Share

Perjanjian Rahasia

Penulis: Rien rini
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-14 15:19:06

“Pak Ditya!” ucap Elena berangsur tenang, keringat dingin membanjiri keningnya. 

 Lelaki berkemeja putih itu mengangguk, lalu memberikan instruksi pada perawat di sana untuk meninggalkan mereka sejenak. 

 “Pakai ini!” titahnya membenarkan posisi selang oksigen di depan hidung Elena. “Kondisimu baru saja membaik, jangan banyak gerak dulu!” 

 Alih-alih bisa tenang, walaupun ia tak memberontak seperti tadi, kepalanya berisik sekali. Seingatnya, lelaki itu tidak mengetahui ke mana dirinya pergi dan kapan, tetapi sekarang ada di dekatnya sekaligus menjadi penanggung jawab. 

 Elena menatap awas atasan sekaligus ayah dari calon bayinya itu, ia khawatir Aditya kembali memintanya untuk menggugurkan kandungannya, apalagi mereka sedang ada di rumah sakit dan dirinya tengah tidak berdaya. 

 “Saya mohon bunuh saya sekalian!” kata Elena memohon, matanya merah merebak. “Saya tidak bisa membunuh dia, lebih baik kami pergi bersama jika anda menolaknya, Pak!”

 Sakit, dadanya terasa sesak karena seluruh dunianya sudah runtuh tanpa sisa, ia tak mempunyai harapan lagi. 

 Aditya mendecakkan lidah kemudian membalas tatapan melas Elena. 

 “Saya berubah pikiran, sekalipun kamu memilih mati, tetap saja itu merugikan saya karena korban laka pasti ada penyelidikan. Ditambah lagi, cek yang ada di sakumu, sudah cukup membuktikan pada siapa kesalahan itu akan dijatuhkan,” katanya melangkah lebih dekat ke brankar Elena. “Saya akan menikahi kamu, tapi kita bersepakat itu hanya sementara dan dirahasiakan,” tambahnya. 

 Kening Elena mengernyit. “Dirahasiakan?”

 Sungguh, Elena tidak peduli meskipun hanya sementara yang terpenting nama orang tuanya terjaga, soal perpisahan ia bisa mencari alasan. Akan tetapi, ia tidak cukup mengerti dengan status pernikahan yang harus dirahasiakan. 

 “Hanya keluarga saya dan kamu yang tau, entah acara kecil apa, saya mau identitas saya sebagai suamimu harus disembunyikan, tidak ada yang boleh tau, terutama di kantor! Kamu bisa mengatakan menikah dengan abdi negara atau apa, terserah! Tapi, bukan saya, paham?” Aditya membungkuk, mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga dekat dengan wajah Elena. “Kamu setuju?”

 Elena tercekat, itu bukan keputusan yang mudah, tetapi hanya itu solusinya untuk sekarang. Maka, ia pun mengangguk. 

 “Bagus!” kata Aditya kembali menegakkan punggungnya, lalu menunjuk ke meja perawat. Yang tadi, Fiska, sepupuku. Dia akan menjaga rahasia dan membungkam semua,” ungkapnya. 

 Elena kembali mengangguk kemudian bertanya, “Dari siapa anda tau soal kejadian kemarin?”

 “Ah, itu … Ardi yang melihat dan ada di sana,” jawabnya kemudian pergi ke meja perawat. 

 Elena menipiskan bibirnya, lagipula tidak mungkin lelaki sempat panik dan mencarinya yang pergi begitu saja dari kantor, dirinya saja yang terlalu berekspektasi tinggi. 

 “Aku tidur saja,” kata Elena lirih, tubuhnya lemas sekali dan sebagian masih nyeri. 

 Sementara itu, di meja perawat Aditya menoleh sekilas pada Elena yang sudah tenang dan memejamkan mata. Jika saja kemarin ia mengabaikan kecurigaan sekretarisnya, mungkin wanita itu sudah mati dan nama baiknya terancam. Beruntung ia datang tepat waktu dan orang-orang di sana kompak membantu hingga Elena hanya luka ringan dan selamat, termasuk kandungan wanita itu.

 ***

 Sebuah tamparan keras mendarat panas di pipi kanan Aditya malam itu, Elena baru saja dipindahkan ke ruang inap, bersamaan dengan itu orang tua Aditya datang dan alangkah terkejutnya mendengar kabar kehamilan Elena. 

 “Itu jebakan, Ma!” kata Aditya sembari meraba pipinya yang panas. 

 “Jebakan-jebakan! Tapi, bukan berarti kamu seenaknya pada Elena!” balas Vera geram. 

 Elena terdiam, ia malu sekaligus takut, sebab semarah itu Vera saat mengetahui kehamilan dan sikap acuh Aditya padanya, ia tidak bisa membayangkan jika wanita itu mengetahui yang lain lagi, yakni pernikahan kontrak antara dirinya dan Aditya, entah akan semarah apa wanita itu. 

 Namun, Elena harus menerima kenyataan bahwa memang hubungan mereka harus dirahasiakan, terlebih lagi itu akan sangat berpengaruh pada kelayakan Aditya menjadi CEO kelak. 

 “Aku begitu karena ini beresiko, kan?” Aditya menghembuskan nafasnya kasar, ia menoleh pada papanya.

 Hanung lantas maju menghampiri istrinya, menekan ringan kedua bahu wanita itu dan memberikan tepukan pelan, memintanya untuk tenang. Setelah perceraian Aditya dulu membuat lelaki itu kesulitan untuk mendapatkan promosi, Aditya kehilangan banyak kepercayaan sehingga keputusan pendek kemarin sempat diambil.

 “Terus, sekarang?” Vera menekan pelipisnya, masalah itu benar-benar berat.

 “Aku akan menikahi Elena, tapi kami merahasiakannya. Elena juga perlu memikirkan nasib orang tuanya,” jawab Aditya sama sekali tak menyinggung soal perjanjian kontrak.

 Vera mengangguk, lagipula ia juga tidak setuju jika harus menggugurkan kandungan itu, bagaimanapun juga janin itu darah daging Aditya meskipun rawan sekali.

 Ia memutar tubuhnya menghadap Elena yang lemas dan pucat, hamil muda dengan banyak tekanan tidaklah mudah. Wajahnya berubah mendung, seharusnya kehamilan menjadi momen terbaik, tetapi mereka tak berdaya dan mengorbankan perasaan Elena.

 “Sudah berapa usianya?” tanya Vera sembari meletakkan tangannya ke atas perut Elena.

 “En-enam minggu, Tante,” jawab Elena mengingat hasil pemeriksaan di bidan beberapa hari lalu.

 Vera melipat bibirnya, berusaha untuk menenangkan diri, sebab itu sangat menyakitkan.

 “Maaf kamu jadi harus merasakan hal ini, tapi tolong kuat ya!” kata Vera penuh rasa bersalah karena tak bisa mendukung lebih posisi Elena untuk tidak merahasiakan pernikahan itu, sebagai ibu ia juga ingin Aditya mencapai puncak karirnya. 

 Elena mengangguk, ia anggap kejadian malam itu sebagai musibah meskipun traumanya masih cukup berat dan kerap menghantuinya, terutama bila berpapasan dengan laki-laki, Elena sampai menggigil dan ingin segera menghindar. 

 “Saya juga minta maaf, Tante, Om,” kata Elena kemudian menutup mulutnya, sesuatu terasa merangkak naik dari perut sampai kerongkongan, ia mual. 

 “Eh!” pekik Vera bergegas memanggil Aditya. “Ditya, ambilkan baskom cepat!”

 “Buat?”

 “Buruan!” bentaknya, mau tak mau Aditya mengambil baskom stainless di toilet, lalu memberikan pada mamanya. “Kok Mama, kamu lah!”

 Vera mendorong punggung Aditya supaya lebih dekat ke depan wajah Elena, detik itu juga Elena memuntahkan semua isi perutnya sambil menahan perih dan panas di tenggorokan. Elena merintih, matanya pun memerah, semuanya sakit dan membuatnya lemas. 

 Melihat betapa pucatnya Elena, Aditya tercenung, ia tak menyangka akan separah itu wanita yang sedang hamil. 

 “Lebih baik kalian buruan nikah, dia butuh kamu!” cetus Vera sambil memijat pelipisnya, sakitnya Elena mengingatkan wanita itu pada kehamilannya dulu saat mengandung Aditya, sekujur tubuhnya lantas gemetaran. 

 “Tapi—” ucapan Aditya berhenti begitu muntah susulan datang lagi. 

 “Sudah, jangan banyak tapi-tapi! Segera temui orang tuanya dan menikah!” sergah Vera. 

 Aditya meraup wajahnya dengan satu tangan yang bebas. Masalah itu tidak sederhana dan harus hati-hati karena bisa saja memancing jebakan baru dari pelaku yang belum diketahui sekaligus menjaga perasaan orang tua Elena.

 “Tunggu Elena membaik dulu, mereka belum tau soal kehamilan ini!” katanya menahan geram, pun serba salah. 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Tinggal Di Rumah Mertua

    "Is-tri?" Dunia Liona seakan berhenti, otaknya tak mampu berpikir lagi. Aditya menipiskan bibirnya. "Aku jelaskan nanti, sekarang aku harus pergi. Hati-hati!" Lelaki itu langsung duduk ke bangku kemudi, memundurkan mobilnya kemudian pergi dari pandangan sang mantan. Rasa bersalah dan semua penyesalan, hadir tanpa sisa, sakitnya kian merasuk lebih dalam. Mereka masih mempunyai harapan yang sama, bahkan cinta itu masih sangat ada, tetapi waktu untuk berjuang harus mundur kembali karena jebakan sialan malam itu. Rahasiakan! Liona menggigit bibir bawahnya, ia harus menjaga rahasia itu, pernikahan yang janggal dan masih membutuhkan penjelasan. "Apa ini permainan ibumu lagi?" gumamnya geram. *** Terlepas dari satu masalah, nyatanya tidak membuat Elena benar-benar tenang. Sesampainya di rumah milik mertuanya, Aditya yang ingin tinggal mandiri lantas ditentang. "Kondisi istrimu begitu, Ditya! Dia nggak bisa ditinggal sendiri, belum lagi hubungan kalian yang nggak ada

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Bertemu Mantan

    Nyatanya, walaupun dirinya seorang duda dan menjabat sebagai presdir, merapikan sprei saja tidak bisa sehingga pelan-pelan Elena membantu, setelah Vera keluar kamarnya. “Apa ada yang sakit?” tanya Aditya waswas, sebab Elena tak kunjung memejamkan mata. Elena menggelengkan kepalanya. “Sudah hampir pagi, mualku mau datang,” jawabnya. Sejak positif hamil, Elena tak perlu melihat jam dinding atau di ponselnya untuk tahu kapan pagi tiba. Rasa mualnya akan datang, bergejolak kemudian merangkak naik dari perut ke kerongkongan, membuat mulutnya terasa pahit juga panas, ditambah lagi kepalanya berdenyut sehingga ia kesulitan untuk tidur meskipun masih sangat mengantuk. Aditya mengatupkan belah bibirnya, ia seakan tak diberi ampun dan jeda sama sekali sejak kejadian itu hingga pengakuan Elena, hidupnya terasa kacau, setiap saat mendebarkan dan menguras pikiran. Dirinya yang dulu bebas memutuskan dan bersikap, sekarang serba terbatas. Bahkan, tidur pun harus terganggu dan tegang seperti

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Malam Pertama Berdarah

    Kram dan nyeri bercampur menjadi satu, Elena pikir dengan berbaring tenang di kasurnya akan membuat rasa sakit itu mereda, nyatanya terus berlanjut, apalagi keberadaan Aditya yang juga ada di kamar bersamanya, membuatnya gugup dan kurang nyaman. “Pak,” panggilnya pada lelaki yang sedang duduk di dekat jendela sambil memejamkan mata itu. “Pak Ditya!” panggilnya lagi. Mendengar itu, Aditya lantas membuka matanya, ia belum tidur dan sepertinya tidak akan bisa tidur, matanya terpejam hanya untuk menenangkan diri saja. Pria itu menoleh. “Ada apa?” tanyanya. “Sa-sakitnya belum hilang,” jawab Elena sambil meletakkan tangan ke atas perutnya. Aditya sontak berdiri, wajahnya berubah lebih serius dengan kedua alis tebal yang menekuk. Sejak tadi itu yang Aditya khawatirkan, ia seakan belum siap jawaban bila terjadi sesuatu pada Elena. “Ck! Buka selimutnya!” titahnya, Aditya berdiri di samping ranjang. Elena patuh membuka selimut yang menutupinya itu, tangannya tampak gemetaran, keja

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Serba Mendadak

    “Len, mereka siapa?” Dewi melihat satu per satu wajah tamunya yang datang bersama Elena. “Em, mereka—” “Saya kekasihnya Elena, Bu Dewi. Kedatangan saya beserta keluarga ke sini untuk bersilaturahmi sekaligus meminang Elena,” potong Aditya sembari maju ke depan, tepat di samping Elena. Dewi tampak terkejut mendengar pengakuan Aditya, sebab sejak Elena pergi ke ibu kota dengan niat bekerja, ia belum pernah mendengar putrinya itu mempunyai kekasih. Bahkan, terakhir kali Elena mengatakan belum memikirkan soal pernikahan. Tetapi, sekarang semuanya berbalik. “Buk, maaf kalau Lena nggak pernah cerita, aku malu. Tapi, Pa-Mas Ditya punya niat serius ke aku dan nggak mau nunda. Keluarganya juga udah kenal Lena, Buk,” jelas Elena gugup. “Oo, ya sudah! Ayo, masuk dulu!” ajak Dewi kemudian membuka lebar pintu rumahnya. Aditya bersama orang tuanya pun masuk, bangunan rumah Elena masih terbilang lama, tetapi justru itu lebih kuat strukturnya, di dalamnya pun terlihat cukup lega dan

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Perjanjian Rahasia

    “Pak Ditya!” ucap Elena berangsur tenang, keringat dingin membanjiri keningnya. Lelaki berkemeja putih itu mengangguk, lalu memberikan instruksi pada perawat di sana untuk meninggalkan mereka sejenak. “Pakai ini!” titahnya membenarkan posisi selang oksigen di depan hidung Elena. “Kondisimu baru saja membaik, jangan banyak gerak dulu!” Alih-alih bisa tenang, walaupun ia tak memberontak seperti tadi, kepalanya berisik sekali. Seingatnya, lelaki itu tidak mengetahui ke mana dirinya pergi dan kapan, tetapi sekarang ada di dekatnya sekaligus menjadi penanggung jawab. Elena menatap awas atasan sekaligus ayah dari calon bayinya itu, ia khawatir Aditya kembali memintanya untuk menggugurkan kandungannya, apalagi mereka sedang ada di rumah sakit dan dirinya tengah tidak berdaya. “Saya mohon bunuh saya sekalian!” kata Elena memohon, matanya merah merebak. “Saya tidak bisa membunuh dia, lebih baik kami pergi bersama jika anda menolaknya, Pak!” Sakit, dadanya terasa sesak karena seluruh

  • Mengandung Benih Rahasia Atasanku   Meminta Tanggung Jawab

    “Pak, saya hamil,” ungkap Elena sembari menunduk, menatap perutnya yang masih rata. Aditya spontan mengalihkan perhatiannya dari benda pipih yang sejak tadi menjadi titik fokusnya, dari sekian banyak balasan email yang didapatkannya, pengakuan dari salah satu stafnya itu menjadi satu hal yang paling tidak diharapkan. Sebelah alisnya terangkat, matanya menatap tajam Elena yang tak memiliki kekuatan. “Kamu tau kepada siapa keluhan ini kamu sampaikan?” balasnya alih-alih iba. Elena mengangguk, ia juga tahu jika yang dilakukannya itu sangat berisiko, tetapi janin di perutnya itu membutuhkan tanggung jawab dan perlindungan. Dan tak pernah Elena melakukan hal bodoh itu sebelum menikah, kecuali karena terjebak bersama bosnya itu. “Minta berapa?” tanya Aditya kemudian membuka lacinya dan mengeluarkan selembar cek. “Atau saya beri kosongan saja supaya kamu bisa menulis sesukamu, hem? Berapa pun tidak masalah karena saya tidak akan melakukan yang lebih, ini!” Selembar cek itu digeser

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status