"Rapat dewan ini hanya membuang waktu." Ceicillia membatin sambil menggela napas panjang. Merasa percuma jauh-jauh datang ke Amerika dan meninggalkan segala urusannya di Indonesia yang luar biasa banyak.
"Mengapa semua ide yang mereka kemukakan sudah ketinggalan jaman dan tidak relevan untuk permasalahan perusahaan?" Ceicillia mengamati saat suasana ruang rapat yang semakin memanas seiring dengan banyaknya cetusan gagasan dan perang argumen. Gadis berambut panjang itu menandai beberapa point hasil catatan analisisnya di note book kecil dengan malas. Sebuah ide cemerlang sebagai solusi yang bisa mengatasi permasalahan perusahaan. "Tapi sialnya tidak ada yang mau mendengarkan gagasanku." Sekali lagi Ceicil menghela napas. Ceicillia kembali mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan rapat, semua yang hadir adalah laki-laki kecuali dirinya. Ceicil tahu benar akan deskriminasi gender yang sangat umum terjadi di dunia bisnis. terlebih lagi kehadiran dirinya di rapat kali ini hanya dikarenakan mendiang ayah dan sejumlah saham yang beliau wariskan kepadanya. Ayah yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu langsung dengannya. "Masalahnya adalah jumlah sahamku terlalu sedikit, sehingga tak ada yang mau mendengarkan suaraku saat ini ..." Enam bulan yang lalu Jonathan Tang, ayah Cecicillia yang berkebangsaan Amerika tiba-tiba meninggal dunia karena serangan jantung. Sepeninggal Jonathan, Cecillia mendapatkan warisan yang cukup besar dari beliau. Sejumlah properties dan aset bisnis serta sejumlah kecil saham perusahaan di Amerika. Sementara kepemimpinan perusahaan dan sebagian besar saham beralih ke tangan Victor, kakak laki-lakinya. Keluarga Tang bukan termasuk keluarga yang harmonis, melainkan cukup complicated. Diawali dengan pernikahan Jonathan Tang dan Miranda Ciputra, ibu Ceicillia yang berasal dari Indonesia. Pernikahan mereka dikaruniai dua buah hati, yakni Victor dan Ceicillia. Selama hidup bersama, Jo dan Mira dapat mengembangkan bisnis keluarga mereka menjadi lebih maju. Namun kemajuan bisnis itu menjadi bumerang, Jo sibuk mengurusi perusahaan di Amerika sementara Mira lebih fokus dengan perusahaan Ciputra milik keluarganya sendiri. Jauhnya jarak yang terbentang pun membuat kedua orang tua Ceicillia berpisah saat dirinya masih duduk di bangku sekolah. Setelah perpisahan itu Victor tinggal di Amerika dan diasuh oleh ayahnya, sedangkan Cecillia diasuh oleh ibunya di Indonesia. "Ehm ... Aku tidak yakin langkah apa yang harus kita tempuh terlebih dahulu ..." Victor yang memimpin rapat kali ini terlihat gugup, sama sekali tidak dapat menguasai keadaan. Bahkan dia semakin terdesak oleh berbagai macam tuntutan dari para pemegang saham. Ceicilia melirik kepada kakaknya yang tidak memiliki wibawa layaknya seorang CEO perusahaan. Gadis itu membatin, "Salah sendiri selama ayah hidup kamu hanya tahu bersenang-senang, Vic. Makanya kamu jadi CEO yang tidak kompeten." Berbeda dengan Ceicil yang dididik dengan keras dan disiplin oleh sang ibu, Victor malah dibiarkan saja berlaku seenaknya oleh sang ayah di Amerika. Jonathan megurusi sendiri urusan bisnis keluarga mereka tanpa melibatkan Victor. Di lain pihak, Ceicil sudah dilatih untuk memimpin perusahaan oleh ibunya sejak lulus kuliah, perusahaan milik keluarga ibunya, Ciputra."Come on Vic, this is easy." Ceicil berkata tanpa suara sambil mencolek lengan Victor yang duduk di sebelahnya. Dia juga menggeser note book yang telah ditandai ke arah sang kakak agar dapat dibacakan di rapat. "Baca tulisanku dan rapat menyebalkan ini akan segera berakhir!" Ceicil semakin geregetan karena Victor tak kunjung memperdulikan dirinya. "Heeem?" Victor akhirnya menyadari teguran itu, dan membaca tulisan tangan Ceciciilia."Ehm ... Yeah! The best idea is ..." Victor hendak mengemukakan ide dari Cecicillia, saat sebuah suara menginterupsinya dengan nada keras. Suara dari Mr. Sanders, salah satu pemegang saham dan dewan direksi senior. "Ceicillia, tolong hentikan tindakan kekanakanmu itu. Kami dapat melihat apa yang ingin kamu lakukan dengan memakai nama Victor. Sebaiknya kamu tinggalkan rapat ini dan serahkan kepada orang-orang yang lebih kompeten di sini." "Kami sedang membicarakan bisnis, bukan permainan game gadis kecil."Seluruh ruangan rapat dewan dipenuhi gelak tawa demi mendegnar teguran dari Mr. Sanders. Sepertinya mereka semua sepakat dengan perkataan bisnisman tua yang kolot itu. Sementara Victor yang ikut ditegur merasa malu dan memilih untuk menundukkan wajahnya dalam-dalam.
"Sialaaan Pak Tua Sanders! Dia pikir aku seorang gadis kecil yang tidak bisa berbisnis?" Ceicillia membatin kesal karena merasa dilecehkan. Para pebisnis Amerika ini tidak tahu jika Ceicillia Tang dari Ciputra Group di Indonesia dikenal dengan sebutan ratu bisnis. Dia memiliki segudang pengalaman memimpin Ciputra Group sampai menjadi sebuah perusahaan raksasa multi dimensi seperti saat ini. "Jika mendiang ayahmu ingin mendengar pendapat darimu, maka dia akan menjadikanmu CEO. Tapi nyatanya dia memilih Victor, jadi kamu harus mendengarkan perkataannya dan para pemegang saham lainnya." "Saya juga salah satu pemegang saham, kenapa kalian tidak mau mendengarkan saya?" Cecicillia balik melakukan perlawanan, masih berusaha agar idenya dapat didengarkan. Sebenarnya bisa saja Ceicillia lepas tangan dan tidak memperdulikan nasib Victor dan perusahaan ayahnya di Amerika itu. Dia bisa kembali ke Indonesia dan berkuasa di singasana CEO Ciputra Croup yang empuk dengan segala kemewahan duniawi. Namun bagaimanapun, Ceicil masih punya hati. Dia masih mencintai ayah dan kakak kandungnya sendiri. Tak ingin aset peninggalan ayah mereka akan berakhir mengenaskan dengan kebangkrutan perusahaan serta membuat Victor jatuh miskin. "Kamu sudah melewati batas, dan jika diteruskan bisa membuat kami marah. Perlu saya tekankan sekali lagi, bahwa kami tidak memerlukan kamu." Sanders menekankan kalimat terakhirnya untuk memperjelas posisi Ceicillia."Excused me, Saya ..." Ceicillia hendak menjawab saat Victor memotong ucapannya untuk melerai. "Saya rasa kita semua harus menahan diri, calm down please!" Semua peserta rapat seketika mengalihkan perhatian kepada Victor, hampir semua tepatnya. Karena Ceicillia dapat melihat dengan jelas bahwa Augusto Vitale sedang memperhatikan dirinya tanpa berkedip dari sisi sebelah kanan ruangan."You know, saya sepertinya tertarik dengan gagasan yang ingin disampaikan oleh Miss Ceicillia Tang." Augusto berkata sambil sesekali memberikan lirikan dan senyuman ke arah Ceicil. Cecillia sedikit risih menyadari tingkah bisnisman asal Italia itu. Augusto Vitale menurut Victor akan menjadi mitra kerja yang tepat untuk bekerja sama. Namun Ceicil tidak dapat melihat keuntungan dengan penggabungan perusahaan mereka yang bergerak di bidang berbeda. Ketidak sukaan Cecil pun semakin bertambah karena Augusto kerap kali merayu dirinya secara terang-terangan di berbagai kesempatan. "Mungkin aku bisa gunakan Augusto Vitale untuk mendapatkan tambahan pengaruh? Duh makin runyam aja urusannya." Ceicil membatin sambil memperhatikan perkembangan situasi.Lagu mars pernikahan mulai mengalun syahdu, Ceicillia pun menautkan lengannya di siku Victor. Kemudian mereka berjalan beriringan menyusuri aisle berkarpet merah. Dengan ujung sebuah podium berhiaskan bunga-bunga segar yang tertata indah pada pilar berbentuk omega. Ceicillia berjalan dengan pandangan lurus ke depan untuk mengurangi rasa grogi. Memandang kepada Alex, yang berdiri menantinya bersama seorang pendeta. Pria yang sesaat lagi akan menjadi suaminya itu, juga memandang kepada Ceicillia dengan pandangan berbinar. Saat jarak yang memisahkan mereka sudah dekat, Alex meraih tangan Ceicillia dan menggengamnya dengan erat. Seketika Ceicillia merasakan kehangatan dan ketenangan kembali karena tindakan itu. 'Kenapa Alex selalu bisa membuatku merasa nyaman?' "Selamat datang para tamu undangan sekalian. Kita semua hadir di sini untuk menjadi saksi dan turut merayakan dua insan manusia yang akan saling bertukar janji suci. Unt
Setelah acara pemotretan di roof top, Ceicillia masih harus melalui beberapa sesi pemotretan dengan keluarga inti mereka. Sebelum akhirnya kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Untuk acara kedua adalah pemberkatan dan pengambilan janji suci yang sakral. Jadi Ceicillia sengaja memilih wedding dress yang lebih tertutup. Gaun long sleeves lace, potongan square neck, dan desain mengembang di bagian bawah. Rambut panjang Ceicillia ditata rapi ke atas kepala dengan sebuah tiara dan ditambahkan sebuah veil sepanjang punggung. Set perhiasan yang dikenakan untuk acara ini juga terkesan elegan namun tidak berlebihan. "Semuanya mulai terasa mengharukan sekarang, putri kesayanganku akan melepas masa lajangnya." Miranda berkata dengan kedua mata berbinar. Menghampiri putrinya yang baru selesai berdandan untuk acara pemberkatan. "Mama ..." Ceicillia kembali diserang oleh rasa bersalah kepada sang ibu.
Hari-hari berjalan sangat lambat bagi Ceicillia karena perasaannya yang tak menentu. Segala persiapan pernikahan membuatnya semakin gunda gulana. Bukan rasa bahagia yang merasuk dalam jiwanya demi menanti hari pernikahan yang sakral itu. Namun rasa sedih, takut dan gelisah yang selalu menghantui pikirannya. Karena pernikahannya dengan Alex adalah kepalsuan belaka. Pernikahan karena kesepakatan. 'Sampai kapan kami harus berpura-pura menikah? Apakah hanya sampai aku mendapatkan saham dan keadaan perusahaan milik ayahku membaik?' 'Setelah itu bagaimana? Apakah kami akan bercerai? Apakah kami akan hidup berpisah?' 'Lalu keluarga kami bagaimana? Apa yang harus kami katakan kepada mereka?' Ceicillia gagal menemukan jawaban untuk segala pertanyaan itu sampai hari pernikahan mereka tiba. Gagal pula menentukan bagaimana dirinya harus bersikap kepada Alex setelah
"Kenapa wild flower? Kenapa bukan bunga yang lebih mewah seperti bunga mawar, anggrek, bulan, lily, atau tulip putih?" Thalita bertanya tidak puas. "Benar sekali. Kita dapat memesannya dari luar negeri. Bahkan jika kamu ingin bunga melati kita bisa mendatangkan dari Indonesia." Mira ikut memberikan penawaran. "Kami siap menyediakan semuanya." Nora memberi kesanggupan, sebagai wedding planner profesional kelas sultan. "Italian Rose mungkin bisa menjadi pilihan?" Alex ikut menanggapi dengan mengedipkan matanya jahil. "No thanx." Ceicillia menolak mentah-mentah. Buket bunga mawar telah memberinya trauma, apalagi jika mengingat siapa yang mengirimnya. 'Aku tidak ingin mengingat tentang Augusto di hari istimewa nanti.' 'Dan lagi wild flower adalah bunga yang dibenci oleh Kathie, mungkin aku bisa sedikit menjahilinya nanti.'
"Sakarang giliranmu mencoba tuxedo, Alex ..." Ceicillia perlahan membalikkan tubuhnya sehingga tepat berhadapan dengan Alex.Gadis itu memberikan senyuman indah sambil mengurai lengan Alex yang masih memeluk pinggangnya. "Aku akan membantumu, membuka pakaian yang kamu kenakan."Ceicillia sengaja mengalihkan pandangan ke bawah, tak berani menatap langsung kedua mata Alex saat melanjutkan tindakannya. Dia melepaskan satu persatu bulir kancing kemeja pria itu sampai terbuka semua. Wajah Ceicillia semakin memanas demi mendapati bentukan torso Alex yang terpahat dengan sempurna tepat di hadapannya. Buru-buru dia melepaskan kemeja yang melekat di tubuh pria itu. Tidak sampai di sana saja, Ceicillia juga melepaskan gasper ikat pinggang Alex. Dengan membuang segala rasa malu dan gengsi, dia juga membuka kait celana serta menurunkan perlahan resleting celana pria itu. Sehingga kain hitam itu meluncur turun begitu saja di lantai.'Oh God, this bo
"Untuk lingerie, mungkin Alex bisa bantu memilih. Mana yang kamu sukai untuk dipakai Ceicil?" Miranda menggoda calon menantunya. "Tidak-tidak!" Ceicillia mendahului menjawab. Tak ingin membahas tentang onderdil pribadinya di depan Alex. "Masalah lingery biarlah menjadi kejutan untuk acara bulan madu nanti." "Model apapun boleh. Karena endingnya juga akan sama, dilepaskan." Alex menjawab dengan senyuman simpul. Jawaban lugas Alex kontan menuai derai tawa dari Nora dan kedua ibu mereka. Sedangkan Ceicillia sedikit memanas wajahnya demi mendengarnya. 'Yaampun, kukira dia akan bersemangat memilih lingery. Tapi ternyata dia malah lebih bersemangat melepaskannya dari tubuhku.' batin Ceicillia bergidik. "Sudah-sudah, hentikan pemanasan rayuannya. Sebaiknya kalian masuk ke fitting room dan mencoba pakaian." Nora menengahi pembicaraan. Pimpinan wedding planner itu pun segera menggiring Ceicillia