Share

Bab 2

Author: annauthor
last update Last Updated: 2025-02-02 08:15:07

"Darren"

Usai diturunkan dari gendongan perempuan itu Darren langsung berlari dengan kaki kecilnya menuju Mas Deva lalu memeluk kakinya. Segera Mas Deva mengangkat Darren ke dalam gendongannya.

Sungguh tatapanku tak bisa berpaling sama sekali dari si kecil imut Darren,, dia imut sekali.

Dalam gendongan Mas Deva Darren terlihat mengintip ke arahku. Sontak saja aku tersenyum,, "Hai Darren" seraya melambaikan tangan.

Dia tak menjawab melainkan menyembunyikan wajahnya ke leher Mas Deva.

Senyumku seketika surut,, apa wajahnya menyeramkan? ku raba wajahku perasaan wajahku biasa-biasa saja,, aku juga tersenyum kok.

Ahh sudahlah mungkin karena baru pertama kali bertemu saja nanti juga bakal gak takut lagi.

"Mas apa kabar sudah lama ya kita gak bertemu?" ucap perempuan yang ia tak tahu namanya itu.

"Hmm" astaga pria ini cuek sekali padahal tengah berbicara dengan perempuan cantik lohh.

Bahkan wajahnya pun tetap flat tak ada ekspresi sama sekali.

Perempuan itu terlihat canggung karena Mas Deva menjawabnya singkat-singkat.

"Ohh iya ini siapa Mas?" tapi perempuan ini hebat lohh dia tak menyerah bahkan setelah mendapat reaksi dingin Mas Deva.

"Dena,, calon istri saya"

Ku ulurkan tanganku padanya memasang senyuman terbaikku biar kelihatan ramah,, "Salam kenal ya saya Dena"

"Ohh iya salam kenal,, saya Sherly adiknya Mbak Tika, mantan istri Mas Deva" ucapnya jutek tanpa menerima uluran tanganku.

Dengan canggung ku tarik kembali uluran tanganku meremasnya pelan. Lagi-lagi uluran tangannya tak dihiraukan. Moodnya terjun bebas menghadapi dua manusia menyebalkan ini. Gak ibu gak anak sama saja.

Nyesel banget tadi dirinya memuji dia cantik.

"Emm Mas aku boleh gak nginep di rumah kamu soalnya aku masih mau main sama Darren,, aku masih kangen?" matanya sontak melotot mendengar ucapannya.

Bisa ya dia bilang mau menginap di rumah pria padahal di sini ada calon istrinya lohh.

"Tidak!!"

Wajah Sherly berubah murung,, "Kenapa?"

"Ada beberapa alasan salah satunya karena saya sudah punya calon istri. Apa yang bakal dia pikirkan kalau saya mengizinkan perempuan lain menginap di rumah saya?" ku gulirkan pandanganku cepat ke arah Mas Deva.

Dia memikirkan perasaanku? entah kenapa hatinya berbunga-bunga hanya karena mendengar ucapannya.

"Pasti Mbak Dena gak masalah, iyakan Mbak? aku kan cuman mau main saja dengan Darren masa gitu saja Mbak gak memperbolehkan. Egois banget!"

"Aku,,"

"Kalau pun Dena gak masalah saya yang akan mempermasalahkan. Lagian gak etis jika kamu harus menginap di rumah mantan kakak ipar kamu. Jika dulu saat saya masih bersama kakak kamu saya gak masalah kamu mau menginap entah itu seminggu atau bahkan sebulan karena kamu adik ipar saya"

"Ada apa ini?" ibunda Sherly keluar membawa nampan di tangannya yang berisi air dan cemilan.

"Ma aku mau menginap di rumahnya Mas Deva tapi wanita itu gak memperbolehkannya" pengaduannya sangat-sangat membuatku tercengang.

Dia bilang apa? ia tak memperbolehkannya? perasaan daritadi dirinya diam kok sekarang malah yang dituduh.

"Jaga bicara kamu Sherly saya yang tidak memperbolehkan kamu untuk menginap di rumah saya!!" nada suara Mas Deva terdengar begitu tegas dan tak suka.

"Ishh Mas Deva jahat!!" perempuan itu berbalik pergi begitu saja sambil menghentakkan kakinya ke lantai.

Dasar perempuan sinting,, makiku dalam hati.

"Deva,,"

"Tidak Ma" ibunda Sherly itu langsung diam seribu bahasa tapi tatapannya begitu tajam menatap ke arahnya.

Heyy memang apa salahnya kan yang tidak mengizinkan Mas Deva kenapa aku yang ditatap tajam?

"Deva pulang dulu Ma"

"Tapi,,"

"Assalamualaikum Ma,,"

"Waalaikumsalam" mereka pun pergi setelah mencium tangan wanita paruh baya tersebut.

...

Lagi dan lagi suasana di dalam mobil terasa begitu awkward. Sepanjang jalan rahang Mas Deva mengetat tatapannya pun lebih tajam dari sebelumnya.

Tau begitu mendingan ia tadi memilih duduk di belakang saja bersama dengan Darren walaupun sama-sama canggung tapi tak secanggung duduk di samping Mas Deva.

"Kamu mau mampir dulu?"

"Hah?"

"Kamu mau mampir dulu kemana gitu atau mau beli sesuatu?"

"Ohh gak usah Mas" kembali mereka saling diam.

Ku lirik Darren lewat kaca spion tengah dia anteng sekali duduk diam tak bersuara.

"Ohh boleh tidak kita beli es cream saja?"

"Boleh"

"Oke kita beli es cream" hmm,, anak kecil pasti suka es cream kan?

"Mas" panggilku berbisik.

Mas Deva menoleh sekilas ke arahku mengangkat satu alisnya, "Ada apa?"

"Darren suka es cream kan?"

Pria itu terdiam sejenak dengan setia aku menunggu jawabannya.

"Suka kan?"

"Suka"

"Oke kita beli es cream" putusku.

...

Akhirnya mereka bertiga sampai di kedai es cream segera saja turun dari mobil berjalan masuk ke dalam. Berdiri di depan gelato showcase,, memilih ws cream yang mereka suka.

Ia menoleh pada Darren yang berada di gendongan Mas Deva,, "Darren mau es cream yang rasa apa?"

Lama Darren terdiam menyembunyikan wajahnya di pundak Mas Deva.

"Darren gak mau es cream? yaudah kita pulang saja"

"Darren mau,," senyumku seketika mengembang akhirnya bisa membuat bocah kecil itu bersuara.

Ahhh bukan hanya wajah suaranya pun imut sekali,, gemas dehh.

"Kalau begitu Darren mau es cream yang mana" perlahan Darren berani menatap ke arahku dengan mata lebarnya itu.

Sepertinya dirinya jatuh cinta dengan bocah kecil imut ini.

Darren menoleh pada Mas Deva memanggilnya pelan,, "Papa"

"Jawab dong ke tantenya Darren mau es cream rasa apa kan tantenya yang tanya!"

Bocah kecil itu kembali menoleh ke arahnya,, "Cokat" cokat? ohh maksudnya coklat kali ya.

"Oke"

"Kalau Mas mau juga gak es creamnya?"

"Samakan saja sama punya kamu" lantas ia pun mulai memesan menyebutkan satu-satu pesanan mereka.

Untuk dia dan Mas Deva ia memilih untuk memesan cookies and cream,, kesukaannya.

Entah Mas Deva akan suka atau tidak,, dia sendiri lohh yang bilang untuk memesankan yang sama dengannya.

Lanjut mereka duduk di kursi depan. Kedai es cream ini memang ada yang indoor ada juga yang outdoor jadi mereka memilih yang outdoor saja sambil menikmati lalu lalang kendaraan.

"Ini punya Darren dan ini punya Mas, silahkan menikmati" reflek tatapannya menatap Darren lamat-lamat,, menunggu ekspresi yang akan ditampilkan bocah kecil itu.

Satu suapan telah masuk. Hmm kenapa reaksinya biasa saja? apa dia gak suka?

"Darren gak suka sama es creamnya?" penasaran ia pun bertanya.

"Darren suka" ucapnya. Karena Darren duduk tepat di sebelahnya ia jadi bisa melihat lebih jelas saat bulu matanya naik-turun,, lucu sekali.

"Hmm tapi kenapa ekspresi kamu biasanya saja?"

"Dia suka kok sudahlah kamu makan saja!!" hah,, like father like son. Benar-benar jiplakan Mas Deva,, minim ekspresi.

Bagaimana bisa dirinya dikelilingi orang-orang minim ekspresi begini. Sepertinya hari-harinya ke depan akan susah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 55

    PLAK,,"BERLUTUT!!" bentak seorang wanita paruh baya kepada wanita di depannya yang berstatus sebagai anak."Ma,,""Berlutut Atika!!" bentaknya lagi memotong ucapan Tika.Tika menurut dia langsung berlutut sesuai perintah sang Mama.Mama Tiwi berjalan mendekati soga lalu duduk di sana, menumpangkan kaki kanan ke kaki kiri, "Kenapa sampai sekarang kamu belum juga juga bisa rujuk dengan Deva?" "Ma Deva sudah punya istri jadi gak mungkin aku rujuk dengan dia" "Kenapa memangnya kalau Deva sudah punya istri seharunya kamu itu lebih penting dari istrinya karena kamu sudah memberikan dia anak, memberikan dia pewaris" Tiwi menghela nafas panjang dan kasar, tangannya mengepal.Bagaimana dia harus memberikan pengertian pada Mamanya kalau memang dia dan Mas Deva tak mungkin bisa rujuk kembali, kenapa Mamanya sangat ngotot menyuruhnya kembali pada pria itu sih? Dia tersiksa, dia tak mencintainya,,"Mama gak mau tau kamu harus bisa kembali rujuk dengan Deva, Mama hanya mau dia yang menjadi me

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 54

    "Pak Deva,,?" "Pak,," seseorang itu sembari memegang bahu Deva. "Hah,," wajah Deva terlihat bingung dan terkejut dalam satu waktu sekaligus,, "Ada apa Yono?""Anda baik-baik saja Pak?" Dahinya mengerut merasa bingung dengan pertanyaan yang Yono lontarkan padanya namun walaupun begitu dia tetap menjawabnya, "Saya baik-baik saja" "Ada apa Yono?" lanjut Deva bertanya. Dia tadi lagi melamun sekaligus memikirkan sesuatu yang sangat menganggu pikirannya sejak tadi sebelum dia berangkat ke kantor.Entah,, dia tak tahu apa kesalahannya atau apa yang dia lakukan yang tidak berkenan di hati Dena, wanita itu berubah menjadi sangat pendiam. Dia tak mengatakan apapun jika tidak diajak bicara, benar-benar bukan seperti Dena."Mereka sedang menunggu tanggapan anda Pak mengenai laporan yang telah mereka kerjakan" Deva sontak terdiam seribu kata, dia lupa kalau sedang melakukan rapat dengan bawahannya."Rapat selesai sampai di sini saja untuk laporannya silakan kalian letakkan di meja ruangan

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 53

    "Mas Deva!!" seru Dena sembari berlari menuruni tangga.Deva baru pulang ngantor, baru beberapa langkah memasuki rumah."Dena jangan lari-lari nanti jatuh bagaimana?" "Hehehe,," cengirnya."Ada apa? kenapa kamu lari-lari begitu di tangga?" "Mas hari ini aku lagi bahagia sekali" yahh tanpa bilang pun memang kentara sekali kalau dia tengah bahagia terbukti dari senyumannya yang begitu lebar dan wajahnya yang berseri-seri."Kenapa? kamu bahagia kenapa?" "Aku punya teman!" seru Dena."Hah?" begitulah tanggapan Deva."Aku bahagia sekali Mas akhirnya hari-hariku gak perlu bergaul lagi dengan kamu yang dingin" Wajah Deva berubah dingin, "Maksud kamu apa?" "Hehehe, bercanda Mas" "Tapi,, aku benar-benar bahagia hari ini Mas. Punya teman baru yang seumuran dengan aku, kita juga sudah tukaran kontak dan janjian untuk ngemall bareng" "Siapa?" "Elora" "Elora?" "Iya Elora rekan kerja kamu itu" "Anak rekan bisnis" ucap Deva membenarkan pengucapan sang istri yang salah."Iya apapun itu" m

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 52

    Untuk kedua kalinya Elora datang ke rumah Deva dan Dena tanpa sepengetahuan pria itu tentunya."Lohh Elora kenapa ada di sini? mau ketemu suami saya tapi Mas Deva lagi gak ada, lagi ada di kantor" "Gak kok saya ke sini mau bertemu dengan kamu" "Bertemu saya? ada apa? mau ngomongin bisnis? hahaha, kan gak mungkin saya gak ngerti masalah begituan" "Boleh kita berbicara di dalam saja?" wajah Elora tetap serius tak terpengaruh oleh candaan Dena."Ohh boleh,, ayo silakan masuk" Dena pun akhirnya tak lagi bercanda melihat wajah serius Elora.Dena pun berjalan masuk diikuti Elora di belakangnya, "Silakan duduk dulu biar saya ambilkan minum" "Iya,," Tak berapa lama Dena kembali dengan teh di tangannya menaruhnya di atas meja, "Silakan diminum dulu tehnya" "Iya terima kasih,," Elora mengambil cangkir teh tersebut menyeruputnya sedikit.Lantas Dena duduk di sofa tepat di depan Elora, menunggu Elora selesai meminum teh buatannya.Melihat Elora kembali menaruh cangkir tehnya baru Dena mem

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 51

    Mobil sedan hitam Deva berhenti di depan lobby perusahaan. Deva turun dari mobil setelah Yono sang asisten pribadi membukakan pintu mobil untuknya.Deva berjalan lebih dulu diikuti Yono di belakangnya, "Pak siang ini anda ada meeting dengan Bu Atika" beritahu Yono.Seketika Deva menghentikan langkahnya, "Atika?" gumamnya pelan, amat pelan sampai hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya."Sekedar info saja siapa tau anda tidak mau bertemu dengan beliau"Hmm sungguh pengertian sekali ya Yono ini. Deva membalikkan badan sembari mengerutkan kening, "Kok Atika?" "Begini Pak,, Pak Riyan telfon saya beliau bilang gak bisa menghadiri meeting dengan Bapak karena sedang ada di luar kota karena tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tapi, sebagai gantinya Bu Atikah lah yang akan menggantikan beliau" "Kenapa dia gak bilang sendiri kepada saya?" "Untuk masalah itu saya tidak tahu-menahu Pak" "Baiklah, tolong bilang sama Neny untuk menggantikan saya meeting dengan Atika" "Baik Pak" ucap Yono sem

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 50

    Pagi hari."Sebenarnya kapan kamu bisa membuat Deva dan istrinya bercerai? Mama sudah gak sabar mau Deva menjadi menantu Mama lagi" tiba-tiba Mama Atika itu berucap saat Atika baru sampai di lantai bawah."Ma Tika mau ngomong sesuatu sama Mama,,""Kenapa? ahh sudahlah Mama gak mau dengar apapun pokoknya kamu harus bisa membuat dia bercerai dari istrinya itu dan menjadikan dia menantu Mama lagi. Mama hanya mau dia yang menjadi menantu Mama bukan orang lain apalagi mantan pacar kamu yang mokondo itu!" "Tapi Ma,," "Gak ada tapi-tapian. Mama harap kamu segera mewujudkan harapan Mama itu!" "Iya Ma," Atika lantas menoleh ke Sherly yang sedari tadi menatap dia tajam, menaikkan kedua bahunya.Sherly langsung melengos begitu saja membuat Atika menghela nafas kasar.Sialan kenapa gue jadi terjebak diantara posisi yang sulit begini sih,, umpatnya."Baiklah kalau begitu Mama mau siap-siap pergi arisan dulu kamu harus segera bergerak cepat!""Baik Ma,," Melihat keberadaan sang Mama yang tak la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status