Share

Kamar ke-tiga

Penulis: Rara Arrazaq
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-29 15:57:47

Perempuan itu menatap Andra intens tanpa melirik Dinda sedikitpun. Senyuman di bibir merahnya masih mengembang, namun ucapannya penuh dengan tekanan, "apa kamu mengabaikan ku, Janson Sayang?"

Sayang?

Kata itu membuat Dinda terpaku. Baru saja ia menanyakan tentang pacar tiba-tiba saja seorang wanita memanggil laki-laki itu dengan sebutan sayang?

Andra menghembuskan napas panjang, menatap jengah perempuan yang menghadang mobilnya.

"Tunggu sebentar," ucapnya pada Dinda. Membuka pintu lalu menghampiri wanita itu.

"Ada apa?" tanyanya datar.

Wanita itu menatap manja. Tangannya terulur menyentuh jas kedokteran Andra dan merapikannya penuh perhatian.

Andra membiarkannya tanpa ekspresi.

"Janson, aku ingin makan malam denganmu malam ini," pinta wanita itu dengan nada yang mendayu-dayu.

"Aku tidak bisa. Kau bisa mengajak Alex atau temanmu."

"Adikmu itu mana pernah mau diajak dinner romantis. Aku benar-benar kesepian beberapa hari ini. Kalian mengabaikanku," rajuk wanita itu.

"Tapi aku benar-benar tidak bisa. Ada yang harus aku lakukan malam ini."

"Apa karena perempuan itu?" Wanita itu menyebut Dinda tanpa menunjuk ataupun meliriknya.

"Ya." jawab Andra, masih dengan ekspresi datar.

"Apa dia korbanmu selanjutnya?"

Ekspresi Andra seketika berubah. Matanya menatap tajam dengan raut yang begitu dingin. "Korban?" ulangnya dengan nada penuh penekanan. "Apa maksudmu dengan korban?"

Wanita itu tampak gelagapan. Dengan gugup ia langsung mengubah kata-katanya. "Bukan ... bukan begitu maksudku," ralatnya.

"Dia adalah istriku. Perempuan yang baru saja aku nikahi," tegas Andra.

Bibir merah wanita itu tampak mengatup rapat mendengarnya. "Istri?" tanyanya beberapa detik kemudian.

"Ya. Jangan ganggu aku lagi. Kau bisa mencari Alex jika membutuhkan apapun." Andra lekas berbalik untuk kembali masuk mobil.

"Kamu nggak boleh menikah, Janson!" Suara wanita itu terdengar bergetar. "Kenyataan tentang kamu seharusnya membuat kamu hanya bisa menikah denganku! Aku yang sangat mengenalmu!"

Langkah Andra seketika terhenti. Laki-laki itu berjas putih selutut itu berbalik kembali dengan raut yang dipenuhi dengan aura kegelapan.

"Siska!" geramnya dengan menyebut nama wanita itu. "Perkataanmu sudah melampaui batas!"

Melihat ekspresi Andra, wajah cantik Siska seketika pucat. "Maafkan aku ... aku hanya ... tak mau kehilanganmu," gugupnya.

"Dokter?" Suara Dinda memanggil dari arah mobil. Gadis itu telah keluar dan berdiri di samping pintu mobil.

Panggilan itu seketika membuyarkan aura kegelapan yang melingkupi wajah tampan Andra. Laki-laki itu menutup matanya sejenak kemudian menatap Siska lurus. Kembali datar dan tanpa ekspresi. "Aku harus pergi. Jangan terus bergantung padaku," ucapnya. Lalu berbalik meninggalkan Siska yang terpaku.

Perlahan netra Siska yang berlensa kotak abu-abu itu digenangi air mata. Menatap punggung Andra dengan nelangsa.

Dinda yang melihat ketegangan diantara mereka hanya bisa diam dan ikut masuk kembali ke dalam mobil.

Mobil hitam Andra kembali melaju. Meninggalkan Siska yang masih terpaku ditempatnya.

Di dalam mobilnya, Andra tidak membahas apa-apa. Ia hanya menyetir dengan pandangan lurus ke depan.

Hingga beberapa saat berlalu, mobil hitam itu memasuki sebuah area komplek perumahan. Perumahan yang tampak begitu nyaman dan bersih dengan rumput di halaman yang terpangkas rapi dan juga beberapa pohon palem.

Mobil berhenti di hadapan salah satu rumah. Rumah minimalis bercat biru muda kombinasi putih seperti rumah-rumah di yang berjejer di sampingnya.

"Kita sampai," desah laki-laki itu. Bibirnya kemudian mengurai senyuman.

Dinda ikut tersenyum, namun menjadi canggung. Kejadian tadi dan diamnya Andra sepanjang sisa perjalanan membuat suasana hatinya serba tak enak.

"Ayo turun," ajak Andra sambil membuka sit belt-nya.

Dinda menurut.

Laki-laki itu membawakan tasnya dan membuka pintu rumah dengan kunci dari sakunya.

"Rumahnya kecil," ucapnya begitu pintu terbuka, memperlihatkan ruang tamu dengan luas 9 m2 itu.

Dinda mengikuti langkah Andra memasuki ruangan itu. Interiornya super sekali. Perabotannya serba elegan dengan kualitas tinggi yang sekali lihat bisa ditebak kisaran harganya yang di atas 6 digit.

Dinda tidak terlalu terkejut karena ia tahu rumah ini adalah milik seorang owner toko properti terbesar di kotanya.

Namun menginjakkan kaki di dalam rumah seorang laki-laki tentu membuat perasaannya bercampur aduk.

"Rumah ini punya dua kamar. Karena kamu masih belum ingin punya junior, berarti kita harus tidur di kamar yang berbeda."

Ucapan Andra membuat pipi Dinda seketika bersemu merah.

"Aku tak bisa menjamin tidak akan mengganggumu jika kita berada dalam satu kamar," sambungnya dengan suara yang hampir serupa gumaman.

Dinda semakin panas dingin mendengarnya. Gadis itu menjadi salah tingkah dan gugup setengah mati.

"Kamar kamu yang di sebelah sini," tunjuk Andra pada salah satu di antara dua kamar yang berseberangan dan berhadapan pintunya.

Dinda melihat ke arah kamar di sebelah kirinya itu. Gadis itu mengangguk. "Biar saya masukkan sendiri tasnya," pinta gadis itu sambil menatap ranselnya yang dijinjing Andra.

Laki-laki itu mengangguk. "Panggil aku kalau butuh sesuatu," ucapnya.

Kamar yang dimasuki Dinda tampak begitu rapi. Interiornya juga elegan seperti hotel bintang lima. Orang pasti tidak menyangka interior rumah dinas bisa seperti ini.

Dinda menghenyakkan pantatnya di atas kasur yang tebal dan empuk. Gadis itu kemudian menengadah dan menghela napasnya.

Tidak disangka kini ia telah menjadi istri orang dan tinggal di rumah seorang laki-laki asing yang telah berpredikat sebagai suaminya.

Bayangannya kembali pada kejadian di tengah jalan tadi. Siapa sebenarnya perempuan cantik nan seksi itu? Dinda sempat mendengar namanya Siska.

Melihat Andra membiarkan saja jasnya dirapikan dan juga kekecewaan perempuan itu saat ditinggalkan Andra begitu saja, sepertinya mereka kenal cukup dekat. Apa mungkin dia adalah mantan pacar Dokter Andra?

Dinda merebahkan tubuhnya sambil mendesah. Ah, siapapun wanita itu lebih baik tidak ia jadikan pikiran. Yang penting sekarang ia tak perlu menjadi istri pria tua dan kasar yang pasti akan melenyapkan cita-citanya.

Bersama Andra ia bisa menjadi seorang pelukis seperti impiannya, bahkan Andra akan mendukung cita-citanya itu.

Bangkit dari tempat tidur, gadis itu mematut diri di kaca sejenak. Masih ada sedikit sisa make-up pengantin tadi. Ia merasa tak nyaman. Tubuhnya juga pegal.

Hari sudah sore, lebih baik ia membersihkan diri dan keluar untuk melihat apa yang perlu ia bantu di rumah ini.

Setelah mandi dan merasa segar, Dinda membuka pintu kamarnya. Matanya langsung terpaku ke hadapan, pada sosok jangkung yang juga baru keluar dari kamar yang berhadapan dengan kamarnya.

Keduanya bertemu tatap dan saling terpaku sesaat.

Bibir menawan Andra mengembangkan senyuman.

"Apa kita memiliki kontak batin? Atau memang sehati?" goda Andra.

Dinda tersipu dan mengalihkan pandangannya pada handle pintu. Memperhatikan pintu yang sengaja ia tutup pelan untuk menghindari tatapan laki-laki itu.

"Apa kamarnya nyaman?"

"Nyaman sekali, Dokter," jawab Dinda. "Apa ada yang perlu saya bantu?" sambungnya.

"Bantu?" Andra memasang tampang berpikir. "Ada. Aku ingin kamu membantuku melewati sore ini dengan secangkir kopi."

"Baik, kalo begitu saya akan buatkan kopinya."

Andra ingin melarang, tapi sepertinya gadis itu membutuhkan kegiatan agar tak lagi canggung dengan suasana rumah.

Laki-laki itu menunjuk letak dapurnya.

Setelah menyeduh kopi dengan seduhan mesin kopinya, Dinda kembali ke ruang depan dengan dua cangkir kopi di dalam nampan.

"Aku ingin minta bantuan mu lagi," ujar Andra setelah gadis itu duduk di hadapannya.

"Boleh, Dokter bilang saja."

"Aku ingin melanjutkan permainan batu gunting kertas nya."

Dinda tersenyum, "oke," jawabnya tak keberatan." Ia juga masih menyimpan banyak pertanyaan tentang laki-laki itu.

Dan permainan masa kanak-kanak itu pun kembali dimulai. Pada sesi pertama Dinda yang menang dan berhak untuk bertanya.

"Apa keinginan Dokter yang belum tercapai setelah menjadi seorang dokter?"

Andra terdiam sesaat. "Entahlah," mengangkat bahu. "Aku cuma menjalani saja. Tidak pernah punya keinginan atau cita-cita. Karena menurutku semakin tinggi keinginan akan semakin tinggi pula kekecewaan yang didapatkan saat gagal. Dan aku paling tidak suka merasa kecewa."

"Berarti menjadi seorang dokter bukan cita-citanya Dokter?"

"Bukan. Aku hanya kebetulan memilih fakultas kedokteran," jawab Andra. "Itu sudah dua pertanyaan," senyumnya kemudian.

Dinda ikut tersenyum.

Ronde ke-dua, Dinda kembali menang. Ia ingin menanyakan masalah wanita bernama Siska tadi. Namun belum sempat bibirnya berucap, suara dering ponsel Andra membuatnya urung.

"Sebentar ya, aku angkat telepon dulu," ujar laki-laki itu.

Dinda mengangguk. Menatap tubuh jangkung itu bangkit dan menempelkan ponsel di telinganya.

"Halo Alex," ucapnya sambil melangkah keluar dan berdiri di teras.

Dinda meraih cangkir kopi dan menyeruput minuman pekat itu sedikit. Matanya kemudian mengedar ke sekeliling.

Rasanya saat kembali dari dapur tadi ia melihat sebuah pintu kamar lain. Dengan hati penasaran, gadis itu melangkah kembali ke belakang.

Benar. Ada kamar lain.

Tapi bukankah tadi sang dokter mengatakan rumah ini hanya memiliki dua kamar?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Extra Part yang Paling Heboh.

    Extra partAndra berdiri dengan kedua tangan di dalam saku celananya. Di sampingnya berdiri seorang laki-laki bertubuh kekar dan bertopi yang tak lain adalah IPDA Reza. "Apa yang bisa membuatku yakin, kau tak akan berubah karena trauma itu lagi?" Andra menghela napas. "Yang pertama, aku telah mengetahui apa alasan ibuku menggantung diri. Dan aku juga sudah menangkap orang yang menjadi penyebab ibuku melakukan hal itu. Yang kedua, aku memiliki seorang istri seperti Dinda, kau juga mengenalnya seperti apa, dia tak akan membiarkanku kembali ke masa lalu.""Baiklah kalau begitu. Aku akan melupakan sebuah flashdisk yang pernah aku temukan di rumahmu di bukit Pinus.""Flashdisk?" Andra mengernyit. Karena rasanya ia dan Dinda telah memusnahkan semua flashdisk-nya. "Ya," Reza tersenyum tipis. "Sepandai-pandainya tupai melompat, suatu kali akan jatuh juga."Andra terdiam sejenak, lalu tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. "Itu benar," sahutnya."Aku pergi dulu. Siang ini aku harus segera b

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Tamat

    Soni dan Guntur serentak keluar dari pintunya masing-masing. Lalu berlari menuju pintu masuk. Menyusul Andra yang sudah berlari lebih dulu. Sementara Dinda yang terpaksa tak ikut langsung mengunci pintu mobil seperti perintah Andra sebelumnya. "Bahaya, kalau karyawan perempuan itu dilenyapkan juga karena cuma dia saksi matanya," deduksi Soni sambil berlari di samping Guntur. "Tidak, bagaimana kalau karyawan perempuan itu yang membawa air bercampur racun?"Brak!Andra mendobrak pintunya. Lalu berlari cepat ke arah dua orang karyawan yang berjongkok di samping tubuh Yani. "Jangan bergerak!" teriaknya. Kedua orang itu tersentak dan sama-sama menoleh ke arah suara yang mengagetkan itu! Namun bedanya, yang perempuan langsung menunduk kembali. Andra tertegun. Ia mengenal wajah itu. *Flashback.Jamal menatap sosok berpakaian serba hitam yang datang untuk berterimakasih padanya kedalam penjara. "Kenapa kau ingin mengkambinghitamkan laki-laki yang kau cintai?" Sosok itu menghela nap

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Bab Puncak (Menegangkan)

    Hari sudah siang, semua karyawan PT sedang keluar untuk makan siang. Begitu juga dengan pekerja di gudang. Mereka baru saja keluar, saat mobil Andra dan timnya berhenti di tepi jalan. Andra membuka jendela mobilnya. Sekilas terdengar salah seorang pekerja di gudang itu membicarakan sesuatu dengan bibir tersenyum-senyum. "Pekerja baru itu cantik banget, ya? Udah gitu pekerja keras lagi. Barang sekarung besar itu diseret sendiri. Aku udah nawarin bantuan tapi doi menolak secara halus.""Iya, gue juga udah ngajak makan. Katanya mau nyelesain kerjaan dulu. Bakal betah gue kerja kalo ada temen kerja kayak gitu," timpal temannya. Sementara itu, Martin dan lima anak buah kepercayaannya langsung mengepung di sekeliling gudang.Sedangkan Andra, Dinda, Soni, dan Guntur tidak langsung keluar dari mobil karena Soni harus meretas kamera CCTV gudang untuk melihat keadaan di dalam."Tidak akan lama," Soni langsung fokus.Kamera berhasil di retas setelah beberapa saat. Tampaklah penampakan isi gud

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Bab Menjelang Tamat

    Tring. Semua yang terdiam tampak tersentak kaget mendengar dering ponsel Andra. "Paman Amir," ujarnya pada Dinda. Lalu mengangkat telepon itu."Ya, halo," jawabnya. "Halo, Nak Andra! Istriku menghilang!" panik Amir di seberang. "Apa?!" Mata Andra melebar. Yani, yang menjadi umpan jebakannya menghilang? "Paman yakin dia tidak pergi ke suatu tempat?" "Entahlah, tapi sepertinya istriku benar-benar takut akan dituntut. Jadi kurasa tak mungkin dia berani mengacaukan rencana.""Baiklah, kalau begitu. Aku akan mencarinya!" Andra mematikan teleponnya dan menatap semua orang di dekatnya. "Kita salah sasaran!" serunya. "Bibi Yani kenapa?" tanya Dinda yang tak tahu mengenai rencana yang disusun Andra. "Dia menjadi umpan untuk menangkap pembunuh itu. Dan sekarang dia menghilang."Dinda tercenung. Hatinya resah. Bagaimanapun, Yani tetap keluarga dekatnya. "Dinda akan bantu mencari.""Tidak, ini bahaya Dinda. Makanya aku tidak memberitahu mu sejak awal.""Dinda akan berhati-hati dan terus

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Laki-laki Berwajah Pucat itu Pelakunya?

    "Soni, Guntur! Kalian yang berada lebih dekat langsung beralih ke rumah Dinas. Dugaan kita meleset. Target malah di rumah Dinas dan istriku dalam bahaya!" teriak Andra sambil berlari. Tiba di luar, tampak Martin telah menunggu dengan motornya. Andra langsung berlari menyongsong orang kepercayaannya itu. "Cepat, Martin!" "Baik, Dok!" angguk Martin yang kemudian menarik gas motornya sekencang mungkin. *Dinda berdiri membeku melihat laki-laki berwajah pucat itu berjalan menghampirinya. Ia berhenti berlari karena teringat pada Bingo yang tertinggal di kamar. Laki-laki bernama Faisal itu menggendong Bingo dan kemudian berhenti 3 langkah di hadapan Dinda. "Lepasin Bingo!" Dinda memberanikan diri untuk membentak. Faisal tak menanggapi. Tangannya yang sebelah lagi merogoh saku belakang celana, membuat Dinda was-was menerka apa yang diambil laki-laki itu. Bagaimana kalau senjata tajam? Namun ternyata yang diambilnya adalah sebuah buku catatan dan pulpen. Orang itu kemudian menurunkan

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Jebakan Balik

    Bab 107Tiba-tiba, Amir muncul dan menghadang jalan Andra. Laki-laki paruh baya itu kemudian berlutut dengan wajah memelas, membuat orang-orang di sekitar langsung memperhatikan. "Nak Andra, tolong kasihanilah kami, jangan tuntut kami. Nak Andra boleh mengambil toko baru itu, Kami akan menyerahkan sertifikatnya juga."Andra menghela napas. "Aku hanya ingin toko buku milik istriku kembali seperti semula. Aku tidak butuh toko lain!" tegasnya. Amir melirik cemas, meski telah membantu bersandiwara seperti ini ternyata suami dari keponakannya itu tetap tak mau memberi keringanan. "Tapi itu tak mungkin bisa, Nak! Orang itu telah mendapatkan tokonya dengan harga murah, tidak mungkin mau mengembalikannya lagi."Andra menatap tak sabar. Bisa-bisanya Amir mengambil kesempatan untuk bernegosiasi dengannya di tengah sandiwara yang telah ia atur. Ia hanya ingin Amir mengatakan bahwa Yani hendak bunuh diri, untuk memancing si pembunuh. "Kalian bisa membelinya kembali dengan harga yang lebih

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Umpan 2

    "Kalau dalam kasus pembunuhan itu si pelaku sengaja mencari orang-orang yang hendak bunuh diri, kita bisa menjebaknya dengan memberi umpan seseorang yang akan berpura-pura bunuh diri. Dan lebih baik, orang itu memiliki hubungan dengan Anda atau istri Anda, Pak Andra," usul Guntur, sang detektif swasta.Andra mengangguk-angguk. "Aku tau siapa yang bisa berperan menjadi umpan," sahutnya. *Andra berdiri di hadapan sebuah ruko dengan tangan di dalam saku celananya. Bibirnya tersenyum menatap teras toko dimana ia dan seorang gadis baik hati bertemu. Kala itu ia hanya menganggap gadis berwajah ayu itu sebagai kelinci percobaan.Namun siapa sangka, kelinci percobaannya malah menjadi kelinci manis yang ia cintai. Bahkan berhasil mengubah jati dirinya.Klik. Pintu kaca toko terbuka. Seorang laki-laki paruh baya yang tak lain adalah Amir muncul dari dalam dan tampak tersentak kaget melihat Andra yang berdiri di depan tokonya. "N-nak Andra?" sebutnya terbata. "Ya. Ini saya."Amir buru-bur

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Umpan

    "Apa kita pindah ke rumah dinas saja dulu? Sampai kasus ini selesai," tawar Andra. Ia melihat Dinda mulai tidak nyaman dan was-was setiap saat, setelah munculnya pemilik Bingo di rumah baru mereka itu.Meski enggan untuk meninggalkan rumah impiannya bersama Andra, namun Dinda merasa tawaran sang suami lebih tepat untuk saat ini. Rumah dinas berada di tengah kota, dan jarak rumah dengan tetangga juga tak jauh. Akhirnya, setelah berbenah mereka berangkat ke rumah dinas. Rumah dimana keduanya saling mengenal hingga saling mencintai dan bermadu kasih. Tiba di sana, bibir Dinda seketika tersenyum. Banyak kenangan manis yang telah terpatri di rumah itu."Kamu senang?" Andra ikut tersenyum dan merangkul pundak istrinya hangat.Dinda mengangguk, kemudian melangkah masuk bersama dalam rangkulan lelaki itu.Andra benar-benar memperhatikan dan memanjakannya. Laki-laki itu juga mengajaknya bersantai sore, membuatkannya teh dan menikmati senja di kursi taman seperti biasa. "Padahal harusnya Di

  • Mendadak Menikahi Dokter Kaya Misterius   Menjebak Balik

    Dinda menatap laki-laki berkumis yang tiba-tiba masuk dan mengecam suaminya itu, dengan tatapan kesal. Persis seperti komisaris korup dalam film India, atasan Reza itu benar-benar bermuka dua. Beberapa hari yang lalu Andra sempat cerita bahwa sang komisaris berterimakasih padanya karena telah membantu menangkap Jamal. Laki-laki bermata kecil itu juga meminta maaf karena pernah menuduh Andra sebagai pelaku pembunuhan dan juga pernah ingin mempidanakannya saat kasus dengan Dahlan dahulu. Dada Dinda serasa bergemuruh mengingat semuanya.Sekarang, pria itu kembali ingin menjerat suaminya dan menuduhnya memberi kesaksian palsu. "Saya tidak berbohong, Suami saya memang langsung pulang sore itu.""Baiklah kalau Anda bersikeras seperti itu. Saya cuma mau nanya, apa Anda punya buktinya?"Dinda terdiam dengan sejuta rasa marah yang tak bisa ia ungkapkan. Sementara itu di luar ruangan, Alex dan Fathimah sedang duduk menunggu dengan raut cemas. "Alex, semua ini salahku. Coba saja aku tak ter

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status