Home / Romansa / Mendadak Nikah Karena Salah Berkas / Bab 2. Suami Istri Dadakan

Share

Bab 2. Suami Istri Dadakan

Author: Mister Clown
last update Last Updated: 2025-05-30 19:34:43

Di sisi lain Jakarta

Apartemen sewaan di Cipete.

Gita sedang menyusun katalog karya seni untuk portofolionya. Dia membuka email dari Visa Center Korea dan langsung menyipitkan mata karena satu kalimat yang melompat seperti jin keluar dari botol:

Permohonan visa Anda ditolak.

Alasan: Status sipil Anda tidak sesuai dengan dokumen pernyataan lajang.

Dia membaca ulang. Sekali. Dua kali. Lalu tiga kali.

“Ha?!”

Matanya melebar seperti orang baru sadar lensa kontak dipakai terbalik.

Ia membuka dokumen terlampir.

Status: Menikah.

Nama Suami: Raka Dirgantara.

“Apa ini ... prank?!”

Ia menengok ke kiri dan kanan mencari kamera tersembunyi di balik tanaman monstera di sudut ruangan.

“Gak lucu! Siapa itu Raka?! Kapan gue nikah?!”

***

Kembali ke Raka.

Dia membuka berkas. Memeriksa Akta, KTP, dan ... SK terbaru dari kantor catatan sipil. Semua resmi. Ada stempel hologram dan tanda tangan petugas.

"Pernikahan Sah Dinyatakan di Jakarta Selatan, antara Raka Dirgantara dan Tara Gita Sanjana ...."

Raka menutup laptop keras-keras. Kepalanya bergemuruh.

Dia mencoba mengingat kemarin.

Antrean. Loket. Perempuan di sebelahnya. Namanya Gita ...?

“Ya ampun! Itu orang di sebelah gue di loket!”

Ia bangkit dan mulai panik. Mencoba menelpon kantor catatan sipil.

Nada sambung ... lalu mati.

Ia coba W******p nomor resmi. Cuma centang satu.

I*******m kantor mereka posting meme kucing jadi PNS.

Raka mendengus. “Jadi, sementara ini gue kawin sama stranger?!”

***

Di tempat lain, Gita juga sudah menghubungi kantor yang sama.

Petugas menjawab lewat email:

"Data Anda sudah masuk sistem nasional. Untuk pembatalan status pernikahan, silakan datang berdua dengan pasangan Anda dan bawa dokumen resmi. Kami tidak menerima aduan via email."

“BERDUA?! Mana gue kenal dia!”

Gita membuka sosial media, mengetik cepat, untung-untungan mencari akun:

Raka Dirgantara.

Dan benar saja, muncul seorang pria dengan kemeja biru muda di foto profil. Orang yang sempat duduk di sebelahnya kemarin!

“Astaga ... Itu dia! Gue cuma ngelucu sama dia dua menit, dan negara malah nganggap kita soulmate?” Gita menatap foto itu seperti melihat musuh bebuyutan, padahal tidak kenal sama sekali.

***

Sore hari yang sama sekali jauh dari suasana romantis.

Raka akhirnya menemukan akun I*******m Gita dan melihat hasil karya seni yang dipasang apik di akun tersebut. Dia memberanikan diri kirim DM.

“Hai, Maaf banget kalau ini aneh, tapi kayaknya kita ... baru saja ... menikah ... kemarin? Bisa ngobrol? Penting!”

Gita yang saat itu sedang makan tahu gejrot langsung melotot ke layar.

“APAAN SIH INI CREEP!”

Tapi sebelum bisa blok, sebuah notifikasi email baru, muncul.

Dari Kantor Catatan Sipil:

“Reminder: Jadwal validasi data pernikahan pasangan Raka Dirgantara dan Tara Gita Sanjana akan dilakukan 2 hari lagi. Kehadiran Wajib. Bawa fotokopi KK dan bukti tinggal serumah.”

“Serumah?! Aturan gila apa lagi ini?!”

***

Sore itu,

Langit Jakarta masih sama: mendung dengan sedikit ancaman drama. Di apartemen Raka, bel berdentang tak sabar.

Dia membuka pintu. Di sana berdiri seorang wanita dengan wajah masam, sambil mengacungkan gulungan email print out ke depan wajahnya seperti mengayunkan pedang, penuh emosi.

“Aku Gita, dan kita harus bicara!”

Raka berdiri terpaku di depan pintu.

Gita, perempuan yang secara administratif adalah istrinya, sedang berdiri dengan ekspresi “aku bisa meledak kapan saja,” dan tangan yang memegang print-an email seperti senjata mematikan.

“Jadi … kamu Raka?” tanya Gita memastikan, suaranya datar.

Raka mengangguk pelan, “Kamu Gita?”

“Ya.”

Dia mengacungkan kertasnya. “Kita … menikah?!”

Raka menelan ludah. “Aku juga baru tahu. Sumpah. Aku kira kamu pengunjung random waktu itu.”

“Dan aku kira kamu tukang fotokopi yang nyasar ke loket 3,” balasnya cepat.

Keduanya diam sejenak, kebingungan dalam mencerna apa yang baru saja terjadi.

Lalu .…

“Apa yang sebenarnya terjadi?!”

Mereka berteriak bersamaan. Sejenak, burung-burung di pohon mangga depan apartemen bubar.

Lima belas menit kemudian.

Mereka duduk di meja makan kecil milik Raka yang entah takdir atau bukan, cuma punya dua kursi . Masing-masing membawa setumpuk dokumen: email, akta, dan sisa-sisa kewarasan.

Gita menunjuk surat dari kantor sipil. “Di sini jelas tertulis: kita sudah menikah secara sah. Tertanggal kemarin. Jam 10.42 pagi!”

Raka menatap SK digital dengan lesu. Gita, menyedot es kopi yang sudah cair, yang dibawanya sendiri dari warung dekat situ.

Raka memegang kepalanya. “Gimana bisa? Apa ini error sistem?”

“Mungkin,” kata Gita. “Atau ... kita masuk ke dalam semacam eksperimen sosial super absurd tanpa sadar.”

Keduanya menatap satu sama lain dengan aneh.

Hening.

Lalu .…

“HAHAHAHA!”

Tawa pecah serempak. Keduanya tertawa seperti dua orang stres yang akhirnya menemukan teman sepenanggungan.

“Gini deh,” kata Raka, setelah tawa reda. “Kita harus selesaikan ini. Besok kita ke kantor catatan sipil. Jelaskan bahwa ini kekeliruan. Kita bukan pasangan. Kita bahkan nggak follow satu sama lain di I*******m!”

“Gue setuju. Tapi ...,” kata Gita sambil menunjukkan layar ponselnya, “kenapa hari ini kamu tiba-tiba follow aku duluan?”

Raka melongo. “Itu karena ... ya masa iya kita nikah, terus nggak kenalan di sosmed?”

“Wah, romantis banget. Suami ideal banget,” sindir Gita sarkas.

Mereka tertawa lagi, kali ini lebih lepas.

Setengah jam kemudian.

Gita hendak pamit.

“Thanks udah nerima gue datang mendadak. Gue pikir tadi kamu bakal pasang jebakan tikus atau pasang CCTV kayak film thriller Korea.”

“Percaya deh, dibanding itu, pernikahan ini jauh lebih menyeramkan.”

Saat Gita membuka pintu ingin pulang, matanya menatap selembar surat yang diselipkan ke bawah pintu.

Dia memungutnya, membaca cepat, dan langsung pucat.

“Apa itu?” tanya Raka.

Gita menoleh pelan. “Kamu nggak akan percaya .…” Ia menyerahkan surat itu pada Raka.

Raka membaca keras-keras:

“Kepada: Pasangan Baru Bapak Raka Dirgantara dan Ibu Tara Gita Sanjana.

Sebagai bagian dari verifikasi status, mohon datang Lusa pukul 09.00 ke Kantor Catatan Sipil beserta barang bukti bahwa Anda telah tinggal bersama sebagai pasangan sah.

Jika tidak, status pernikahan dianggap batal demi hukum, dan proses pembatalan akan diproses lewat jalur litigasi.”

Keduanya saling tatap.

“Tinggal bersama?!” teriak mereka bersamaan.

Raka menganga. “Maksudnya ... kamu harus pindah ke sini malam ini?!”

Gita tampak shock. “Apa ini sinetron kejar tayang?!”

Keduanya langsung merasa canggung atas kejutan demi kejutan dari system pernikahan negara ini.

Di layar ponsel Raka, masuk satu notifikasi email baru lainnya.

Dari HRD Singapura:

Final Confirmation: Please ensure documentation is aligned. We will be conducting a video call to meet you and your spouse within 48 hours.

Wajahnya memucat. Terlalu banyak kejutan yang diterimanya hari ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Irma Yanti
lucu ngga sih, ngga kenal tiba-tiba satu atap......
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Ngakak.. baru 2 bab.. ceritanya udh ngocok perut ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 25. Retreat Pasangan Hari Kedua

    Pagi sekali setelah sarapan, semua pasangan diarahkan ke tempat pertemuan di tengah taman indah yang dikelilingi pepohonan. Suasana sangat mendukung bagi pasangan-pasangan baru untuk menemukan chemistry di antara mereka. Gita dan Raka duduk di baris kedua dan memperhatikan panitia yang masih sibuk menyiapkaan perlengkapan di depan sana. “Lo yakin ini tempat retreat pasangan? Bukan ... sekte?” bisik Gita.“Lo pikir gue ngerti? Mereka ngasih kita jadwal padat banget. ‘Sesi keintiman pagi’? ‘Menanam harapan bersama’? Kayak ikut pelatihan MLM,” sahut Raka sambil menunjukkan brosur yang dibagikan panitia.Di sisi lain, pasangan-pasangan muda lainnya duduk rapi. Seperti juga Gita dan Raka, mereka mengenakan seragam kaus putih bertuliskan: Cinta Butuh Bukti. Beberapa terlihat semangat, yang lain tampak mengantuk dan lesu karena olah raga malam.Gita berbisik, “Mereka ... kayak ... benar-benar ikhlas ikut ini.”“Dan kita? Total bohong,” gumam Raka.Seorang wanita muda berpakaian kasual sewar

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 24. Antara Bali dan Kelengkapan Dokumen

    “Raka, Retreat kebangsaan dijadwal minggu depan.”“Trus kenapa?” tanya Raka yang heran dengan ekspresi bingung Gita.“Aku pikir ... itu masih dua minggu lagi. Bukan ... barengan dengan rencana ke Bali!”Raka terkejut. Suasana pagi yang awalnya tenang dan santai berubah jadi arena debat kecil.“Git, kita gak bisa batalkan retreat itu. Itu salah satu persyaratan wajib. Kalau gak ikut, nanti proses pencatatan pernikahan kita bisa macet.”Gita mendesis frustrasi. “Dan kalau gak ke Bali, Mama Papamu bisa ngambek tujuh turunan! Mereka udah pesan hotel di Seminyak, tiket pesawat juga! Masa cuma dianggurin begitu aja?”“Pilihannya cuma dua,” Raka mendudukkan diri di sebelahnya. “Batalin Bali atau batalin ... legalitas pernikahan.”Gita mengerang. “Bisa gak sih negara ini bikin aturan yang lebih manusiawi? Orang baru nikah disuruh ikut Retreat Wawasan Kebangsaan! Itu acara pasangan apa pelatihan bela negara sih?”Keduanya terdiam bingung. Mereka memang tak punya pilihan lain. Bali, surga yang

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 23. Ancaman Rangga

    “Jadi, kau yang melakukan hal kotor seperti ini?” Maya menatap Rangga tajam, menahan kemarahan yang siap meledak.Rangga menjatuhkan rokoknya ke paving block dan menginjaknya sekalian dengan ujung sepatu. “Kurasa ini cara yang paling cepat mendapatkan perhatianmu!”“Apa kau gila? Urusan kita berdua, tak ada hubungannya dengan Raka!” Suara Maya memekik karena emosi. Dia sudah tak tahan dengan sikap Rangga yang sama sekali tak peduli jika harus menyakiti orang lain, asal tujuannya tercapai.“Aku tak suka diabaikan!” Rangga menatap Maya tajam.“Baik!” Maya berusaha meredakan emosi dengan menghela napas panjang. Beberapa orang di sana memperhatikan mereka berdua. Dia tak ingin muncul lagi berita skandal tentang dirinya, yang mungkin berimbas pada Tessa Nadira.“Kita sudah bertemu. Jadi, apa maumu sekarang?” Suaranya yang kembali tegas karena pengendalian diri, membuat Rangga menyipitkan mata tak suka. Tangannya mencengkeran siku Maya dan berbisik mengancam, “Kalau kau mau berita viral it

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 22. Luka dan Penyesalan

    Maya menatap kosong ke cermin besar di ruang ganti. Bayangan dirinya dalam balutan blazer mahal dan wajah sempurna hasil sapuan kuas make-up tak bisa menutupi kehampaan yang menyelinap di balik matanya. Cermin itu memantulkan sosok yang tampak tenang, padahal dalam dirinya, sesuatu tengah berantakan.Pikiran Maya belum bisa lepas dari kejadian di mall semalam. Dari cara Gita meledak di depan mantan kekasihnya, hingga bagaimana Raka dengan sabar menenangkan gadis itu seperti suami yang benar-benar peduli. Bukan sandiwara. Bukan pura-pura. Bukan seperti masa lalu mereka.Tiba-tiba ponselnya bergetar di meja rias. Nama “Rangga” muncul di layar. Napas Maya tertahan sejenak, tapi ia tetap mengangkatnya.“Aku sibuk,” katanya dingin.Suara dari seberang terdengar berat, penuh dominasi. “Kamu ke mana semalam? Kenapa nggak balas pesan?”“Karena aku memang nggak mau membalas,” sahut Maya tegas.“Jangan main-main, Maya. Aku bisa datang sekarang juga ke kantormu.”“Kau pikir itu akan menakutiku?”

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 21. Pertemuan Tak Terduga

    “Aku beneran harus ikut?” tanya Gita dengan tatapan sayu dari balik bantal. Rambut acak-acakan dan piyama lusuh, membuatnya tampak seperti anak kost yang malas bangun di akhir pekan.“Ya,” jawab Raka mantap, sambil menggoyangkan remote tv di tangan sebagai ancaman. “Apartemen kita kekeringan logistik. Kulkas cuma isi es batu yang menggumpal dan saus sambal yang expired dua minggu lalu.”Gita mengerang. “Tapi hari ini tuh, hari rebahan nasional!”“Peringkat kedua setelah ‘Hari Pencucian Baju Global’. Tapi sayangnya, hari ini kita masuk agenda: belanja bulanan dan ngisi lemari es. Jadi tolong, bangun dan ganti baju. Jangan sampai ada yang ngira gue nyulik anak sekolahan.” Raka mematikan televisi untuk menunjukkan keseriusannya.Gita mendengus, tapi tetap bangun. Dua puluh menit kemudian, dia muncul dengan hoodie biru dan celana jeans, lengkap dengan tote bag besar yang tampak seperti siap menyelundupkan 20 liter minyak goreng ilegal.“Siap.” Gita menyeringai.Sesampainya di supermarket

  • Mendadak Nikah Karena Salah Berkas   Bab 20. Nasionalisme Rumah Tangga

    “Kamu yakin semua dokumen sudah lengkap?” tanya Gita sambil melipat selembar kertas foto keluarga yang sudah dicetak tadi malam. Tiga lembar foto: satu Gita bersama ayah dan ibunya, satu Gita bersama Raka dan kedua orang tuanya, dan satu lagi yang sedikit diedit agar terlihat formal dan bahagia.Raka merapikan kemejanya di depan cermin. “Sudah. Aku cek dua kali semalam. Yang belum lengkap cuma kesabaran kita.”Mereka berdua tertawa pelan, seolah ingin menyemangati diri. Meski begitu, Gita belum bisa menyingkirkan perasaan tidak enak yang mengganjal sejak pagi. Kantor Pencatatan Pernikahan bukan tempat menyenangkan, apalagi jika kamu harus bolak-balik melengkapi berkas pasangan baru agar mereka bisa mendaftarkan perceraian secepat mungkin. Sesuatu yang terasa tragis, jika dipikirkan oleh kacamata awam.Di kantor itu, mereka kembali duduk di ruang tunggu dengan wajah pasrah. Petugas yang sempat mereka temui sbelumnya, menyapa, “Selamat pagi. Kalian pasangan yang … kemarin, ya?”“Ya,” s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status