"Soraya, aku sebagai kakak iparmu, aku benar-benar merasa kasihan. Kamu lihat suami sampahmu itu. Meskipun orang seperti dia pergi bekerja dengan susah payah seumur hidup. Sepertinya ia tidak bisa membeli baju Tuan Muda Lou ini! Bagaimana bisa, sampah yang tidak berguna seperti dia bersamamu?" lanjutnya.
Suara Wans mengundang tamu yang hadir untuk melihat mereka. Kemudian, cahaya ruangan kembali menyala dan membuat semua orang melihat dengan jelas pakaian Sans. Banyak dari tamu yang mulai mengejek pakaian yang dikenakan oleh Sans.
"Hahaha ... Pakaian apakah ini?"
"Mungkin saja pakaian ini tidak lebih dari seratus ribu?"
"Apa dia tidak malu dengan pakaiannya? Apakah ia tidak tau cara berpakaian untuk datang ke pesta?"
Hinaan demi hinaan dari setiap orang terdengar, membuat orang lain m
Semua orang saling memandang dan melirik sekitarnya, tidak ada orang lain yang bergerak selain Sans. Tidak mungkin! Dia tidak mungkin Direktur baru Grup Hour. Terlihat, Wans dan Lou Zheng panik. Soraya juga tidak berani menatap keadaan itu, sampai menutupi bibir merahnya. Tapi pada akhirnya, Sans tidak naik ke atas panggung, melainkan berjalan menuju ke sebelah Linda. Di saat yang bersamaan, semuanya menghela nafas dan hatinya mulai tenang. Melihat Sans dan Linda berbisik, mereka pasti memiliki hubungan spesial. Wans dan Zheng juga berpikir tentang mereka, sebenarnya apa hubungan Sans dan Linda? Linda adalah asisten Direktur Grup Hour. Soraya menatap Sans, kemudian ia berjalan mendekati suaminya, "Sans, siapa dia?" tanya Soraya. Sans hanya tersenyum, "Dia adalah teman sekolahku," ucapnya dengan tenang. &
Soraya terkejut dan hanya diam membeku, Tasya dan Ken juga terkejut mendengarnya. "Hari ini adalah hari ulang tahun Nona Soraya. Ayah dari Direktur Grup Hour sudah mempersiapkan sebuah hadiah beberapa hari yang lalu untuknya, dan ia sudah mengirimkannya kepada Keluarga Lindsay" ucap Linda,"Hadiah ulang tahunnya adalah Mutiara Mangkuk Naga yang kalian lihat barusan," lanjutnya. Suasana begitu hening, hingga suara hembusan angin terdengar dengan jelas. Semua orang terdiam tanpa ekspresi, apakah mereka tidak salah dengar? Tapi, bukankah Mutiara Mangkuk Naga itu diberikan kepada Kakek Lindsay sebagai ulang tahunnya oleh Grup Lou? Kemudian berubah menjadi hadiah ulang tahun yang diberikan kepada Soraya dari ayahnya Direktur Grup Hour? Ada apa ini? Di saat ini juga, akhirnya Kakek Lindsay mengerti. Mutiara Mangkuk Naga itu ternyata diberikan kepada Soraya.
Sans kemudian tersenyum lembut, "Pergilah," ucap Sans. Kemudian Soraya naik keatas panggung sambil berpikir, "Hari ini aku akan memberikanmu sebuah hadiah ulang tahun yang baik," gumamnya teringat ucapan Sans. Hatinya terus berdetak kencang, dia berjalan selangkah demi selangkah menuju ke atas panggung. Begitu Soraya naik ke atas panggung, semua orang di bawah tiba-tiba memberi tepuk tangan yang meriah. Wow! Apa yang akan Readers lakukan jika menjadi Soraya? Hah, kita satu pikiran!^^ Prokk, Prokk, Prokk! Soraya yang melihat adegan ini merasa sedikit canggung. Sejak kecil, dia selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Setelah dewasa juga hanya menjadi karyawan biasa diperusahaannya, selalu dicemooh orang-orang. Adegan hari ini membuatnya merasa sangat bangga. Dia yang sekaran ber
Tasya yang mendengarnya sangat syok, "Apakah aku tidak bermimpi?" ucapnya. Tiba-tiba Maria yang disebelah Tasya mencubitnya dengan keras, "Hah! Apa yang kau lakukan, Maria?" ucap Tasya kaget. "Aku memastikan bahwa bibi tidak sedang bermimpi," jawab Maria. Tasya mendengus kesal, Maria tertawa dan kembali melirik Sans, bukan hanya BMW? Kapan dia membeli Villa di Langgang? Bagaimana ia bisa memiliki banyak uang? Soraya yang menerimanya begitu kaget bukan main, tangannya bergetar. "Ini, apakah kamu yang membelinya?" tanya Soraya tidak percaya. "Menurutmu? Apakah kamu menyukainya?" ucap Sans sambil tersenyum. Soraya sangat bingung, namun ia sangat terpana dengan semua ini. Kejutan tanpa henti terus berdatangan hari ini, ia bagaikan sedang terbang keatas a
"Sansan Carell! Aku akan mengingat semua ini!" ucap Wans. Saat Wans pergi, para Direktur perusahaan lain mulai memberi Soraya hadiah. Soraya sangat bahagia hari ini, begitupun dengan keluarganya. Mereka sangat senang melihat kejadian ini, mungkin ini akan menjadi momen yang tidak akan terlupakan. Ketika orang lain sedang sibuk memberi Soraya hadiah. Sans mendekati Linda dan berbisik sesuatu, kemudian Linda kembali berbicara. "Mutiara malam ini sangat berharga. Jika Nona Soraya tidak keberatan, lebih baik biarkan Grup Hour membawanya untuk sementara," ucapnya. Soraya hanya mengangguk setuju, karena ia merasa malu menerimanya dan tidak mengenal Direktur Grup Hour. Setelah beberapa jam berlalu, acara pesta berakhir dengan kemenangan Soraya. Hadiah yang diterima Soraya memenuhi mobil jadulnya.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Soraya kaget. Sans dengan cepat berbicara, "Ketika aku sedang membeli mobil sport untukmu, aku kebetulan bertemu dengannya. Aku menyuruh Maria untuk membungkam mulutnya, agar aku bisa memberimu sebuah kejutan," ucap Sans. Soraya yang tau akan semua ini hanya menatap dengan dingin, "Baiklah!" ucapnya sambil melirik ke arah Maria. Maria hanya tersenyum menyeringai sambil mengedipkan matanya berulang kali. "Sudahlah, bagaimana jika kita melihat Villanya?" ucap Sans. Maria akhirnya menarik tangan Soraya, "Ayo kita lihat bersama!" ucapnya. Merekapun akhirnya pergi berdua dan meninggalkan Sans yang sedang berjalan. Sans hanya tersenyum melihatnya, kemudian ia menelpon ayahnya, "Aku sudah menerima hadiahnya, terima kasih ba
Soraya kembali tersadar dalam pelukan Sans, "Maaf, aku sangat menyukai hadiah ulang tahun hari ini," ucapnya dengan perasaan bahagia. Sans telah melakukan semuanya dengan benar. Hari ini adalah hari ulang tahun paling menyenangkan dan paling spesial yang pernah terjadi dalam hidupnya. Sans merasa sangat puas dengan kejadian hari ini, tidak sia-sia ia menyiapkan semua hadiah ini. ------- Sebuah cafe di tengah kota. Didalam cafe itu terdapat dua orang laki-laki sedang berbincang. Satu menggunakan stelan jas rapih, menunjukan wajah yang tampan. Dan satu orang lagi terlihat seperti preman jalanan, jaket compang camping dengan tempelan berbagai stiker di jaketnya. "Ini targetnya, kamu akan mendapat 50 juta begitu menghabisinya," ucap pria itu sambil memperlihatkan foto targetnya. &
Sore hari, Sans pergi mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Setelah sampai dirumah, ia melihat istrinya memakai baju kimono. Ia melihat lekuk tubuh istrinya dengan begitu jelas. Badannya yang ramping dan seksi begitu menggoda. "Soraya ... " ucap Sans tanpa sadar menelan air liurnya. Wajah soraya tampak tidak senang, "Sans, kau sudah pulang. Ayah dan Ibu sekarang ikut tinggal di Villa," ucap Soraya. Sans duduk di sofa, "Bagus jika mereka sudah pindah, keluarga kita menjadi lebih lengkap jika bersama," jawab Sans. Soraya mendengus kesal, "Tapi aku tidak ingin tinggal bersama dengan mereka," ucap Soraya. Sans paham apa yang dibicarakan istrinya, Soraya hanya ingin tinggal berdua bersamanya. Mungkin untuk saat ini itu mustahil bisa terjadi. Soraya tidak