Share

Mendadak Jadi Ibu Tiri
Mendadak Jadi Ibu Tiri
Author: annauthor

Prolog

Author: annauthor
last update Last Updated: 2025-01-31 13:15:52

Dena Inggit Rafassya biasa dipanggil Dena. Putri kedua dari pasangan Galih Ferdhi Rafassya atau Papi Galih dan Anggun Dale Rafassya atau Mami Anggun.

Dia mempunyai satu orang Kakak laki-laki Amaar Haris Rafassya,, Kak Amaar begitulah sebutannya.

Jika biasanya dia kocak dan banyak tingkah saat ini dia dibuat mati kutu se kutu-kutunya.

Bagaimana tidak saat ini Dena tengah berada di situasi yang tidak masuk di akal sehatnya, di luar nalar.

Di depannya telah duduk pasangan suami istri paruh baya dan putra tunggal mereka.

Pasangan suami istri itu bernama Kumalasari Tria Zibrano atau Mama Kumala dan Daris Yusri Zibrano atau Papa Daris.

Sedangkan anak mereka bernama Deva Ishan Zibrano,, dia disuruh untuk memanggilnya Mas Deva. Itu terpaksa ya!

Sebenarnya tak ada yang aneh dengan dinner malam ini yang aneh adalah pembicaraan mereka.

Kalian mau tau?

"Bagaimana Nak Dena kamu setujukan menikah dengan anak kami Deva?"

Yapp,, kalian gak salah dengar memang itulah perkataan yang keluar dari bibir wanita paruh baya di depannya. Itulah yang sedari tadi menjadi pembahasan yang mereka diskusikan.

Dena sendiri tak tahu harus menjawab apa alhasil dia hanya diam membeku dengan tatapan kosong, bengong istilahnya.

Mami Anggun alias Maminya Dena menyenggol lengan anak bungsunya wajahnya berusaha memaksakan senyum padahal di dalam hati pasti beliau amat kesal.

Hafal di luar kepala kelakuan Mami satu-satunya ini.

Yahh memang satu masa dua. Jangan dong kebanyakan.

"Dena jawab!!" ucap Mami Anggun dengan suara tertahan.

"Itu,,"

"Iya Jeng Dena sudah setuju" potong Mami gadis itu.

Sontak Dena menoleh ke sang Mami,, "Hah apa?"

"Kamu kelamaan" ucapnya tanpa membuka mulutnya.

"Wahh baiklah pernikahannya harus disegerakan pokoknya. Gak sabar banget mau punya menantu" ucap Mama Kumala riang gembira.

"Hahaha,," sedangkan dia hanya bisa tertawa garing di dalam hati menangis sejadi-jadinya.

Pasti dia mimpi ini,, kenapa tiba-tiba jadi menikah sih perasaan dia baru pulang liburan tadi pagi.

Flashback pagi.

"Mbak sudah siap?"

"Sudah Non" jari jempol asisten rumah tangga di kediamannya terangkat mengisyaratkan tugas yang Dena berikan sudah beres asisten rumah tangganya itu laksanakan.

Dena mulai melangkah melenggak-lenggokkan pinggul ke kanan dan ke kiri di atas terpal berwarna biru. Kalian tau terpal kan? kalau gak tau yaudah.

Ini semua sebab di rumahnya tak ada karpet merah jadi dia menyuruh asisten rumah tangganya membentangkan terpal tersebut.

Biar kelihatan ala-ala princes memasuki istana gitu. Memang ada-ada saja kelakuannya kan? jangan ilfil ya saudara-saudara.

"I'm home Mami, Papi, Kakak. Adek pulang ada yang kangen aku gak?!" Dena riang gembira memasuki rumah mewah seraya menyeret koper di tangan.

Dia telengkan kepalanya ke kanan sambil bergumam,, "Hmm kenapa gak ada jawaban?" seraya alisnya bertaut.

"Mami, Papi anak kalian yang paaaling cantik sedunia sudah pulang nih gak ada yang nyambut nih ceritanya?"

"Keterlaluan sekali mereka" secepat kilat dia menginjak raut wajahnya berubah menjadi cemberut level max.

Terlarut dengan kekesalan tiba-tiba tanpa Dena sadari dari arah dapur suara ketiga orang yang sangat dia cintai terdengar,, "Selamat datang kembali Princess!!"

"Ahh,, kalian,,?" kagetnya.

Mereka bertiga datang dengan sang Mami membawakan kue serba ungu di tangan,, warna kesukaannya

"Ihh aku kira gak bakalan ada yang nyambut"

"Mana ada,, Princes kita pulang masa gak ada yang menyambutnya sih"

"Ahh makasih"

"Ayo-ayo kita makan kue bersama-sama" mereka berempat termasuk dirinya berlalu menuju ruang keluarga untuk memakan kue bersama-sama.

Sungguh keluarga yang harmonis ya? jangan iri kawan.

...

"Astaga anak gadis jam segini belum mandi,, Dena sana pergi mandi buruan!!" teriak my Mami begitu memasuki kamarnya.

Sontak Dena yang asik selonjoran di atas kasur seraya memainkan ponsel reflek berdiri melemparkan ponselnya asal, entah kemana itu ponselnya.

"Iya Mi" jawabnya malas.

Apa mandi itu? manfaatnya apa? toh meskipun gak mandi dirinya tetap cantik. Seraya mengibaskan rambut panjang hitam legamnya. Percaya diri gak apa-apa kan?

"Buruan ya kita sebentar lagi bakal ada tamu penting,, dandan yang cantik pakai gaun yang cantik juga"

Seketika Dena tersadar dalam imajinasinya,, "Hah emang siapa sih Mi yang mau datang penting banget memangnya?"

"Husstt,, udah jangan banyak omong BURUAN DENA!!"

"Iya Mi" teriakan sang Mami sudah terdengar menggelegar itu tandanya dia harus buru-buru sebelum kena ceramah tujuh hari tujuh malam.

Kan gak enak ya kupingnya panas nanti.

...

Sesuai perintah sang kanjeng ratu Dena sudah mandi,, wangi,, dandan cantik dan pakai gaun cantik juga secantik wajahnya.

Pasti orang yang melihat dia akan tersepona ehh tidak terpesona.

Dena lantas turun ke lantai bawah langsung berlalu ke dapur karena dia mencium aroma-aroma yang sedaaap, menggugah selera.

Tatapannya terpanah melihat berbagai macam hidangan lezat tersaji di atas meja makan,, "Wahh ada makanan enak nihh" dia segera mengulurkan tangan ingin mencomot makanan di atas meja.

Plak,,

"Dena cuci tangan dulu jangan main asal comot begitu saja!!" perintah Mami Anggun.

"Ishh Mami sakit tau" bibirnya manyun tanda bahwa dia tengah kesal.

"Gak usah manyun jelek!"

"Apaan sih aku cantik gini mana ada jelek-jeleknya"

Mami kayaknya rabun,, lanjutnya bicara dalam hati.

Mana berani dia berbicara seperti itu langsung bisa kena tabokan maut.

"Dena mendingan kamu duduk diam sebentar lagi tamunya akan datang"

Flashback end.

Begitulah kejadiannya sebelum dia duduk di kelilingi para orang tua dan pria yang sedari tadi bertahan dengan wajahnya dinginnya itu.

Yang Dena lakukan hanya plonga-plongo tak tahu apa-apa dan tiba-tiba ia harus menikah karena perjodohan.

Sebenarnya hari ini hari apa sih? kok kayaknya dia sial.

Kedua wanita paruh baya itu sibuk membahas pernikahan dan ekspresi Dena tetap sama cuman melongo saja.

Rasanya tak mau percaya terlalu mengejutkan fakta yang barusan dia dengar.

Masa dirinya harus menikah dengan duda anak satu sih?

Yahh Deva itu seorang duda dengan satu anak,, anaknya gak ikut memang saat ini entah katanya lagi kemana gitu.

Sampai akhirnya keluarga itu pulang Dena masih bertahan dengan ekspresi melongonya.

"Dena kamu kenapa sih dari tadi Mami perhatiin kayaknya kamu bengong aja?"

"Hah apa Mi?" kagetnya.

"Kamu itu lohh kenapa?"

"Hah aku di mana ini? aku kenapa?"

Mami Anggun memutar bola matanya malas,, pasti putrinya itu mau drama.

"Mami!!" panggil Dena dengan menampilkan puppy eyes.

Srottt,, suara dari Dena yang menarik ingus.

Wajah Mami Anggun sontak menatap jijik ke arah putrinya itu.

"Mami jahat!! Mami udah gak sayang aku lagi. Sebenarnya aku benar anak Mami bukan?" Dena bersimpuh ke lantai tangannya menyangga tubuh.

"Aku ternoda!!"

Sungguh Mami Anggun tak tahan dengan drama sang putri kali ini,, pusing dia.

Alhasil Mami Anggun berbalik meninggalkan putrinya itu sendiri,, biarkan jika dia masih mau main drama.

Lagian apa hubungannya perjodohan ini dengan dia ternoda,, gak nyambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 60

    Satu tahun kemudian. Deva, Dena dan si kecil Darren berhenti melangkah saat tiba di depan sebuah makam bertuliskan Atika. "Darren kasih bunganya sama Mama Atika!" perintah Dena pada Darren yang tengah membawa sekuntum bunga mawar di tangan. Darren menurut dia meletakkan bunga tersebut di atas makam Mama kandungnya, menyandar pada baru nisannya. Kemudian Dena juga menaburkan bunga serta air di atas makam wanita itu dan terakhir mereka berdoa bersama. Mbak sudah satu tahun berlalu dan aku masih menepati janjiku untuk menjaga anak kamu. Kamu yang tenang ya di sana, ucap Dena dalam hati. "Kalian ada di sini?" spontan ketiga orang itu menoleh mendengar suara yang sangat mereka kenali. "Sherly, kamu datang juga?" "Iya, sekarang hari peringatan 1 tahun kepergian Kak Atika" menjawab pertanyaan Dena. "Mas,," sapa Sherly pada Deva. Deva mengangguk sebagai balasan sapaan Sherly. "Hai ponakan Tante" giliran Sherly menyapa keponakannya itu. "Halo Tante," balas Darren. ..

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 59

    Dena sampai di lobby kantor Deva, dia langsung menuju lift dan masuk ke sana. Tombol lantai paling atas dia tekan, yahh dia akan ke sana tepatnya dia akan ke rooftop perusahaan suaminya. Untuk urusan apa? entahlah, tadi saat tengah asik nonton televisi ada sebuah panggilan masuk, nomornya tak dia ketahui. Takut bahwa itu telfon penting dia pun mengangkatnya dan ternyata yang telfon adalah Atika, mantan istri suaminya. Dia menyuruhnya untuk ke rooftop perusahaan pria itu katanya sih ada yang ingin dia bicarakan, penting entahlah seberapa penting yang dia maksudkan. Jadi di sinilah dia,,, "Ada apa?" tanyaku begitu sampai di belakang mantan istri suaminya itu. Atika yang semula membelakangi Dena membalikkan badan lalu tersenyum tipis. Kenapa dia tersenyum,,? bertanya-tanya dalam hati. "Dena,," Atika melangkahkan kaki lebih mendekat ke arah Dena. Dena sontak mundur bukan karena takut melainkan jaga-jaga saja, dia juga tak percaya dengan wanita itu. Siapa tau dia tiba-tib

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 58

    Keluarga kecil Dena dan Deva tengah menjalankan sarapan bersama seperti pagi-pagi biasanya, namun kali ini ada yang beda karena suasana di meja makan begitu sunyi, ketiganya kompak diam, menutup mulut rapat-rapat.Deva tak terbiasa dengan ini, merasa aneh karena istrinya sepanjang sarapan terus saja diam seribu bahasa.Usai sarapan bersama Dena tetap melakukan kebiasaannya, mengantarkan anak dan suami ke depan.Deva telah membantu Darren untuk duduk di kursi samping kemudi namun setelah itu dia tak langsung masuk ke dalam mobil melainkan menghampiri Dena.Dia tak bisa terus-terusan dalam suasana seperti ini dengan Dena, mereka harus bicara."Kamu baik-baik saja?" tanya Deva."Hah?" ujar Dena tak mengerti, wajahnya terlihat bingung."Dari kemarin kamu diam, kamu baik-baik saja, kan?" mengulang pertanyaannya lagi."Aku gapapa" sembari menggeleng pelan.Katanya kalau perempuan bilang gapapa artinya malah kebalikannya, entah benar atau tidak,, pikir Deva."Kalau ada masalah cerita sama a

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 57

    "Dena kenapa gak langsung masuk, kenapa berdiri di sini?" Dena tersentak dari lamunannya. Dia menatap sang suami dalam diam. Tadi dia gak salah lihatkan penampilan Atika berantakan apalagi yang membuatnya begitu salah fokus adalah lipstiknya belepotan, mereka habis ngapain di dalam ruangan cuman berdua? Pikiran Dena tak luput dari segala pikiran-pikiran negatif. Yahh, bagaimana bisa berpikir positif setelah melihat hal seperti itu."Dena,,?" Deva memegang lembut lengan Dena, "Kenapa? kenapa diam saja?" "O-ohh gapapa,," menggelengkan kepala pelan.Dari jarak sedekat ini Dena bisa mencium bau parfum perempuan yang menguar dari baju suaminya dan bau parfum itu familiar, sama seperti bau parfum Atika."Kayaknya aku harus pergi sekarang tiba-tiba teringat ada urusan, aku pergi dulu Mas" tanpa menunggu jawaban sang suami Dena membalikkan badan dan pergi begitu saja."Ehh,," terlambat, Dena keburu jauh."Dia kenapa?" gumam Deva bingung sendiri.Kembali ke Dena, dalam lift wanita itu ter

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 56

    Dengan langkah lebar Atika berjalan menuju ruangan kerja Deva di perusahaan. Terlihat raut wajahnya seperti menahan tangis, entah apa yang membuatnya menjadi seperti itu.Brak,,Suara kencang terdengar tatkala Atika membuka dan membanting pintu ruangan Deva dengan kencang.Seketika Deva yang berada di dalam ruangan terkejut bukan main mendengar suara keras barusan. Dia sontak mendongakkan kepala, alisnya mengerut melihat mantan istrinya berdiri di ambang pintu, "Atika kamu apa-apaan sih?" dengan suara tegas dia bertanya.Tanpa mengatakan sepatah katapun Atika kembali melangkahkan kaki mendekati meja kerja Deva dan langsung memeluk tubuh atletis pria itu."Atika kamu apa-apaan sih lepasin, ngapain peluk-peluk gini?" Deva berusaha mendorong namun pelukan Atika begitu kuat."Mas,," suara Atika bergetar disusul bahunya ikut bergetar naik-turun, rupanya dia tengah menangis.Kenapa dia tiba-tiba menangis?? bertanya-tanya sendiri dalam hati."Atika lepas dulu takut ada yang melihat, nanti

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 55

    PLAK,,"BERLUTUT!!" bentak seorang wanita paruh baya kepada wanita di depannya yang berstatus sebagai anak."Ma,,""Berlutut Atika!!" bentaknya lagi memotong ucapan Tika.Tika menurut dia langsung berlutut sesuai perintah sang Mama.Mama Tiwi berjalan mendekati soga lalu duduk di sana, menumpangkan kaki kanan ke kaki kiri, "Kenapa sampai sekarang kamu belum juga juga bisa rujuk dengan Deva?" "Ma Deva sudah punya istri jadi gak mungkin aku rujuk dengan dia" "Kenapa memangnya kalau Deva sudah punya istri seharunya kamu itu lebih penting dari istrinya karena kamu sudah memberikan dia anak, memberikan dia pewaris" Tiwi menghela nafas panjang dan kasar, tangannya mengepal.Bagaimana dia harus memberikan pengertian pada Mamanya kalau memang dia dan Mas Deva tak mungkin bisa rujuk kembali, kenapa Mamanya sangat ngotot menyuruhnya kembali pada pria itu sih? Dia tersiksa, dia tak mencintainya,,"Mama gak mau tau kamu harus bisa kembali rujuk dengan Deva, Mama hanya mau dia yang menjadi me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status