Share

5. Cucu Kakek Yang Tampan

Leanna terbangun di sebuah kamar besar yang indah. Bagaikan seperti mimpi dia bisa tidur di kamar luas dengan kasur yang empuk dan nyaman. Berbanding terbalik dengan kamar kontrakannya selama ini. Beberapa kali Leanna mengerjapkan matanya seolah tak percaya bahwa semua ini bukan mimpi.

Masih sambil menguap dan mengusap mata serta rambut yang terlihat kusut, Leanna keluar dari kamar menuju kamar mandi di seberang ruang kamarnya. Namun seketika saja tubuh Leanna berubah kaku dan matanya membulat sempurna. Leanna langsung berdiri mematung beberapa saat di depan pintu kamar mandi. Sosok yang kini berdiri di hadapan Leanna jelas membuatnya terkejut setengah mati.

“Whaaaa!!!” Teriakan Leanna terdengat keras dan menggaung hingga membuat orang yang berdiri di depannya itu sampai menutup telinga.

“Ke-ke ... kenapa Dokter ada di sini?” tanya Leanna terbata-bata saat melihat sosok Reynald kini berdiri di depan pintu kamar mandi mengenakan kaos dan celana panjang training. Dengan rambut setengah basah yang sedang berusaha dia keringkan membuat pesona pria itu begitu menggoda. Apalagi saat mata Leanna tanpa sengaja menatap wajah Reynald yang semakin tampan dengan beberapa helai rambut basah yang jatuh dikeningnya.

“Ini kan, rumah saya,” jawab Reynald singkat dan tanpa ekspresi. Dia sudah terbiasa kalau tiba-tiba menemukan seorang wanita di rumahnya dan semua itu pasti ulah kakeknya yang selalu ingin cucu lelaki satu-satunya ini memiliki pendamping.

“Ru-rumah??? Ja-jadi cu-cucu ... kakek ... itu ... Dok-dokter?” kata Leanna tergagap. Matanya masih tak lepas memandangi sosok Reynald yang masih berdiri di hadapannya dengan raut wajah datar.

“Minggir! Saya mau lewat!” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Reynald tanpa memedulikan keterkejutan Leanna. Pria itu pergi begitu saja melewati Leanna tanpa meliriknya sedikit pun dan membuat wanita itu menoleh jengkel karena diabaikan.

Beberapa saat kemudian Leanna dan Reynald sudah duduk saling berhadapan di meja makan. Di samping mereka ada Kakek Antony yang tersenyum lucu memandang keterkejutan Leanna yang sampai sekarang masih melihat pria di depannya dengan tatapan tak percaya. Sedangkan dokter tampan itu malah fokus pada kopi hitam dan ponsel pintarnya, tak peduli pada kehebohan di sekelilingnya.

“Jadi kamu sudah pernah bertemu dengan cucuku ya, Leanna? Bagaimana? Seperti yang Kakek bilang, kan? Dia tampan sekali, kan?” gurau Kakek menggoda Leanna yang masih diam mematung.

Tampan sih memang, tapi ... kok dingin mirip kulkas gitu ya. Mana tanpa ekspresi lagi, sungut Leanna dalam hati. Namun matanya tak lepas memperhatikan setiap gerak-gerik dokter tampan di seberang mejanya.

“Nah  ... Rey! Bagaimana menurutmu? Dia manis, kan?” tanya Kakek sambil melirik Reynald yang sedang menuang salad ke piringnya.

Nah kan ... drama Kakek mulai lagi. Sebenarnya Kakek ketemu perempuan ini di mana sih? Tumben seleranya bukan high class lagi.

Reynald meletakkan sendoknya dan menatap Kakek dengan serius. “Apa maksud Kakek sebenarnya?” tanya Reynald yang mulai mengerti arah pembicaraan kakeknya.

“Leanna ini penyelamat Kakek tempo hari itu, loh! Kakek sudah cerita itu padamu, kan? Kalau tidak ada dia, Kakek bisa sekarat.”

“Lalu, apa mau Kakek sebenarnya?” tanya Reynald tanpa basa basi. Lelah juga menghadapi situasi seperti ini puluhan kali.

“Kamu tahu kan Nak, aku sudah membebaskanmu sebagai penerus Savero Group dan membiarkanmu meraih cita-citamu sebagai dokter.” Ada jeda sesaat sebelum Kakek Antony melanjutkan ucapannya. “Di usiamu yang sudah lebih dari cukup untuk menikah ini kamu masih saja sendirian. Bahkan kamu juga sudah menolak puluhan wanita yang kakek jodohkan padamu. Siapa tahu kamu bisa menikah dengan wanita pilihan Kakek yang ini,” kata Kakek sambil melirik Leanna.

Leanna yang sedang makan otomatis langsung tersedak mendengan ucapan Kakek Tony barusan. “A-APA?! Menikah? Apa maksud Kakek?!” teriak Leanna setelah batuknya reda.

“Aku belum ingin menikah!” sahut Reynald dingin.

“Rey ... umurmu sudah 32 tahun dan Kakek kan butuh pewaris untuk kerajaan bisnis Kakek. Apa harus Kakek yang menikah lagi dan membuat anak? Umur Kakek hampir seabad, masa kamu tega sih, Rey?”

Lalu … drama Kakek pun dimulai.

“Kamu kan tahu sendiri Kakek sudah sering sakit-sakitan. Atau begini saja, tak perlu langsung menikah. Kalian tunangan saja dulu ya-ya-ya ....”

“Kakek! Jadi ini maksud Kakek memintaku tinggal di sini? Kalau tahu begini aku tak akan mau ikut dengan Kakek kemarin,” kata Leanna sambil mengerucutkan bibirnya.

“Loh, Kakek kan kemarin sudah bilang padamu untuk jadi cucu Kakek saja,” kata Kakek tak mau kalah. “dan kamu sudah tak bisa pergi dari sini begitu saja!” ancam Kakek sambil tersenyum penuh misteri.

“Aku berangkat dulu, Kek!” kata Reynald tiba-tiba bangkit dari kursinya dan tak memedulikan perdebatan di antara Kakek dan Leanna.

“Rey, tolong pikirkan permintaan Kakek, ya! Ini permintaan terakhir Kakek deh! Harus dengan Leanna tapi ya!” teriak Kakek dari meja makan saat dokter tampan itu meninggalkan ruang makan.

“Aku juga mau berangkat! Dah Kakek!” kata Leanna segera berlari mengambil tasnya di sofa ruang tengah. “Haduh ... aku kan tidak tahu jalan ke kantorku lewat mana!” kata Leanna sambil menepuk pipinya saat berada di halaman luas depan rumah megah milik Kakek.

Leanna pun menghampiri salah satu petugas keamanan yang berjaga didekat gerbang rumah Kakek. Namanya Beno dan dengan senang hati pemuda itu menjelaskan arah tujuan Leanna.

“Dari sini Mbaknya jalan lurus saja sepanjang jalan ini sampai habis. Di depan sana nanti ketemu jalan raya yang besar lalu belok kiri, lurus sedikit sekitar lima menit nanti ada halte busway. Nah tinggal naik busway aja, transit dulu sih, tapi nanti langsung sampai depan kantor.”

“Oke ... terima kasih ya, Ben! Dan selamat bertugas!” kata Leanna dengan gaya tangan di tepi alisnya ala hormatnya para prajurit.

Ternyata yang dimaksud Beno dengan 'sepanjang jalan ini' adalah benar-benar jalan yang panjang. Dari rumah Kakek ke jalan raya kalau jalan kaki bisa memakan waktu sekitar sepuluh menit belum sampai halte busway-nya itu. Untungnya taman di tepi trotoar indah sekali jadi tidak membuat Leanna jenuh menempuh jalan panjang itu.

Tiba-tiba dari arah rumah Kakek sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat melaju kencang melewati Leanna begitu saja. Walaupun kaca mobil itu terlihat gelap, tetapi Leanna tahu kalau itu adalah mobil Reynald. Karena di jalan besar ini hanya ada rumah Kakek saja yang dibangun tepat di sudut jalan buntu tanpa ada rumah lain di sisi kiri kanannya.

“Huh ... Kakek itu benar-benar! Menikah? Yang benar saja! Walaupun cucunya si dokter tampan itu, tapi ya masa tiba-tiba disuruh langsung nikah. Mending diterima, lah ini ditolak mentah-mentah. Bikin malu aja iiih!” gerutu Leanna jengkel plus keki.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status