Share

Menyadari perasaan

Author: Tiarariy
last update Last Updated: 2024-07-02 12:34:14

Bayu melangkah cepat menuruni anak tangga sambil mengenakan arloji nya. ia tergesa-gesa karena sudah hampir terlambat. entah Diana yang tak membangunkan nya, atau memang ia yang tak terbangun meski sudah dibangunkan.

Dilihatnya Diana sudah bersiap dengan setelan kantornya, kini sedang menikmati sarapan nya di meja makan. Bayu menghentikan langkah nya, kembali teringat dengan masalah yang belum ia selesaikan kemarin. Diana masih tak terlihat meyapa nya, padahal setiap pagi biasanya ia selalu tersenyum manis menyambut Bayu di meja makan dengan berbagai menu sarapan yang ia siapkan sendiri.

"pagi, Di." Bayu berusaha tersenyum, lalu ia kecup puncak kepala Diana dan mengusap lembut punggung nya.

mengangkat sebelah alisnya, Diana melirik Bayu. Merasa heran sebab tak pernah Bayu sehangat ini menyapa nya di pagi hari. Biasanya pria itu langsung duduk bahkan nampak selalu enggan memulai pembicaraan apapun dengan nya.

Diana masih terus berusaha pada awalnya. Namun setelah apa yang ia dengar kemarin, ia pun merasa lelah dan enggan mengusahakan apapun sekarang.

"Hm, pagi." Hanya itu jawaban yang ia berikan.

"Mm.. Sarapan ku mana ?" Tanya Bayu sambil melihat meja makan mereka yang masih kosong. Diana bahkan hanya memakan beberapa lembar Roti yang sudah ia olesi dengan selai.

"Mbak.." Bukan nya menjawab, Diana malah memanggil Mbak Asih.

"Iya bu ?" Jawab Mbak Asih setelah sampai di hadapan nya.

"Sarapan nya bapak." Jawabnya. Kemudian, Mbak Asih pun mengeluarkan sepiring nasi goreng yang telah dibuatnya sejak tadi dan memberikan nya pada Bayu.

"Siapa yang buat ini ?" Tanya Bayu pada Mbak Asih.

"Saya pak." Jawabnya. Bayu pun menghela nafas lalu mendorong pelan piring itu menjauh.

"Mbak makan aja deh, saya sarapan roti aja." Ucap Bayu. Mbak Asih pun menurut dan mengambil kembali piring itu. Namun tak juga menanyakan apapun, Diana masih sibuk dengan ponsel nya di tangan kiri, dan Roti di tangan kanan nya.

"Di, kok gak siapin sarapan aku ? tumben." Tanya Bayu selembut mungkin.

"Itu tadi sarapan. sama aja kan aku yang masak atau Mbak Asih yang masak." Jawabnya.

"Gak sama, Di, kamu kenapa sih ?"

"Kenapa apanya ?"

"Kamu marah ?"

"Kenapa harus marah ? Kamu habis buat salah ?" Pertanyaan Diana sontak membuat Bayu menelan ludah mendengarnya. Begitu gugup ia rasa tak sanggup mengakui kesalahan nya.

"Aku jalan dulu." Diana lantas meraih tas nya, juga kunci mobil yang tergeletak di atas meja.

"Di, aku anter ya." Bayu pun menyusul, bahkan sebelum ia memulai sarapan nya.

"Kamu aja belum sarapan, aku udah kesiangan." Jawab Diana.

"Gak apa-apa, aku sarapan nanti. Aku anter kamu dulu."

"Gak usah Mas, aku bisa sendiri kok. Biasanya juga kamu selalu nolak kalo aku minta anter." Jawab Diana, lalu ia tekan tombol yang ada di kunci mobil untuk membuka pintu.

"Di.." Masih belum menyerah, Bayu pun menahan Diana dengan menarik lengan nya.

"Apaan sih ?"

"Aku anter aja ya. Nanti pulang nya aku jemput."

"Kenapa sih gak berangkat sendiri-sendiri aja ? Kayak biasanya aja, kenapa emang ? Biasanya juga kamu gak gini. Udah ah, jangan bikin aku pusing pagi-pagi." Jawab Diana, sambil ia hempaskan tangan Bayu yang menggenggam lengan nya.

Tak menunggu jawaban lagi, Diana masuk ke dalam mobil lalu segera melajukan mobil nya. Sementara Bayu, hanya bisa menatap mobil Diana yang sudah melaju semakin jauh dan menghilang dari pandangan nya.

Baru satu hari, rasanya sudah lama sekali, ia merindukan kelembutan sikap Diana padanya. Ia pun menghela nafas sambil memejamkan matanya lalu masuk ke dalam mobil.

Pagi nya begitu kacau. Ia terlambat bangun sebab Diana tak membangunkan nya. Dan ia terburu-buru untuk ia siapkan sendiri setelan kerja nya sebab Diana juga tak mempersiapkan untuk nya. Bahkan kini perutnya terasa lapar karena Diana tak mengurus sarapan nya.

Ia sadari ia memang membutuhkan wanita itu. Hidupnya tak beraturan padahal baru beberapa saat Diana bersikap seperti ini padanya. Ia terlalu meremehkan keberadaan Diana, ia sadari itu. Diana yang selalu melakukan itu semua karena cinta nya yang tulus pada Bayu, kini seakan sudah menghilang.

Ia kini bahkan merindukan senyuman nya yang selalu hangat menyambut nya setiap pagi. Tangan nya kini menggenggam stir mobil dengan kuat. Otaknya tak bisa memikirkan hal lain, selain bagaimana cara nya agar dapat mengembalikan istrinya dan meyakinkan nya bahwa..

Bahwa yang ia dengar hanyalah salah paham. Bahwa yang ia dengar itu tidak benar. Bahwa Bayu juga.. mencintai nya ? Benarkah begitu ? Benarkah kini ia juga mencintai Diana sebagaimana wanita itu juga mencintai nya ? Bayu malah mempertanyakan nya sendiri tentang bagaimana perasaan nya terhadap sang istri.

Sebab ia pun tak menyangka akan seperti ini. Merasa begitu kehilangan, merasa bersalah, dan juga..Rindu. Akan kehangatan dan kelembutan sikap juga tutur kata Diana padanya.

Sebab ia tak ingin seperti ini. Ia merasa rumah nya bukan lagi rumah, jika Diana tak menyambutnya. Ia merasa hampa, ketika Diana tak lagi berusaha mengisi hari-hari nya.

"Di, tolong kasih aku kesempatan, aku janji aku perbaiki semuanya." Gumam Bayu.

Selanjutnya ia pun melajukan mobil nya untuk pergi bekerja. meski sedikit kacau, tetap ia harus bertanggung jawab dengan pekerjaan nya bukan ?

Sementara Diana, dengan wajah datar nya seperti seseorang yang sudah mati rasa. Ia kendarai mobil nya sambil memandang lurus kedepan. Tak sedikitpun sikap Bayu mempengaruhi pikiran nya.

Ia bahkan merasa puas ketika Bayu mengacaukan pagi nya sendiri, sebab selama ini pria itu tak pernah sekalipun berterima kasih atas apa yang sudah Diana lakukan untuknya.

Kini yang memenuhi kepalanya adalah bagaimana ia harus memulai pembicaraan tentang niatnya untuk bercerai. Bukan Bayu yang memberatkan hatinya, sebab tahu lelaki itu tak mencintai nya. melainkan mertua nya, Ibunda Bayu yang sedang berjuang melawan kanker ovarium stadium akhir.

Tak mungkin Diana membebani nya dengan masalah rumah tangga, sedangkan ia sangat menyayangi Ibunda Bayu layaknya orang tua nya sendiri.

Diana yang sudah tak memiliki orang tua, menganggap mertua nya seperti orang tua nya sendiri.

Tak mungkin ia meminta perceraian dalam waktu dekat. Sebab pasti merasa berdosa jika terjadi sesuatu pada Ratih, Ibu mertua nya.

Diana menghela nafas panjang, ia pun membelokan stir mobil nya. Alih-alih ke kantor, ia memutuskan untuk menjenguk mertua nya di rumah. Sebab untuk tetap bekerja pun, rasanya wanita itu tak bisa fokus untuk menyelesaikan pekerjaan.

Ia lantas meraih ponsel nya lalu menghubungi Anita, salah satu rekan nya di kantor untuk meminta bantuan nya menyampaikan izin tak masuk kantor hari ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Istriku   Kemesraan yang terlambat

    "Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc

  • Mengejar Cinta Istriku   Intervensi

    "Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu

  • Mengejar Cinta Istriku   Jawaban dari pertanyaan

    Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at

  • Mengejar Cinta Istriku   Bimbang

    Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap

  • Mengejar Cinta Istriku   Malam pertama ?

    Bayu berjalan dengan langkah yang lemah, masuk ke dalam rumah nya diikuti oleh Diana di belakang nya. Kepala nya terasa berat, sebab terlalu banyak menangis selama beberapa hari sejak kepergian ibu nya. sudah hari ketiga, sejak ibunya meninggal, mereka baru kembali ke rumah mereka. "Kamu mandi dulu aja, aku siapin makan." Ucap Diana sambil berlalu mendahului Bayu menuju ke dapur. Namun baru saja melangkah, pria itu menahan Diana dengan memeluknya dari belakang. menenggelamkan wajahnya pada bahu seolah sedang meminta ketenangan dari nya. "Terima kasih ya, kamu udah sayang sama mama. Kamu banyak nemenin mama sebelum mama meninggal." Bayu mengeratkan pelukan nya sementara Diana hanya diam. "Gak perlu berterima kasih, aku sayang sama mama kayak mama ku sendiri. Yaudah mandi sana, aku siapin makan." Ucap Diana. Bayu pun menuruti saja perkataan Diana, kemudian ia naik ke lantai dan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diana kini dudul di salah satu kursi yang mengitari meja maka

  • Mengejar Cinta Istriku   Pembicaraan yang tertunda

    Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status