Share

Bab 3

Author: Embun pagi_37
last update Huling Na-update: 2025-06-19 10:43:50

"Apa yang harus saya lakukan, Bu? Saya akan melalukan apapun yang Ibu minta jika saya mampu"

"kamu harus mencari seseorang yang bersedia menikah dengan Adit!"

"Maksud, Ibu...?" Bik Ijah tidak melanjutkan ucapannya

"Maksudku, kamu carikan istri untuk Adit, apa masih kurang jelas?." Bu Ajeng memelototkan mata. Dia selalu mengeluarkan jurusnya yang satu ini jika merasa kesal pada lawan bicaranya.

"Tapi, Bu. Saya tidak punya kenalan keluarga kaya. Saya ini hanya seorang pembantu, Bu," Bik Ijah merasa heran dengan permintaan majikannya yang terlihat tidak biasa.

"Kamu pikir aku tidak tau kalau kamu itu pembantu! Cari saja perempuan dari kampungmu, di sana pasti banyak perempuan yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi!." Bu Ajeng menyilangkan kedua kakinya, wanita itu berbicara dengan tegas dan mantap tampa gurat keraguan.

Bik Ijah tak lagi bisa berkata-kata. Perkataan yang keluar dari mulut majikannya membuat wanita yang bekerja di rumah itu terkejut, merasa ada yang janggal dengan perintah yang diberikan Bu Ajeng padanya. Bagaimana mungkin, orang yang terkenal paling kaya di wilayah itu seperti Bu Ajeng bersedia memiliki menantu orang miskin yang putus sekolah dari kampung.

"Bagaimana? Apa kamu bisa?," tanya Bu Ajeng. Wanita itu sudah tidak sabar ingin segera mendapat jawaban atas pertanyaannya

"Sebelumnya saya mau minta maaf, Bu. Bukankah Ibu punya banyak teman yang setara dengan keluarga Ibu? Tetapi kenapa Ibu mau mencari gadis desa sebagai istri Den Adit? Apa Ibu tidak akan merasa malu jika teman-teman Ibu mengetahui asal usul wanita yang akan Ibu jadikan sebagai istri Den Adit?"

"Kamu tidak perlu tau alasannya. Tugas kamu hanya mencarikan perempuan miskin yang akan menikah dengan Adit, hanya itu saja. Selebihnya kamu tidak boleh ikut campur!," tegas Bu Ajeng membuat nyali Bik Ijah menciut, wanita itu memelintir kain serbet yang sejak tadi berada di tangannya untuk mengurangi rasa takut pada majikan. Bik Ijah hanya bisa menghela napas, dia tidak bisa mengubah kemauan majikannya meskipun dia ingin.

"Adel, anak kedua Bu Ajeng yang baru saja pulang dari sekolah mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar, dia penasaran dengan kata-kata ibunya yang tadi sempat dia dengar.

"Apa aku tidak salah dengar, Bu? Ibu akan mencarikan jodoh untuk Bang Adit?," Adel bertanya dengan raut wajah penasaran. Wanita itu duduk di samping Bu Ajeng. Matanya menatap penuh selidik pada sang ibu

Aura wajah Adel yang semula ceria berubah cemberut ketika melihat Bik Ijah masih berdiri mematung di hadapannya.

" Kenapa kamu masih berdiri di situ? Sana kembali ke dapur. Kepalaku jadi pusing jika melihat wajahmu terlalu lama!," Adel berkata dengan nada keras. Mulut gadis itu tak kalah pedas dari mulut ibunya.

"Bik Ijah melangkahkan kaki tampa sepatah kata pun. Wanita itu sudah terbiasa menghadapi sikap buruk ibu dan anak yang menjadi majikannya. Sejak Bik Ijah bekerja sebagai pembantu di rumah tersebut, hanya Adit dan ayahnya yang bersikap baik pada Bik Ijah. Tetapi sayang Pak Bagas, suami dari Bu Ajeng tidak berumur panjang. Beliau meninggal lima tahun yang lalu karena mengalami serangan jantung.

"Ibu belum menjawab pertanyaanku, kenapa tiba-tiba Ibu ingin menikahkan Bang Adit?," Adel kembali mengulang pertanyaan yang sama setelah Bik Ijah meninggalka mereka.

"Bik, Ijah yang mendengar pertanyaan Adel, menghentikan langkah. Wanita itu bersembunyi di balik dinding untuk menguping pembicaraan yang membuatnya penasaran.

"Benar, Nak. Ibu ingin mencarikan perempuan desa sebagai jodoh Adit. Supaya ada yang akan merawatnya sepanjang waktu, agar dia tidak punya kesempatan lagi untuk terus mengulangi kebodohan yang sama. Ibu capek jika harus mengurus dia terus menerus, belum lagi kalau ada orang yang menolak membayar hutang kepada Ibu. Kepala Ibu rasanya mau pecah kalau memikirkan terlalu banyak masalah. Karena itulah Ibu akan mencarikan pendamping untuk abangmu"

"Lalu, kenapa harus mencari perempuan kampung untuk menjadi menantu Ibu? Tidak selevel dengan kita, Bu. Aku tidak mau kalau ada orang yang mengejek kita karena menjadikan orang miskin sebagai keluarga," protes Adel dengan menekuk tangan di dagu, gadis itu juga memanyunkan bibirnya.

"Ibu sengaja mencari perempuan kampung, supaya gampang diatur. Lagi pula, kalau perempuan yang sudah mengenyam dunia pendidikan sampai jenjang sarjana kamu pikir mau menjadi istri abang kamu yang lumpuh itu?"

Bik Ijah yang menguping percakapan ibu dan anak itu menutup mulutnya karena terkejut mendengar jawaban Bu Ajeng.

"Bu Ajeng tidak pernah berubah, entah kenapa dia tidak pernah menyukai Den Adit. Apa jangan-jangan Den Adit bukan anak kandungnya Bu Ajeng?," berbagai pertanyaan muncul dalam benak Bik Ijah

*****

Sementara di tempat lain. Pak Bardan dan juga istrinya sedang dirundung kesedihan. Bu Ajeng akan kembali datang untuk menagih hutang, sementara mereka belum memiliki sepeser pun uang untuk diberikan kepada rentenir wanita itu.

"Ibu sampai tidak bisa tidur sudah beberapa hari ini, Pak. Ibu selalu kepikiran dengan ucapan Bu Ajeng," ucap Bu Sulas dengan nada khawatir. Wajah wanita itu terlihat pucat, area bawah matanya sudah menghitam dan cekung karena kurang tidur

"Sama, Buk. Bapak juga tidak bisa tidur dengan nyenyak. Di mana kita akan akan tinggal jika sampai rumah ini diambil oleh Bu Ajeng?." Pak Bardan menyulut rokok yang terselip di antara dua jarinya, lalu menghembuskan asapnya ke udara. Lelaki tua itu berharap jika pikirannya yang sedang kacau bisa hilang bersama kepulan asap yang terbawa angin entah kemana.

"Bagaimana kalau kita lapor polisi saja, Pak. Mungkin mereka bisa membantu kita. Ini sudah termasuk pemerasan, Pak," raut wajah Bu Sulas sedikit berbinar. Ada secercah harapan untuk mempertahankan tempat tinggalnya. Karena terlalu serius  mereka sampai tidak menyadari kalau putri sulung mereka ternyata sudah berdiri di depan pintu dan menguping pembicaraan mereka yang selama ini hanya menjadi rahasia mereka berdua.

"Siapa yang sudah memeras kita?," pertanyaan Amara mengejutkan kedua orang tuanya. Pasalnya, selama ini mereka tidak pernah menceritakan masalah hutang keluarga pada anak-anak mereka.

"Amara! Kamu sudah pulang? Kamu masuk rumah kenapa tidak mengucapkan salam, Nak?," Bu Sulas sengaja mengalihkan pembicaraan

"Tadi aku sudah mengucap salam, Bu. Akan tetapi tidak ada yang menjawab, mungkin karena Bapak dan Ibu terlalu serius bercerita sehingga tidak mendengar salamku." Amara duduk di kursi yang ada di samping Pak Bardan.

"Bu, mungkin ini sudah waktunya kita memberitahukan pada Amara apa yang sedang dialami keluarga kita saat ini." Pak Bardan menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan

"Apakah kita  sedang dalam masalah?," tanya Amara dengan raut wajah khawatir

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Bab 5

    Plak....Sebuah tamparan mendarat di pipi Amara yang putih dan bening, rupanya ucapan gadis itu telah berhasil memancing emosi Bu Ajeng yang sudah sejak tadi berusaha menahan amarah. Darah rentenir itu mendidih, bola matanya memerah, urat-urat di wajahnya tampak menonjol dan menegang, saat ini wajah Bu Ajeng terlihat lebih menyeramkan dari pada penampakan setan."Berani sekali kamu berkata seperti itu padaku! Ternyata kalian tidak hanya miskin harta, tetapi juga miskin akhlak! Bu Ajeng mengarahkan jari telunjuknya pada Amara. Tatapannya tajam, dadanya terlihat naik turun, napasnya tak beraturan, yang menjadi pertanda betapa murkanya rentenir itu pada saat ini.Sedangkan Amara terdiam mematung memegangi pipi kanannya yang terasa perih dan panas akibat tamparan Bu Ajeng, saking kerasnya tamparan itu membuat pipinya memerah membetuk bekas jari. Bu Sulas yang sedang berdiri tepat di sebelah putrinya terkejut melihat kejadian itu, kedua tangan Bu Sulas refleks menutup mulutnya yang terbuka

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Bab 4

    "Bapak sudah menduga jika hari ini pasti akan terjadi. Cepat atau lambat kamu pasti akan mengetahui tentang rahasia yang kami simpan darimu. Sekarang purti Bapak sudah tumbuh menjadi gadis yang kuat." Pak Bardan kembali menghisap rokok yang hanya tersisa sedikit di tangannyaPak Bardan mulai menceritakan tentang hutangnya yang sudah menumpuk pada Bu Ajeng. Lelaki itu berbicara dengan suara yang terdengar berat, sesekali dia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, untuk mengurangi beban pikirannya yang membuat dadanya terasa sesak"Kenapa hutang kita sampai sebanyak itu? Kenapa selama ini Bapak dan Ibu tidak pernah bercerita mengenai masalah ini padaku?," Amara berkata dengan perasaan sedih. Dia berusaha menahan air mata yang sudah menggenang dipelupuk matanya, membuat pandangan gadis itu menjadi kabur.Bapak tidak mau mengganggu konsentrasi belajarmu, Nak. Bapak ingin kamu tetap fokus dan giat belajar, supaya kamu bisa meraih cita-citamu menjadi guru," jawab Pak Bardan. L

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Bab 3

    "Apa yang harus saya lakukan, Bu? Saya akan melalukan apapun yang Ibu minta jika saya mampu""kamu harus mencari seseorang yang bersedia menikah dengan Adit!""Maksud, Ibu...?" Bik Ijah tidak melanjutkan ucapannya"Maksudku, kamu carikan istri untuk Adit, apa masih kurang jelas?." Bu Ajeng memelototkan mata. Dia selalu mengeluarkan jurusnya yang satu ini jika merasa kesal pada lawan bicaranya."Tapi, Bu. Saya tidak punya kenalan keluarga kaya. Saya ini hanya seorang pembantu, Bu," Bik Ijah merasa heran dengan permintaan majikannya yang terlihat tidak biasa."Kamu pikir aku tidak tau kalau kamu itu pembantu! Cari saja perempuan dari kampungmu, di sana pasti banyak perempuan yang putus sekolah karena keterbatasan ekonomi!." Bu Ajeng menyilangkan kedua kakinya, wanita itu berbicara dengan tegas dan mantap tampa gurat keraguan.Bik Ijah tak lagi bisa berkata-kata. Perkataan yang keluar dari mulut majikannya membuat wanita yang bekerja di rumah itu terkejut, merasa ada yang janggal dengan

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Bab 2

    "Ada apa, Bik? Apa yang terjadi?," Bu Ajeng seketika menjadi khawatir, pikirannya melayang memikirkan hal buruk yang mungkin telah terjadi di rumahnya."Bik, Bik, Bik Ijah. Bik...!," karena tak kunjung mendapat jawaban Bu Ajeng mengambil telepon yang menempel di telinganya, lalu memandangi layar benda pipih itu, ternyata sambungan teleponnya telah terputus, hal itu membuat Bu Ajeng bertambah khawatir. Dia segera memasukan kembali ponsel yang berwarna hitam itu kedalam tas sandang yang menggantung di bahunya."Aku harus tiba di rumah secepatnya! Berani sekali pembantu itu mematikan sambungan telepon ketika aku belum selesai bicara!." Bu Ajeng mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, motor itu meliuk-liuk di jalanan, menerobos di tengah ramainya kendaraan yang lalu lalang di jalanan hitam.Tin,tin,tin,tin. Beberapa kali Bu Ajeng membunyikan klakson supaya kendaraan yang menghalangi jalannya memberikan dia ruang untuk melaju kencang. Sudah beberapa kali wanita bersanggul tinggi itu

  • Mendadak Menikahi Pria Cacat   Bab 1

    "Kamu harus melunasi semua hutangmu saat ini juga!,"seorang perempuan berbicara dengan lantang. Suaranya menggelegar memenuhi ruangan di rumah Pak Bardan yang sempit. Perkataan yang baru saja keluar dari mulutnya bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, yang mampu mengejutkan dan menghancurkan hati serta perasaan si pemilik rumah. Sanggul yang menjulang tinggi bagaikan sebuah bukit menghiasi kepala perempuan itu."Maaf, Bu. Aku belum berhasil mengumpulkan uangnya, tolong beri aku waktu satu bulan lagi, Bu."Pak Bardan berbicara dengan wajah tertunduk. Lelaki tua itu tidak berani menatap wajah Bu Ajeng, yang merupakan seorang lintah darat yang hampir setiap hari datang menagih hutang kerumah Pak Bardan.Aku sudah bosan mendengar janji palsumu, Bardan! Setiap kali aku datang kamu selalu saja mengulur-ulur waktu untuk membayar hutangmu yang sudah menggunung." wanita itu mengibas-ngibaskan kipas yang dia genggam di wajahnya yang dihiasi make up tebal. Tatapannya tajam penuh kebencian

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status