“Bukan apa-apa sih, Ren. Aku kan ngingetin Talita doang biar nasibnya nggak sama kek kamu gitu. Jangan sampai kejadian gitu maksdunya loh, kan lebih baik diantisipasi dari sekarang,” jawab Dinda yang tak nampak seperti orang berdosa sama sekali di sana.Talita menggigit bibir bagian bawahnya dengan pelan karena dia juga merasa bahwa ucapan Dinda terlalu keras dan menyakitkan pastinya didengar oleh Renata. Namun, mereka semua memang sudah tahu tabiat dan juga cara berbicara Dinda selama ini. Memang terlalu wor dan pedas tapi mengena tepat pada sasaran.Bukan sekedar ucapan belaka yang nggak ada buktinya atau sekedar omongan belaka. Kini Renata seperti sedang terpojokkan di antara Talita dan Dinda. Ingin sekali dia marah dan mengamuk di sini, tapi Renata cukup tahu diri bahwa dia sedang berada di tempat keramaian.“Kalian terlalu menyudutkan aku dengan alasan tak jelas. Kalian terlalu ingin ikut campur masalah rumah tanggaku, terutama kamu Dinda!” ucap Renata yang balas menyerang Dinda
“Sayang. Apa itu Susan?” tanya Renata dengan jantung berdebar kencang dan seperti tak bisa percaya dengan pendengarannya saat ini.Di seberang sana, karena terkejut dengan kedatangan Susan yang mendadak membawakan susu hangat untuknya, di saat dia dan Renata sedang saling berbicara dengan mesra pula di sambungan telpon, akhirnya Evan tidak sengaja menekan tombol merah dan akhirnya panggilan mereka terputus begitu saja.“Susan? Maaf, merepotkan kamu.” Evan yang gugup itu langsung meletakkan ponselnya dan juga langsung mengatur duduknya di sisi ranjang.“Iya, Mas. Mbok Nah bilang Mas Evan lagi ga enak badan, perutnya lagi bermasalah. Jadi, aku diminta tolong sama mbok Nah untuk nganterin susu ini.” Susan menjelaskan semuanya kepada Evan.“Oh iya, maaf aku langsung masuk aja. Tadi, aku udah ngetuk pintu tapi mungkin Mas Evan nggak dengar,” lanjutnya menjelaskan karena tidak ingin Evan salah paham dan menganggapnya lancang masuk ke dalam kamar pribadi yang seharusnya tidak dimasuki oleh o
Renata ternyata bertemu dengan Rizal – mantan kekasihnya saat sebelum berpacaran dan dilamar oleh Evan. Mereka memang cukup lama menjalin hubungan dan sudah dalam tahap yang lebih serius. Hanya saja, saat itu Renata meminta kepastian hubungan setelah tujuh tahun berpacaran. Di mana saat itu Rizal masih belum mempunyai pekerjaan tetap dan belum bisa melamar Renata.Mereka berpisah secara baik-baik, karena Renata tidak bisa membantah kehendak orang tuanya. Mereka ingin segera melihat Renata menikah sebelum ayahnya meninggal dunia. Saat itu ayah Renata memang sudah sakit parah dan ternyata Rizal menyatakan belum siap untuk menikah.Hanya pertemuan singkat dan perkenalan secara garis besarnya saja, Renata pun menerima lamaran Evan dan menikahlah mereka. Setelah Renata menikah dengan Evan, dia sama sekali tidak pernah lagi bertemu dengan Rizal. Selain karena dia merasa itu sudah tidak pantas lagi karena statusnya yang sudah menjadi istri pria lain, ternyata Evan juga meratukan dirinya sehi
“Kenapa lama banget ke sininya?” tanya Rizal saat Renata sudah masuk ke dalam sebuah mobil kodok berwarna hijau dengan stiker hello kitty di seluruh body.“Mobil ini beneran punya kamu dan kamu pakai terus? Ini terlalu girly untuk seorang pria macho seperti kamu, Zal!” ungkap Renata yang tidak menjawab pertanyaan Rizal sama sekali.Dia justru terfokus pada kendaraan yang sekarang sedang didudukinya itu. Sebuah mobil kodok berwarna hijau dengan stiker hello kitty, sebenarnya adalah mobil impian Renata sejak masih zaman SMA dulu dan dulu dia pernah mengatakan hal itu kepada Rizal ketika mereka masih bersama.Rizal juga pernah berjanji pada Renata untuk memenuhi semua keinginan wanita yang dicintainya itu. Namun, Rizal hanya meminta Renata sedikit bersabar sampai dia mampu membeli mobil legend itu dan membuatnya sesuai dengan keinginan Renata. Sayangnya, belum sempat semua itu terwujud mereka sudah lebih dahulu berpisah.“Iya. Ini mobil yang aku beli tujuh tahun lalu dan sampai sekarang
“Eh, nggak usah anterin aku. Aku pulang sendiri aja nggak apa-apa kok, Zal. Aku nggak mau nanti jadi bahan gosip. Nggak baik untuk rumah tanggaku dan juga nggak akan baik untuk status kamu yang masih lajang,” ungkap Renata dengan jujur dan terus terang dari lubuk hatinya yang paling dalam.“Nggak mungkin sampai seberat itu banget masalahnya. Kamu nggak usah terlalu mikirin yang begituan lah, ya. Aku nggak mau terlalu memperbesar masalah yang sebenarnya hanya masalah sepele,” ucap Rizal pula dengan tidak mengurangi rasa percaya dirinya pada Renata.“Kalau begitu, buruan anterin aku pulang. Aku udah capek dan nggak betah lagi di acara ini!” pinta Renata dengan terpaksa dan wajah letih.Rizal melihat bahwa Renata memang sudah letih dan dia tahu bahwa gadis itu tidak bisa lelah sejak dulu. Wanita yang kini ada di sampingnya, tidak pernah tidur larut malam dan selalu merasa lelah jika terlalu banyak beraktifitas sejak siang. Ditambah lagi, Renata memang memiliki penyakit yang tidak pernah
“Kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang udah kamu berikan sama aku tadi,” lirih Evan masih mencoba untuk tidak terlihat beringas di depan Susan.“A-apa? Apa memangnya yang aku kasih sama Mas Evan? Aku cuma nganterin susu hangat, nggak ada yang lain,” ucap Susan yang kini mulai ketakutan melihat Evan.“Iya. Susu hangat yang udah dicampur sama obat perangsang kan? Sekarang, kita tanggung akibatnya berdua.”“Nggak, Mas! Aku nggak masukin apa-apa ke dalam susu itu. Aku berani sumpah, Mas! Tolong jangan sakiti aku, Mas!” mohon Susan kepada Evan dengan suara yang bergetar.Sebelum dibawa Evan ke rumahnya saat ini, memang Susan adalah seorang wanita yang bekerja dalam dunia malam. Dia menjadi wanita pemuas birahi para lelaki hidung belang dan semua itu dilakukannya hanya karena ancaman saja. Keterpaksaan yang harus dia jalani setiap hari dan kini semua berakhir sudah. Namun, bukan berarti dia tidak takut dengan sikap Evan saat ini.Bagaimanapun juga, Susan adalah gadis normal yang puny
“Cepat lakukan, Sayang. Jangan mengundur waktu terus!” desak Evan yang tak bisa lagi menunggu lebih lama.Gairahnya sudah sampai di ubun-ubun dan dia tidak bisa jika harus bertanya jawab lagi dengan Susan. Baginya saat ini yang paling penting adalah menyalurkan hasrat dan gairahnya secepat mungkin, agar tidak terlalu meledak di dalam dirinya.“Oke. Aku coba dulu, Mas!” sahut Susan yang memang merasa ragu.Dia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya, karena memang tidak pernah ingin melayani pria hidung belang yang membayarnya kepada sang ayah. Namun, semua tentu saja tidak membuat ilmunya tentang hal itu menjadi minim. Dia sangat tahu persis tentang materi, tapi tidak dengan prakteknya.Susan memasukkan perlahan-lahan sosis jumbo itu ke dalam rahangnya dan mulai menggerakkan kepalanya. Mengeluar masukkan benda panjang dan besar itu ternyata tidak sesulit yang dia bayangkan. Evan mencengkram rambut Susan dan kemudian membantu wanita itu dengan menggerakkan kepalanya dengan tarikan da
Tidak ada balasan dari Rizal dan hanya ada sebuah senyuman yang tersungging di sudut bibirnya. Dia masih tidak ingin terlalu jauh pada Renata, walau sebenarnya dia sangat ingin. Padahal, sekarang bisa saja menjadi momen yang menguntungkan baginya. Namun, Rizal tentu saja masih harus memikirkan Renata dan tak ingin membuat wanita itu berada dalam masalah karena dirinya.“Aku anterin sampai ke depan pintu kamar hotelnya atau gimana?” tanya Rizal meralat lagi ucapan Renata yang mungkin tidak dikatakannya secara tidak sadar tadi.“Eh, nggak usah. Aku bisa masuk sendiri kok, Zal. Makasih udah anterin aku ke sini, ya. Sampai ketemu lain waktu,” jawab Renata menolak dan kemudian tersenyum canggung.“Memangnya, kamu ada rencana mau ke Bali lagi setelah ini? Atau mungkin, kamu nginap di sini beberapa hari lagi?” tanya Rizal seperti mendapatkan angin segar.“Aku pulang besok pagi, Zal. Tiketnya udah dipesan dan suamiku juga udah tau kalau aku bakal berangkat subuh ini.” Renata menjawab lagi den