Share

Mendapatkan Tuan Dingin
Mendapatkan Tuan Dingin
Penulis: Putripcy8Lsa

Kejutan

Semua gelap, tanpa ada setitik cahaya pun yang terlihat oleh mata. Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan beberapa helai rambut gadis cantik ini dan pria bertubuh tegap yang ada disampingnya. Indahnya langit malam yang menemani kedua insan tersebut seakan mendukung niat seorang kaum adam yang ada di sana.

"Al, kita dimana sih? Ngapain lagi tutup tutup mata gini?"

Alvan Secolf, pria yang memiliki tubuh tinggi tegap semampai, mata hazel kebiruan yang tajam, rambut hitam pekat, menatap intens gadis disampingnya yang sedari tadi melontarkan pertanyaan yang sama berulang-ulang.

"Buka aja, Sya!"

Nama gadis itu adalah Sasya, gadis yang memiliki rambut panjang agak pirang dan mata kecoklatan itu membuka penutup matanya lalu mengerjap-erjap kan matanya beberapa kali.

"Wow! Cantik banget! Aku suka, ngapain kamu bawa aku ke sini?" tanya Sasya memandangi bulan yang dikelilingi oleh bintang-bintang kecil di atas sana.

"Biar romantis," jawab Alvan spontan, Alvan mengutuk mulutnya sendiri karena mengucapkan dua kata itu tanpa sadar. Sasya hanya tersenyum tipis.

 

"Makasih," ucapnya sambil menghamburkan tubuh mungilnya ke dada bidang Alvan. Alvan membalas pelukan itu dan membelai lembut rambut Sasya. Alvan lega, gadis itu menyukai hadiahnya. Namun apakah Sasya akan suka dengan apa yang hendak Alvan katakan?

 

"Sya, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ucap Alvan, perlahan Sasya melepaskan pelukannya. Alvan seakan mengumpulkan banyak nyawa hanya untuk mengeluarkan beberapa kalimat yang tidak penting. Tunggu! Mungkin saja penting bagi Alvan.

 

"Gini Sya, Aku ...."

 

"Iya? Kamu kenapa?" tanya Sasya sambil menatap mata hazel kebiruan milik Alvan dan menunggu Alvan melanjutkan kalimatnya.

 

"Aku suka sama kamu, Sya."

Sasya menunduk.

"Will you be mine?" tanya Alvan, wajah Sasya terpampang begitu datar, dia seakan tahu apa yang akan Alvan katakan. Wajah Sasya yang berubah drastis seakan tidak senang, membuat keringat dingin mulai bercucuran dari kening Alvan, menunggu cemas jawaban dari Sasya.

 

"Aku nggak bisa Al, aku ngerti perasaan kamu. Tapi-tapi aku nggak bisa," jawab Sasya, Alvan tersenyum miris dan melemas.

 

"Ok Sya, nggak pa-pa. Intinya aku udah bilang apa yang ada di hati aku ke kamu," ujar Alvan, senyum miris lagi? Senyum penutup luka? Mungkin saja.

 

"Penolakan itu ada alasan dan yang perlu kamu lakukan adalah mencari alasan itu sebelum kamu harus siap menerima kenyataan. Dan kamu gak berniat buat nanya alasannya?" tanya Sasya, ia fikir Alvan akan marah, sedih atau bahkan kecewa. Nyatanya Alvan malah pasrah dan tidak ingin melanjutkan atau memperjuangkan hatinya untuk Sasya.

 

"Aku pikir percuma, Sya. Jawaban kamu bakal tetap sama 'kan? Gak bakalan berubah."

 

"Kamu sih sotoi. Padahal aku tadi mau bilang nggak bisa, nggak bisa nolak," ucap Sasya sinis sambil berlalu dari hadapan Alvan

 

"Maksud kamu? Gak bisa nolak?" tanya Alvan senang yang amat menggebu, memikirkan perkataan gadis yang barusan berlalu dari hadapannya.

 

"Sya, maksud kamu gimana? Gak bisa nolak? Berarti kamu mau?" teriak Alvan sedikit kuat karena Sasya sudah cukup jauh darinya.

 

"Pikir aja sendiri!"

Alvan berlari mengejar Sasya, meletakkan tangan kanannya di bahu gadis itu, membawa tubuh mungil ke dalam dekapannya.

 

"Kamu kok gemesin, sih," ucap Alvan sambil menyentil hidung Sasya yang mancung.

"Ih!"

"Jadi kita pacaran nih?"

"Nggak," jawab Sasya.

Alvan manaikkan sebelah alisnya.

"Kok?"

"Gak pacaran."

"Terus? Yang tadi?"

"Apa? Yang mana?" tanya Sasya balik. Alvan semakin bingung dengan perkataan Sasya.

"Yang─gak mau nolak."

"Emang aku bilang mau pacaran? Kalo jadian mau," ucap Sasya tersenyum melihat ekspresi datar di wajah putih Alvan.

"Ya udah ayo ah, aku laper. Emang kamu mau jadi santapan aku?"

"Enggak lah, kamu kira aku cewek apaan?!"

"Maksud kamu gimana sih Sya?"

"Sok polos kamu Al!"

"Polos? maksudnya gimana sih?" tanya Alvan semakin bingung.

"Nggak tau," jawab Sasya sembari berlalu dan melanjutkan langkahnya. Alvan melanjutkan langkahnya dan menyetarakannya dengan langkah kecil Sasya.

"Al, lihat deh wanita itu! Cantik kan?" tanya Sasya, Alvan menatap gadis yang ditunjuk oleh jemari mungil Sasya. Gadis dengan penampilan sederhana dengan rambut cecang dua ala gadis desa, sedang menolong seorang nenek untuk menyeberangi jalan raya yang tak terlalu banyak kendaraan berlalu lalang.

"Al, cantik nggak?" tanya Sasya, lagi.

"Iya, cantik."

"Oh gitu," ujar Sasya memanyunkan bibirnya.

"Tapi tetap cantikan kamu lah," jawab Alvan terkekeh mengacak pelan rambut Sasya, senyum Sasya mengembang.

 

"Eh lihat deh, EH!," teriak Sasya kuat berlari ke arah gadis tadi.

"AWAAAS!" pekik Sasya mendorong gadis itu ke trotoar jalan. Naasnya, Sasya lah yang terkena imbasnya. Perlahan semuanya gelap, Sasya ambruk. Terdengar olehnya hanya teriakan seseorang yang memanggil namanya dan teriakan orang lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status