Pelukan erat Killian menyesakkan pernapasan, kakinya yang panjang dengan tidak tahu dirinya menekuk menghabiskan hampir semua lahan ranjang tempatnya tidur. Ingin sekali Eleanor mendorongnya agar jatuh dan menyingkir dari ranjang dan pindah ke sofa.Namun, saat ingat Killian datang menolongnya tanpa diminta dan tanpa diberitahu akan keberadaannya, kerasnya hati Eleanor luluh. Tidak hanya itu, Killian pun menjadi juru bicaranya saat diintrogasi kepolisian kala datang ditengah kekacauan yang parah, berkali-kali Killian meyakinkan Eleanor bahwa masalah besar ini tidak akan pernah bocor ke public dan menjadi skandal besar yang akan menghancurkan Fantasia Ballet Company. Eleanor tersentuh dengan usaha Killian yang selalu memastikan bahwa Eleanor dalam keadaan baik-baik saja.Sulit untukEleanor curiga apalagi meragukan ketulusannya.Melalui sudut matanya, diam-diam Eleanor melirik Killian yang telah tertidur lelap tanpa bisa diusik. Eleanor menatap nyalang langit-langit ruangan. Seluruh
“Aku sudah tahu, aku bukan ayah dari anak yang kau kandung!” teriak Javier dengan mata menyala-nyala penuh amarah.Melody mundur selangkah dengan wajah yang semakin pucat, jantungnya mulai berdebar kencang dilanda cemas dan ketakutan. “Kau jangan gila Javier, kita baru melakukan tes DNA beberapa jam yang lalu, bagaimana bisa kau sudah mendapatkan hasilnya,” bisik Melody pelan.Javier mendengus dengan senyuman sinisnya, semua emosi meledak semakin tidak terkendali melihat bagaimana Melody masih berusaha mempertahankan diri meski Javier telah menyerangnya dengan kebenaran yang tidak terbantahkan.Javier merongoh kertas dari dalam balik jaketnya dan melemparkannya dengan kasar tepat di muka Melody. “Aku sudah melakukan tes DNA sejak beberapa hari yang lalu, dan bukti itu menunjukan aku bukan ayah dari anak yang kau kandung.”Melody tercekat, teringat bagaimana beberapa hari lalu ia begitu lalai, termakan bujuk rayu Javier hingga menyerahkan sampel darahnya.Javier telah menjebaknya!Mel
Laju kendaraan bergerak cepat melintasi jalanan. Beberapa kali Melody melirik Javier yang tengah menyetir sesekali memijat keningnya seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat penting.Sepanjang jalan Javier tidak berbicara sepatah katapun, dia sibuk dengan pikiranna sendiri.“Javier, ibu dengar kau akan berencana membangun rumah untuk Melody,” ucap Marisa ditengah keheningan. “Ibu rasa, dibandingkan menghabisakan waktu dan biaya, sebaiknya kau minta saja mansion keluarga, pada ayahmu. Dengan begitu kalian bisa langsung pindah. Tentunya orang tuamu pasti akan setuju karena ini untuk kebaikan calon cucu pertama mereka.Javier membisu, namun tangannya memegang erat kemudinya menyalurkan kemarahan yang sudah cukup lama dia tahan.Javier ingat, sejak pertama kali berhubungan dengan Shanie, Marisa dan Anie sudah selalu membahas tentang uang. Tanpa ragu secara terang-terangan mereka meminta uang, tanpa peduli jika pada saat itu hubungan Javier dan Shanie hanya baru berpaacaran.Javier y
“Hendery.”Mendengar nama ‘Hendery’ disebutkan. Eleanor yang berdiri dikejauhan menajamkan penglihatannya, melihat wajah yang tidak sedetikpun dia duga akan ada disini, kini tengah meringis kesakitan menahan perutnya yang berdarah-darah terkena tembakan, memandangi Eleanor dengan ketakutan seolah dosa-dosanya atas banyak kejahatan sedang dilucuti.Jantung Eleanor berdebar kencang ditengah bara api yang membakar mobilnya, ditengah orang-orang yang terkapar mati.Tangan Eleanor mulai terkepal kuat menggenggam segumpal sakit yang begitu hebat. Sebuah perasaan yang bukan milik jiwa Shanie, namun milik Eleanor Roven yang asli.Mata Eleanor memanas, bukan karena kobaran api yang dekat dengannya, namun karena sakit menahan tangisan. Memandang wajah Hendery, wajah yang begitu mirip dengan sosok ayahnya Hardy.Sosok paman yang selalu tersenyum lembut penuh kasih sayang, orang yang selalu terlihat tulus, bertindak seperti sebagai seorang penjaga, sebagai garda terdepan mengurus apapun tentang E
Telinga Eleanor berdenging hebat, tubuhnya menegang sakit dan kepalanya yang terhantam berdenyut mengaburkan pandangan. Beruntung saja airbag yang berfungsi baik telah menyelamatkan dirinya dari luka yang lebih serius meksi kini beberapa serpihan kaca yang pecah telah melukainya.Dalam kondisi mobil terbalik dan ringsek, asap mengepul dibawah kegelapan, menjebak Eleanor yang berada didalamnya tengah berusaha mengumpulkan kesadaran.Lirih suara napas kesakitan Eleanor terdengar, diantara suara 911 yang telah tersambung dan menunggu jawaban, mempertanyakan hal darurat apa yang tengah dia hadapi.Dengan tangan gemetar Eleanor melepaskan sabuk pengaman dan berguling bagian sisi lain mencari-cari handpone dan berusaha membuka pintu yang kini macet. “Anda bisa mendengar saya?” tanya seseorang dibalik telepon. “Saya Eleanor Roven, saya butuh bantuan polisi sekarang,” jawab Eleanor dengan napas tersendat-sendat.“Apa yang terjadi?”“Ada dua buah mobil telah mengejar dan menubruk saya dengan
Killian memeluk erat bucket bunga mawar besar ditangannya, satu tangannya lagi menjinjing kotak cokelat dan kue. Pria itu tersenyum cerah memasuki lift, tidak sabar untuk kembali berjumpa dengan Eleanor, menghabiskan waktu bersantainya dengan berdua sampai pagi.Killian sudah memiliki banyak susunan rencana yang akan mereka lakukan sepanjang malam. Rencana-rencana sederhana yang akan membangun kuat hubungan baru mereka, termasuk membicarakan bulan madu yang akan datang setelah semua masalah usai.Sepertinya malam ini Killian harus menahan rasa penasarannya lagi, menahan jawaban yang selama ini sangat ingin dia ketahui.Jawaban? Ya..Meski bertahun-tahun sudah mengenal Eleanor. Sebelum menikah, hubungan mereka tidak mereka tidak lebih dari kata asing, tidak pernah terlibat percakapan, yang ada saling menatap sinis.Anehnya, sejak hari pertama menikah, segalanya berubah begitu saja seperti keajaiban.Setiap kali membayangkan wajah Eleanor. Killian merasa sangat berantusias penuh seman