Beranda / Romansa / Mengejar Cinta Dokter Dingin / 5. Cucu Kakek Yang Tampan

Share

5. Cucu Kakek Yang Tampan

Penulis: Ayu Anggun
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-19 20:40:49

Leanna terbangun di sebuah kamar besar yang indah. Bagaikan seperti mimpi dia bisa tidur di kamar luas dengan kasur yang empuk dan nyaman. Berbanding terbalik dengan kamar kontrakannya selama ini. Beberapa kali Leanna mengerjapkan matanya seolah tak percaya bahwa semua ini bukan mimpi.

Masih sambil menguap dan mengusap mata serta rambut yang terlihat kusut, Leanna keluar dari kamar menuju kamar mandi di seberang ruang kamarnya. Namun seketika saja tubuh Leanna berubah kaku dan matanya membulat sempurna. Leanna langsung berdiri mematung beberapa saat di depan pintu kamar mandi. Sosok yang kini berdiri di hadapan Leanna jelas membuatnya terkejut setengah mati.

“Whaaaa!!!” Teriakan Leanna terdengat keras dan menggaung hingga membuat orang yang berdiri di depannya itu sampai menutup telinga.

“Ke-ke ... kenapa Dokter ada di sini?” tanya Leanna terbata-bata saat melihat sosok Reynald kini berdiri di depan pintu kamar mandi mengenakan kaos dan celana panjang training. Dengan rambut setengah basah yang sedang berusaha dia keringkan membuat pesona pria itu begitu menggoda. Apalagi saat mata Leanna tanpa sengaja menatap wajah Reynald yang semakin tampan dengan beberapa helai rambut basah yang jatuh dikeningnya.

“Ini kan, rumah saya,” jawab Reynald singkat dan tanpa ekspresi. Dia sudah terbiasa kalau tiba-tiba menemukan seorang wanita di rumahnya dan semua itu pasti ulah kakeknya yang selalu ingin cucu lelaki satu-satunya ini memiliki pendamping.

“Ru-rumah??? Ja-jadi cu-cucu ... kakek ... itu ... Dok-dokter?” kata Leanna tergagap. Matanya masih tak lepas memandangi sosok Reynald yang masih berdiri di hadapannya dengan raut wajah datar.

“Minggir! Saya mau lewat!” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Reynald tanpa memedulikan keterkejutan Leanna. Pria itu pergi begitu saja melewati Leanna tanpa meliriknya sedikit pun dan membuat wanita itu menoleh jengkel karena diabaikan.

Beberapa saat kemudian Leanna dan Reynald sudah duduk saling berhadapan di meja makan. Di samping mereka ada Kakek Antony yang tersenyum lucu memandang keterkejutan Leanna yang sampai sekarang masih melihat pria di depannya dengan tatapan tak percaya. Sedangkan dokter tampan itu malah fokus pada kopi hitam dan ponsel pintarnya, tak peduli pada kehebohan di sekelilingnya.

“Jadi kamu sudah pernah bertemu dengan cucuku ya, Leanna? Bagaimana? Seperti yang Kakek bilang, kan? Dia tampan sekali, kan?” gurau Kakek menggoda Leanna yang masih diam mematung.

Tampan sih memang, tapi ... kok dingin mirip kulkas gitu ya. Mana tanpa ekspresi lagi, sungut Leanna dalam hati. Namun matanya tak lepas memperhatikan setiap gerak-gerik dokter tampan di seberang mejanya.

“Nah  ... Rey! Bagaimana menurutmu? Dia manis, kan?” tanya Kakek sambil melirik Reynald yang sedang menuang salad ke piringnya.

Nah kan ... drama Kakek mulai lagi. Sebenarnya Kakek ketemu perempuan ini di mana sih? Tumben seleranya bukan high class lagi.

Reynald meletakkan sendoknya dan menatap Kakek dengan serius. “Apa maksud Kakek sebenarnya?” tanya Reynald yang mulai mengerti arah pembicaraan kakeknya.

“Leanna ini penyelamat Kakek tempo hari itu, loh! Kakek sudah cerita itu padamu, kan? Kalau tidak ada dia, Kakek bisa sekarat.”

“Lalu, apa mau Kakek sebenarnya?” tanya Reynald tanpa basa basi. Lelah juga menghadapi situasi seperti ini puluhan kali.

“Kamu tahu kan Nak, aku sudah membebaskanmu sebagai penerus Savero Group dan membiarkanmu meraih cita-citamu sebagai dokter.” Ada jeda sesaat sebelum Kakek Antony melanjutkan ucapannya. “Di usiamu yang sudah lebih dari cukup untuk menikah ini kamu masih saja sendirian. Bahkan kamu juga sudah menolak puluhan wanita yang kakek jodohkan padamu. Siapa tahu kamu bisa menikah dengan wanita pilihan Kakek yang ini,” kata Kakek sambil melirik Leanna.

Leanna yang sedang makan otomatis langsung tersedak mendengan ucapan Kakek Tony barusan. “A-APA?! Menikah? Apa maksud Kakek?!” teriak Leanna setelah batuknya reda.

“Aku belum ingin menikah!” sahut Reynald dingin.

“Rey ... umurmu sudah 32 tahun dan Kakek kan butuh pewaris untuk kerajaan bisnis Kakek. Apa harus Kakek yang menikah lagi dan membuat anak? Umur Kakek hampir seabad, masa kamu tega sih, Rey?”

Lalu … drama Kakek pun dimulai.

“Kamu kan tahu sendiri Kakek sudah sering sakit-sakitan. Atau begini saja, tak perlu langsung menikah. Kalian tunangan saja dulu ya-ya-ya ....”

“Kakek! Jadi ini maksud Kakek memintaku tinggal di sini? Kalau tahu begini aku tak akan mau ikut dengan Kakek kemarin,” kata Leanna sambil mengerucutkan bibirnya.

“Loh, Kakek kan kemarin sudah bilang padamu untuk jadi cucu Kakek saja,” kata Kakek tak mau kalah. “dan kamu sudah tak bisa pergi dari sini begitu saja!” ancam Kakek sambil tersenyum penuh misteri.

“Aku berangkat dulu, Kek!” kata Reynald tiba-tiba bangkit dari kursinya dan tak memedulikan perdebatan di antara Kakek dan Leanna.

“Rey, tolong pikirkan permintaan Kakek, ya! Ini permintaan terakhir Kakek deh! Harus dengan Leanna tapi ya!” teriak Kakek dari meja makan saat dokter tampan itu meninggalkan ruang makan.

“Aku juga mau berangkat! Dah Kakek!” kata Leanna segera berlari mengambil tasnya di sofa ruang tengah. “Haduh ... aku kan tidak tahu jalan ke kantorku lewat mana!” kata Leanna sambil menepuk pipinya saat berada di halaman luas depan rumah megah milik Kakek.

Leanna pun menghampiri salah satu petugas keamanan yang berjaga didekat gerbang rumah Kakek. Namanya Beno dan dengan senang hati pemuda itu menjelaskan arah tujuan Leanna.

“Dari sini Mbaknya jalan lurus saja sepanjang jalan ini sampai habis. Di depan sana nanti ketemu jalan raya yang besar lalu belok kiri, lurus sedikit sekitar lima menit nanti ada halte busway. Nah tinggal naik busway aja, transit dulu sih, tapi nanti langsung sampai depan kantor.”

“Oke ... terima kasih ya, Ben! Dan selamat bertugas!” kata Leanna dengan gaya tangan di tepi alisnya ala hormatnya para prajurit.

Ternyata yang dimaksud Beno dengan 'sepanjang jalan ini' adalah benar-benar jalan yang panjang. Dari rumah Kakek ke jalan raya kalau jalan kaki bisa memakan waktu sekitar sepuluh menit belum sampai halte busway-nya itu. Untungnya taman di tepi trotoar indah sekali jadi tidak membuat Leanna jenuh menempuh jalan panjang itu.

Tiba-tiba dari arah rumah Kakek sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilat melaju kencang melewati Leanna begitu saja. Walaupun kaca mobil itu terlihat gelap, tetapi Leanna tahu kalau itu adalah mobil Reynald. Karena di jalan besar ini hanya ada rumah Kakek saja yang dibangun tepat di sudut jalan buntu tanpa ada rumah lain di sisi kiri kanannya.

“Huh ... Kakek itu benar-benar! Menikah? Yang benar saja! Walaupun cucunya si dokter tampan itu, tapi ya masa tiba-tiba disuruh langsung nikah. Mending diterima, lah ini ditolak mentah-mentah. Bikin malu aja iiih!” gerutu Leanna jengkel plus keki.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   78. Asisten Pribadi

    Mungkin untuk sebagian orang, menikahi pria kaya dan tampan adalah sebuah kesempurnaan hidup. Namun Leanna tidak merasa seperti itu. Menikah dengan Reynald terasa seperti mengemban sebuah tugas yang berat, seperti apa yang Safira katakan sebelumnya. Anak di dalam kandungannya bahkan sudah mendapatkan tanggung jawab besar jauh sebelum dia dilahirkan.Awalnya mungkin Leanna tidak terlalu memikirkan hal ini. Namun begitu membuka mata keesokan paginya, dia benar-benar menyadari kalau hidupnya tidak akan semudah itu. Baru saja membuka matanya dan raut wajah penuh kekhawatiran dapat terlihat jelas dari beberapa orang yang kini memenuhi ruang rawatnya.“Kamu tidak apa-apa, Nak?” tanya Kakek Antony. “Kenapa kamu membiarkan istrimu kelelahan?” kata Kakek Antony pada Reynald begitu melihat pria itu masuk ke dalam ruang rawatnya.“Kamu juga kenapa tidak mengatakan lebih awal kalau Leanna di rawat di sini?” kata Kakek Antony pada Fiona yang terlihat merengut tidak terima disalahkan.“Justru aku y

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   77. Kekhawatiran

    Setelah kepanikan dan kehebohan di sepanjang lorong menuju poli obstetri dan ginekologi tadi, Leanna akhirnya langsung dapat penanganan dari Dokter Vira. Setelah melakukan banyak pemeriksaan Leanna akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan untuk beristirahat selagi menunggu hasil pemeriksaan yang sudah dilakukannya barusan.Meskipun nyeri di perut Leanna sudah berkurang dan wanita itu pun kini sudah terlihat mulai nyaman berbaring di ranjangnya, tetapi Safira dan Fiona masih terlihat penuh kekhawatiran.“Benar sudah tidak sakit?” tanya Safira lagi. “Kalau memang masih sakit nanti kupanggilkan Dokter Vira lagi,” kata Safira.“Kamu belum makan, kan? Kamu mau makan apa biar kupesankan,” kata Fiona tak kalah paniknya.“Sebaiknya kalian juga duduk sebentar. Memangnya tidak lelah berlari-lari seperti tadi?” kata Leanna yang mulai pusing melihat kedua wanita cantik itu berjalan hilir mudik di depan ranjangnya.“Kalau perutmu masih terasa sakit, kamu tarik napas yang panjang saja, ya,” kata Safi

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   76. Semua Panik

    Sudah beberapa hari ini Fiona lebih sering berada di butik Leanna dengan setumpuk buku referensi pernikahan yang dibawanya. Menghabiskan hari sambil berceloteh tentang model gaun seperti apa yang cocok untuk gaun pengantinnya. Dekorasi seperti apa yang bagus untuk acara pernikahannya kelak, hingga jenis dan warna bunga yang bagaimana yang bagus digunakan untuk menghiasi ballroom tempat acaranya nanti. Leanna sampai pusing sendiri menanggapi semua celotehan Fiona tentang rencana pernikahannya tersebut. Belum lagi ketika Fiona bertanya beberapa pilihan konsep pernikahan yang ada di buku referensi tersebut. Leanna sampai bingung harus pilih yang seperti apa. Karena semua konsep yang Fiona usulkan semuanya memiliki keunikan tersendiri. “Kalian sedang apa?” tanya Safira yang tiba-tiba datang. Wanita itu membuka kacamata hitamnya kemudian ikut duduk di sebelah Fiona. “Merencanakan pernikahan,” jawab Leanna singkat. “Pernikahan siapa?” tanya Safira bingung. Leanna hanya melirik ke arah Fi

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   75. Makan Malam Keluarga

    Tuan Darwin duduk di samping Kakek Antony kemudian kedua orang tua Kennard dan Kennard yang duduk persis di samping Fiona. Mereka semua saling menyapa dengan anggukan dan senyuman singkat kepada Kakek Antony. “Bukankah kamu yang meminta Kennard untuk membawa serta kami sekeluarga?” balas Tuan Darwin sambil menatap Kakek Antony tajam. Yang menurut Leanna seperti harimau yang sedang menakut-nakuti mangsanya. “Tentu, kalau cucumu itu ingin mendapatkan cucu perempuanku yang berharga.” “Kalau begitu, apakah kamu sudah bersedia menyerahkan cucu perempuanmu yang berharga itu pada cucuku?” tanya Tuan Darwin yang kali ini dengan senyuman tipis di bibirnya. “Mengingat sudah berapa lama kita berteman, seharusnya kamu tahu jelas apa jawabanku, kan, Win?” balas Kakek Antony lagi sambil menatap Tuan Darwin lekat-lekat. “Baiklah! Kita tidak perlu berbasa basi seperti ini lagi. Bagaimana kalau langsung menetapkan tanggal pernikahan untuk mereka saja?” kata Tuan Darwin yang saat ini raut wajahnya

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   74. Persiapan Sebelum Perang

    Belaian lembut di pipi Leanna pun membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Sebuah kecupan bahkan mendarat di bibir Leanna saat wanita itu membuka mata. Reynald kemudian menatapnya dalam-dalam sambil merapikan beberapa anak rambut yang jatuh di pipi Leanna. “Pagi,” sapa Reynald saat Leanna sudah sadar sepenuhnya. “Hari ini sudah tidak ada seminar, tapi sepertinya kita harus lekas pulang,” kata Reynald dengan nada suara lembut. “Pulang?” “Hmm. Kamu lupa kalau nanti malam ada pertemuan antara keluarga kita dengan keluarga Raharjo?” “Nanti malam? Ah, iya. Acaranya Fiona?” “Betul. Awalnya saya ingin mengajakmu jalan-jalan di sekitar sini, tapi tadi pagi sekali Fiona menelepon untuk mengingatkan saya tentang pertemuan keluarga ini.” “Ah, benar juga. Tidak mudah membuat Tuan Darwin mau datang mengurus masalah Fiona dan Kennard. Kita tidak boleh mengacaukannya.” “Tentu. Karena itu … ayo lekas bangun, Sayang,” kata Reynald sambil mengusap pipi Leanna kemudian tersenyum dan menatap is

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   73. Pasangan Yang Serasi

    “Memangnya kenapa?” tanya Reynald.“Jawab saja, Mas. Kita ini pasangan serasi atau bukan?”“Memangnya menurut kamu, kalau pasangan serasi itu seperti apa?” Reynald kembali balik bertanya.“Wajahnya cantik dan ganteng. Kelihatan sangat saling mencintai. Kompak dalam hal apa pun,” ucap Leanna menyebutkan isi salah satu artikel yang pernah di bacanya di media sosial.“Nah, itu kamu sudah tahu jawabannya.”“Apa?” Leanna justru bingung dengan jawaban yang diberikan Reynald.“Sudah jam 7, saya dan Steven harus kembali ke ruang seminar. Kalau kamu masih mau jalan-jalan lagi bersama Safira tidak apa-apa. Nanti minta Pak Sugio saja yang antarkan.”“Eh, tapi –”Reynald bangkit berdiri sambil mengusap puncak kepala Leanna dengan penuh rasa sayang kemudian tersenyum pada Leanna sebelum beranjak pergi. Begitu juga dengan Steven. Pria itu pun ikut bangkit berdiri menyusul Reynald.“Jangan lupa meneleponku kalau sudah selesai!” kata Safira sambil menatap Steven dengan tatapan tidak rela berpisah.“O

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   72. Trik Mengejar Yang Tercinta

    Usai berkeliling dari butik satu ke butik lainnya, Safira dan Leanna duduk berhadapan di salah satu café yang sedang hits di Dago. Beberapa tas belanjaan tergeletak di atas kursi di samping keduanya. Leanna sedang meminum jusnya, sedangkan Safira sibuk memeriksa ponselnya. “Mau sampai kapan kamu memandangi ponselmu begitu?” tanya Leanna yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Safira. “Seminar mereka baru akan selesai malam hari.” Safira mengangkat wajahnya dan fokus mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Leanna. “Seminar hari ini materinya lumayan padat. Mas Reynald bilang pasti akan malam sekali selesainya.” “Memangnya mereka selesai jam berapa?” tanyanya penasaran. “Sekitar jam 10 sampai jam 11 malam,” kata Leanna sambil mengingat-ingat daftar jadwal seminar yang diberikan Reynald padanya. “Semalam itu?” Safira terlihat mendesah kecewa. “Itu sih sama saja tidak bisa bertemu dengannya hari ini.” “Hmm … bisa saja sih bertemu dengannya pada saat jam makan malam. Biasanya mere

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   71. Ketika Rindu

    Reynald mengurai pelukan Leanna dan menatap wajah wanita kesayangannya itu. Masih sedikit tidak percaya Leanna menyusulnya ke hotel tempatnya menginap. “Aku tidak bisa tidur kalau tidak ada, Mas,” ucap Leanna pelan sambil menatap wajah suaminya yang kini sedang tersenyum tipis menatapnya. Leanna kembali mendekap Reynald dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang pria itu. Masih rindu dengan dekapan hangat dan aroma maskulin yang selalu bisa menenangkan jiwanya. Reynald membalas pelukan Leanna dan mengusap lembut punggungnya. Menyalurkan kedamaian dan kenyamanan yang selalu membuat Leanna ingin berada dalam pelukan hangat pria itu selamanya. “Peluknya nanti di sambung lagi. Sekarang kita ke kamar dulu, ya!” Reynald kemudian menggandeng Leanna memasuki lift yang membawa mereka ke lantai 5. Berhubung sudah tengah malam, Reynald tidak mungkin membiarkan Leanna berada lama-lama di lobi hotel. Reynald langsung membawa Leanna ke dalam kamarnya. Perjalanan panjang dari rumah mereka ke hot

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   70. Tidak Rela Terpisah

    Leanna terbangun dan wangi maskulin yang selama ini dia rindukan tercium kental dihidungnya. Leanna pun membuka mata dan menemukan dirinya sedang berada dalam dekapan pria yang beberapa waktu lalu membuatnya kesal.“Kapan Mas pulang? Katanya mau shift malam menggantikan teman Mas?” tanya Leanna sedikit terkejut mendapati suaminya itu mendekapnya erat.“Sstt … jangan bergerak!” Bukannya menjawab, Reynald justru mengetatkan pelukannya. “Kita tidur sebentar lagi, ya!” pinta pria itu dan kembali memejamkan matanya.Leanna hanya bisa menurut dan membiarkan suaminya itu memeluknya dan terlelap untuk beberapa saat. Namun suara perut Leanna yang kelaparan segera membangunkan Reynald. Sambil tersipu malu, Leanna menatap Reynald sedangkan pria itu justru tersenyum lembut.“Lapar, ya?” tanya Reynald dan Leanna mengangguk pelan. Memasuki trisemester kedua membuat perutnya menjadi lebih sering merasa lapar. “Mau makan apa?”“Bakso.”“Sepagi ini mana ada yang jual bakso, Leanna?”Leanna mengerucutk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status