerawang ke jendela kaca yang menghadap ke luar. Namun pikirannya tidak benar-benar berada di sana. Ia kembali mengingat surat dan mawar hi

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya … hanya ….”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   88. Selama Kamu Percaya

    Arsita segera berdiri saat melihat Nate menggendong Mariana lalu mendudukkan wanita itu di kursinya. Wajah wanita paruh baya itu tampak terkejut sekaligus khawatir.“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas.Nate mendesah pelan. Raut wajahnya serius saat memandangi ibunya. Namun, belum sempat ia membuka suara untuk menjelaskan, Jeslyn buru-buru mendekat dan bersuara dengan cepat.“Tante, aku tidak sengaja menabrak Mbak Nana sampai dia terjatuh. Aku juga sudah minta maaf padanya. Tapi dia justru mengatakan kalau aku memang sengaja.” Jeslyn bersikap manis, wajahnya tampak dibuat-buat seolah diliputi penyesalan.Mendengar itu, Mariana tersenyum tipis. Ia sudah jenuh menghadapi orang bermuka dua seperti Jeslyn.“Benar. Aku memang bilang kamu sengaja,” ucap Mariana tenang. “Karena hanya orang buta atau orang yang menyimpan niat buruk yang bisa menabrak seseorang dari jarak sedekat itu.”“Mariana,” tegur Arsita pelan, wanita paruh baya itu terlihat tidak nyaman dengan ketegangan yang m

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   86. Sampai Kapan Ia Ingin Disembunyikan?

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut lewat celah tirai di ruang keluarga. Mariana duduk santai di atas karpet, bersandar ke sofa dengan pakaian rumah yang nyaman. Di sebelahnya, Elhan asyik menggigit mainan warna-warni sambil sesekali mengoceh sendiri.Tapi perhatian Mariana tertuju pada layar ponsel di tangannya. Wawancara dua hari lalu itu ia tonton lagi. Dan … entah sudah berapa kali.Di layar, Nate tampak rapi dan tampan. Setelan abu-abu gelap, rambut disisir rapi, sorot matanya tenang. Di sampingnya, pembawa acara muda duduk dengan senyum manis dan cara bicara yang luwes.Topik awal masih seputar bisnis, energi terbarukan, dan kiprah Nate sebagai CEO muda. Semuanya terdengar profesional, sampai satu pertanyaan membuat suasana sedikit berubah.“Ada satu pertanyaan terakhir, Pak Nathaniel,” ucap sang host. “Kami tahu, Anda kehilangan istri Anda beberapa waktu lalu. Banyak yang penasaran, apakah sekarang Anda sudah membuka hati lagi?”Mariana meneguk ludah dengan pelan. Napasnya

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status