"Anda tentu dapat memberikan gagasan, namun saya dan dewan direksi disini lebih senior dan berpengalaman dalam pasar Amerika." Sanders menjawab telak kepada Augusto. Sengaja menekankan bahwa pria itu bukan berasal dari Amerika.
'Lagi-lagi deskriminasi kan? Orang-orang Amerika banyak yang rassis dan kolot sekali. Mereka merasa sebagai bangsa yang paling hebat.' Berbagai dukungan kembali mengalir kepada Mr. Sanders. Dan Augusto pun tidak melanjutkan sanggahan dan pembelaan terhadap Ceicillia. Augusto juga memanfaakan kegaduhan suasana untuk mendekat depada Ceicillia dan berbisik. "You can count on me, Bella Donna." Ceicil semakin bergidik mendengar rayuan picisan dari Augusto, yang bahkan berani memanggilnya wanita cantik dalam bahasa Italia. Namun mengingat posisinya yang kurang menguntungkan saat ini, Ceicil berusaha untuk memupuk kesabaran dan menjawab netral. "Thank you, I aprreciated your support.""Anytime, preziosa." Augusto sumringah, melemparkan kedipan nakal kepada Ceicil. Membuat gadis itu semakin jengah dan kesal dalam ketidak berdayaan. 'Jelas sekali Augusto memiliki maksud terselubung dengan membelaku tadi. Entah itu motif pribadi, atau bisnis.' Ceicillia membatin nelangsa. 'Seandainya saja ada jalan untuk mendapatkan tambahan saham dan pengaruh di perusahaan.' Permainan pikiran Ceicillia tak bisa lepas dari berbagai scenario untuk mendapatkan pengaruh sepanjang rapat berlangsung. Sampai akhirnya rapat berakhir, dia bergegas mengemasi barang ke dalam tas dan pergi. Bahkan tanpa pamit dan beramah tamah kepada Victor dan para anggota dewan direksi lainnya. Ingin cepat-cepat kembali ke peraduan yang nyaman. Perjalanan dari kantor ke apartemen Ceicillia tidak begitu jauh, namun suasana jalanan yang sibuk pada jam pulang kerja membuat mobilnya terjebak kemacetan. Ceicil memanfaatkan waktu di mobil untuk memejamkan mata dan beristirahat sejenak, sampai sopir menurunkan dirinya di lobi apartemen. Gadis berdarah Amerika, China dan Indonesia itu pun melangkah ringan ke arah flat miliknya di lantai 7. Hal pertama yang ingin dilakukan Ceicil adalah ke arah kamar mandi untuk melepaskan penat dengan mandi air shower hangat. Kemudian mengisi perut dan tidur sepuasnya di kasur yang empuk. DING_DONG! Baru saja Cecicillia menyelesaikan ritual mandi, bel pintu apartemen berbunyi. Gadis itu pun buru-buru mengeringkan badan dan mengambil pakaian pertama yang dia lihat di almari. Sebuah t-shirt oversize yang kemudian dipakainya tanpa bawahan, baju rumahan yang nyaman."Food! Finally!" Ceicil buru-buru menyambut tamu yang datang. Mengira bahwa makanan depivery order yang dipesannya saat di mobil tadi telah tiba. Cecicillia membuka pintu flat berbahan kayu, namun yang dia dapati bukanlah gadis yang biasanya mengantarkan makanan untuknya. Melainkan sesosok tubuh yang tidak asing, tersenyum kepadanya. Kedua mata Ceicil membola demi melihat sosok pria yang pernah mengisi hatinya, menjadi kekasih pada masa kuliah. Pria yang juga merupakan putra dari teman bisnis ayahnya - Alexander Goldman. "Hey Cesi, semangat sekali bukain pintu sampai lupa pakai celana?" Alex menyapa Ceicil dengan nada menggoda dan senyuman penuh pesona. Masih dengan panggilan sama yang dulu diberikan kepadanya, Cesi. "Oh crap!" Ceicil mengumpat frustasi saat melihat bagian bawah tubuhnya sendiri. Buru-buru dia menarik turun t-shirt yang dia kenakan agar bisa lebih banyak menutupi kedua paha mulusnya yang terbuka. Ceicil menyesali kebodohannya yang berpakaian sekennya tadi. Jauh sekali dari image yang biasa dia tampilkan dalam keseharian sebagai wanita sempurna dan elegan di setiap kesempatan. Sementara Alex yang berdiri di hadapannya malah mengenakan setelan mansuite yang rapi. 'Astagaaaaa! Kenapa Alex harus melihatku dengan penampilan tidak layak seperti ini?' "Sedang apa kamu di sini?" Ceicillia bertanya setelah dapat mengatasi kecanggungan. "Apa aku tidak boleh mengunjungi teman lamaku?" Masih dengan senyuman terkembang di bibir, Alex menjawab. "Tentu boleh." Sesuai norma kesopanan, Ceicil tidak dapat menolak. Akan tetapi dirinya masih merasa curiga dengan kedatangan Alex tanpa adanya pertanda angin dan hujan ini. Ceicillia pun mengamati dengan seksama pria yang berdiri di hadapannya itu. Alexander Goldman terlihat lebih matang dan dewasa dengan tatapan mata yang tajam. Setelah cukup lama tidak bertemu, Ceicil tidak mengira bahwa Alex kini terlihat lebih tampan daripada yang pernah diingatnya dulu. "Apa kamu tidak akan mempersilahkanku masuk?" "Ah, iya silahkan masuk ..." Ceicil mempersilahkan Alex masuk. Pria itu pun mengikuti langkahnya sampai ke ruang tamu."Silahkan duduk, lalu ijinkan aku permisi untuk berganti pakaian sebentar."
"Tentu saja, tapi sebenarnya kamu tidak perlu repot berganti baju pun tidak masalah. Aku sama sekali tidak keberatan." Alex menjawab santai sambil mengambil duduk di salah satu sofa. "Enak saja. Aku yang keberatan, dasar cowok mesuum!" Ceicil memutar bola matanya sambil berkacak pinggang. Dan Alex pun tergelak saat gadis itu berjalan cepat ke arah salah satu kamar. Kali ini Ceicil tak mau asal memilih baju lagi, dia sengaja mengambil jumpsuit berbahan sutra yang melekat pas di tubuh. Pakaian casual namun juga elegan dan memancarkan aura kecantikan yang dinamis. Tak ketinggalan pula dia mengulas sapuan make up minimalis dan menata rambut dengan gaya pony tail di atas kepala yang segar. Ceicillia kembali ke ruang tamu di mana Alex menanti dengan sabar. Saat menyadari langkah kaki wanita yang dinantinya, Alex menaikkan pandangan mata. Kemudian tersenyum puas, seolah penantiannya terbayar seketika demi melihat penampilan cantik Ceicillia. "Meskipun aku suka dengan gayamu yang tanpa celana, tapi harus kuakui jika kamu terlihat sangat menawan kali ini." Alex memberikan pujiannya. "Memang biasanya aku tidak menawan?" "Biasanya kamu terlihat terlalu formal dengan setelan kerja. This is a nice change." "Sekarang kan bukan lagi di kantor. Aku juga bisa berpakaian santai saat di rumah." Ceicil menjawab sambil tertawa ringan karena menganggap ucapan Alex lucu. 'Jadi kamu kira aku tidur dengan mengenakan work suit?' Gadis bertubuh langsing itu mengambil duduk di sofa yang berhadapan dengan Alex sebelum bertanya, "So? what brings you here?" Alex kembli tersenyum mendengar pertanyaan to the point dari Ceicillia. Dia tahu benar bahwa gadis itu adalah seorang bisnis woman sejati yang tidak suka berbasa-basi. Tak ingin membuang waktunya yang berharga sedetik pun. "Tidak bolehkan aku datang dan mengunjungi mantan kekasihku?" 'Kekasih? Jangan ingatkan aku dengan kejadian di masa lalu.' Ceicillia membatin, teringat akan hubungan mereka berdua waktu muda.Lagu mars pernikahan mulai mengalun syahdu, Ceicillia pun menautkan lengannya di siku Victor. Kemudian mereka berjalan beriringan menyusuri aisle berkarpet merah. Dengan ujung sebuah podium berhiaskan bunga-bunga segar yang tertata indah pada pilar berbentuk omega. Ceicillia berjalan dengan pandangan lurus ke depan untuk mengurangi rasa grogi. Memandang kepada Alex, yang berdiri menantinya bersama seorang pendeta. Pria yang sesaat lagi akan menjadi suaminya itu, juga memandang kepada Ceicillia dengan pandangan berbinar. Saat jarak yang memisahkan mereka sudah dekat, Alex meraih tangan Ceicillia dan menggengamnya dengan erat. Seketika Ceicillia merasakan kehangatan dan ketenangan kembali karena tindakan itu. 'Kenapa Alex selalu bisa membuatku merasa nyaman?' "Selamat datang para tamu undangan sekalian. Kita semua hadir di sini untuk menjadi saksi dan turut merayakan dua insan manusia yang akan saling bertukar janji suci. Unt
Setelah acara pemotretan di roof top, Ceicillia masih harus melalui beberapa sesi pemotretan dengan keluarga inti mereka. Sebelum akhirnya kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian. Untuk acara kedua adalah pemberkatan dan pengambilan janji suci yang sakral. Jadi Ceicillia sengaja memilih wedding dress yang lebih tertutup. Gaun long sleeves lace, potongan square neck, dan desain mengembang di bagian bawah. Rambut panjang Ceicillia ditata rapi ke atas kepala dengan sebuah tiara dan ditambahkan sebuah veil sepanjang punggung. Set perhiasan yang dikenakan untuk acara ini juga terkesan elegan namun tidak berlebihan. "Semuanya mulai terasa mengharukan sekarang, putri kesayanganku akan melepas masa lajangnya." Miranda berkata dengan kedua mata berbinar. Menghampiri putrinya yang baru selesai berdandan untuk acara pemberkatan. "Mama ..." Ceicillia kembali diserang oleh rasa bersalah kepada sang ibu.
Hari-hari berjalan sangat lambat bagi Ceicillia karena perasaannya yang tak menentu. Segala persiapan pernikahan membuatnya semakin gunda gulana. Bukan rasa bahagia yang merasuk dalam jiwanya demi menanti hari pernikahan yang sakral itu. Namun rasa sedih, takut dan gelisah yang selalu menghantui pikirannya. Karena pernikahannya dengan Alex adalah kepalsuan belaka. Pernikahan karena kesepakatan. 'Sampai kapan kami harus berpura-pura menikah? Apakah hanya sampai aku mendapatkan saham dan keadaan perusahaan milik ayahku membaik?' 'Setelah itu bagaimana? Apakah kami akan bercerai? Apakah kami akan hidup berpisah?' 'Lalu keluarga kami bagaimana? Apa yang harus kami katakan kepada mereka?' Ceicillia gagal menemukan jawaban untuk segala pertanyaan itu sampai hari pernikahan mereka tiba. Gagal pula menentukan bagaimana dirinya harus bersikap kepada Alex setelah
"Kenapa wild flower? Kenapa bukan bunga yang lebih mewah seperti bunga mawar, anggrek, bulan, lily, atau tulip putih?" Thalita bertanya tidak puas. "Benar sekali. Kita dapat memesannya dari luar negeri. Bahkan jika kamu ingin bunga melati kita bisa mendatangkan dari Indonesia." Mira ikut memberikan penawaran. "Kami siap menyediakan semuanya." Nora memberi kesanggupan, sebagai wedding planner profesional kelas sultan. "Italian Rose mungkin bisa menjadi pilihan?" Alex ikut menanggapi dengan mengedipkan matanya jahil. "No thanx." Ceicillia menolak mentah-mentah. Buket bunga mawar telah memberinya trauma, apalagi jika mengingat siapa yang mengirimnya. 'Aku tidak ingin mengingat tentang Augusto di hari istimewa nanti.' 'Dan lagi wild flower adalah bunga yang dibenci oleh Kathie, mungkin aku bisa sedikit menjahilinya nanti.'
"Sakarang giliranmu mencoba tuxedo, Alex ..." Ceicillia perlahan membalikkan tubuhnya sehingga tepat berhadapan dengan Alex.Gadis itu memberikan senyuman indah sambil mengurai lengan Alex yang masih memeluk pinggangnya. "Aku akan membantumu, membuka pakaian yang kamu kenakan."Ceicillia sengaja mengalihkan pandangan ke bawah, tak berani menatap langsung kedua mata Alex saat melanjutkan tindakannya. Dia melepaskan satu persatu bulir kancing kemeja pria itu sampai terbuka semua. Wajah Ceicillia semakin memanas demi mendapati bentukan torso Alex yang terpahat dengan sempurna tepat di hadapannya. Buru-buru dia melepaskan kemeja yang melekat di tubuh pria itu. Tidak sampai di sana saja, Ceicillia juga melepaskan gasper ikat pinggang Alex. Dengan membuang segala rasa malu dan gengsi, dia juga membuka kait celana serta menurunkan perlahan resleting celana pria itu. Sehingga kain hitam itu meluncur turun begitu saja di lantai.'Oh God, this bo
"Untuk lingerie, mungkin Alex bisa bantu memilih. Mana yang kamu sukai untuk dipakai Ceicil?" Miranda menggoda calon menantunya. "Tidak-tidak!" Ceicillia mendahului menjawab. Tak ingin membahas tentang onderdil pribadinya di depan Alex. "Masalah lingery biarlah menjadi kejutan untuk acara bulan madu nanti." "Model apapun boleh. Karena endingnya juga akan sama, dilepaskan." Alex menjawab dengan senyuman simpul. Jawaban lugas Alex kontan menuai derai tawa dari Nora dan kedua ibu mereka. Sedangkan Ceicillia sedikit memanas wajahnya demi mendengarnya. 'Yaampun, kukira dia akan bersemangat memilih lingery. Tapi ternyata dia malah lebih bersemangat melepaskannya dari tubuhku.' batin Ceicillia bergidik. "Sudah-sudah, hentikan pemanasan rayuannya. Sebaiknya kalian masuk ke fitting room dan mencoba pakaian." Nora menengahi pembicaraan. Pimpinan wedding planner itu pun segera menggiring Ceicillia