Share

Bab 6 (aku bukan Ruby)

Geming. Hening sesaat karena Zalina tidak langsung menjawab. Gadis itu mengerjap cepat. Mungkin dia sendiri juga tidak sadar dengan apa yang baru saja terucap dari mulut kecilnya.

"Saya ... tidak bermaksud demikian. Tapi anda malah menyimpulkan hal itu sendiri," bantahnya dengan senyuman lembut. Sedikit gugup dengan tatapan tajam milik Ruby.

"Tidak bermaksud demikian? Lalu apa maksudnya, kekhawatiranmu dengan sayembara saat aku hilang? Maaf nona, kita ini saingan. Aku paham perasaanmu, siapa saja pasti ingin menang tanpa berusaha, 'bukan?" balas Ruby dengan tatapan remeh.

Zalina mengepalkan tangannya dengan kuat. Seharusnya, Ruby menghindar seperti biasa. Bukan malah menanggapi ucapannya. Kali ini, mengapa gadis itu menohoknya dengan kata-kata yang tidak biasa. Seolah tidak takut akan aduannya pada Theron?

"Nona Ruby, saya bukan orang yang seperti anda ucap—"

"Tapi kau tenang saja, aku bukanlah Ruby yang terobsesi akan tahta. Kau dan Putra Mahkota saling mencintai, maka lebih baik aku mundur dengan tenang. Sayembara yang kau agungkan itu tidak perlu diumbar-umbar. Aku sudah kalah dan kau menang, oke?" potong Ruby diakhiri dengan senyuman.

Benar, untuk apa melanjutkan sayembara ini? Ruby bukan orang cerdas yang bisa mengambil hati rakyat. Dia bukan orang yang ambisius. Dan dalam urusan hati Putra Mahkota, bukankah sudah Zalina pemenangnya. Lalu apa lagi yang ia pertahankan?

Ruby menoleh ke arah pelayan setengah baya itu lalu mengangguk pada Zalina, "semoga pernyataan saya ini membuat anda lebih tenang, Nona. Saya permisi!"

"Apa anda bermaksud meremehkan saya, nona Ruby?" tanya Zalina membuka suara membuat Ruby membalik badannya lagi dengan alis menukik.

"Sayembara ini bukan dilakukan tergantung karena perasaan siapa pun. Sekali pun itu perasaan Putra Mahkota. Sayembara ini dilakukan karena siapa yang akan memenangkannya maka dialah yang layak. Bukan seperti anda yang mundur semaunya tanpa meminta izin pada Putra Mahkota maupun memberitahu para bangsawan lainnya," ucap Zalina panjang lebar membuat Ruby termangu.

Serumit itu?

"Itu pun, kalau anda mundur, berarti anda sudah sadar kalau diri anda tidak layak berada di sisi Putra Mahkota dan menjadi calon Ratu untuk masa depan. Apakah anda ... sudah kotor dan memilih untuk melarikan diri?" sambung Zalina lagi membuat Ruby tersulut.

"Apa maksudmu berbicara seperti itu?" Balas Ruby maju mengikis jarak antar dirinya dan Zalina.

"Bisa saja anda sudah disentuh lelaki dan tidak ingin Putra Mahkota tahu—"

"Jaga mulutmu, ya!" Potong Ruby mencengkram kerah gaun Zalina.

Sudah sangat jelas dalam ingatan Ruby kalau pertengkarannya dengan Theron karena gadis ini. Dia yang selalu jadi perdebatan. Dan hari ini dia mengatakan kalau Ruby yang bersalah? Ruby yang mengkhianati Theron?

"Lelucon macam apa yang keluar dari mulut jahanammu itu? Dongeng dari mana yang kau bayangkan? Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelum ini. Pradugamu bisa saja menimbulkan fitnah. Dan selagi aku masih berbaik hati, lebih baik kau pergi dari sini!" desis Ruby dengan gigi bergelatuk. Harga dirinya terlukai.

Mata Zalina bergetar saat merasakan aura Ruby semakin mencekam. Akan tetapi dia tidak akan mundur begitu saja. Ruby meremehkannya. Apa karena dia adalah Putri dari seorang Baron dan Ruby adalah Putri Duke dia bisa semena-mena? Ia harus memenangkan sayembara ini baik untuk rakyat maupun hati Putra Mahkota.

"Maaf menyela. Nona Zalina, sebaiknya anda kembali ke kediaman anda. Mungkin, saat ini Putra Mahkota sedang mencari anda untuk minum teh seperti biasa. Saya takut, beliau khawatir dengan anda," ucap pelayan setengah baya itu menengahi.

Dua majikannya saat ini seakan siap untuk baku hantam.

Ruby menyunggingkan sebelah bibirnya menatap Zalina yang terdiam. Sepertinya gadis itu takut. Ia menghembuskan nafas kasar lalu melepas cengkraman dari gaun Zalina. Dan saat ia memalingkan wajah, Elina datang dengan membawa sekotak ramuan tergesa.

"Nona Ruby, juga harus beristirahat. Beliau belum pulih sepenuhnya. Maaf, nona Zalina." Ucap Elina membungkuk hormat pada Zalina dengan nafas memburu. Dia takut kekacauan akan terjadi lagi.

"Sepertinya, nona baik-baik saja. Buktinya, nona Ruby tidak kedinginan saat memakai pakaian tipis saat ke luar kamarnya," ucap Zalina lagi mau tidak mau membuat Ruby terpancing.

"Semakin lama mulutmu semakin tidak sopan, ya? Beginikah cara seorang kekasih Putra Mahkota yang dikenal ramah itu?" ucap Ruby. Sial. Ia merinding.

"Lalu, beginikah Putri seorang Duke yang terhormat bersikap? Berjalan dengan pakaian terbuka?" sahut Zalina lagi.

"Kau ingin jadi Ratu, 'bukan? Tidak seharusnya kau mengurusi sikapku! Derajat dengan perkataanmu tidak nyambung!" Balas Ruby sambil berkacak pinggang.

Keadaan semakin memanas. Dua perempuan itu hampir berteriak. Mereka memakai urat dalam perdebatan kali ini. Biasanya selalu Ruby yang mengalah lalu Theron datang untuk membentaknya. Mencari tahu mengapa Zalina menangis.

Kali ini, mungkin Zalina akan mengadu pingsan.

Baru saja Zalina ingin menjawab lagi, langsung ditahan oleh pelayan di sampingnya, "anda jangan terpancing nona, jika dari awal adalah murahan, maka selamanya akan seperti itu."

"Apa katamu barusan!" kelakar Ruby tidak terima. Gadis itu maju lalu mencengkram kerah baju pelayan Zalina yang sangat menyebalkan.

"Anda terlihat murahan, nona," jelasnya lagi sebelum mendapat bogeman mentah dari Ruby.

"Nona—" Elina menahan tubuh Ruby yang ingin menghampiri pelayan Zalina yang tersungkur karenanya.

"Jaga mulutmu pelayan Bizzie!" tegur pelayan paruh baya menengahi antara mereka.

"Bajingan kau! Lepaskan aku Elina! Mulutnya pantas ku robek." Ruby memberontak dari Elina. Sudah cukup Zalina yang menuduhnya berkhianat dan memancing emosi Ruby. Dan apa lagi ini? Pelayan dan majikan memang tidak ada bedanya.

"Apa! Wajah songongmu itu ingin kupukul lagi? Sini! Kenapa diam saja? Ayo satu lawan satu!" Tantang Ruby menggulung baju lengannya membuat para pengawal memalingkan wajah mereka ke arah lain.

"Bizzie!" Zalina ikut duduk untuk membantu pelayannya yang tersungkur karena pukulan Ruby.

"Apa anda sudah puas menyakiti pelayan saya, nona?" tanya Zalina dengan tatapan nanar dan mata berkaca-kaca.

Hebat sekali Zalina.

"Nona Zalina? Apa anda tidak mendengar kalau dia baru saja menghina nona Ruby? Apa anda menutup mata soal itu?" balas Elina frustrasi. Sementara Ruby hampir mengeluarkan air matanya sambil bertepuk tangan mengapresiasi akting Zalina.

"Akting kalian pantas dapat piala Oscar!" Ujar Ruby terkekeh kencang seraya bertepuk tangan.

"Ada apa ini?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status