Risma duduk berhadapan dengan Bayu. di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari tempat mereka bekerja. Di tempat ini lah mereka biasa menghabiskan waktu bersama, di sela kesibukan pekerjaan mereka.
Dan kini, tempat ini pula yang dipilih oleh Risma untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan empat tahun lamanya. Kini tangan nya bergerak, meletakkan kotak hadiah berisi kalung emas pemberian Bayu dan mendorong nya perlahan kotak itu hingga sampai di hadapan Bayu. “Ini kamu simpan aja mas. Aku gak pantas terima ini.” Risma berkata pada Bayu dengan ekspresi yang dingin. “Kenapa ?" Suara berat Bayu kini terdengar putus asa. "Kenapa kamu begini ?” Tanya nya lagi. “Maaf..” Hanya itu yang terucap dari bibir wanita itu. “Jangan cuma maaf Risma! Kasih aku penjelasan!” Bayu sedikit membentak Risma hingga pengunjung lain di cafe itu sontak melihat ke arah mereka. Namun Bayu tak mempedulikan itu. Ia hanya berusaha mengatur nafasnya karena Ia hampir tidak dapat membendung emosi nya. “Kasih aku penjelasan, bilang kalau yang aku lihat itu salah. Bilang kalau yang aku lihat itu bukan kemauan kamu. Katakan apapun! Apapun..aku akan percaya sama kamu..meskipun kamu bohong aku akan percaya apapun yang kamu bilang.” Suara Bayu mulai bergetar menahan tangis. Risma hanya terdiam. Jangan kan untuk menjawab perkataan Bayu, Bahkan untuk balas menatapnya saja ia tak punya keberanian. Kini yang tersisa hanya penyesalan, sebab merasa tak dapat lagi berputar arah. Ia sudah memutuskan untuk melangkah dan menuruti apa yang diinginkan oleh kedua orang tua nya. “Kita akhiri sampai disini aja Mas. Maaf. Aku..Aku gak bisa lanjutin hubungan kita.” Risma menjawab ditengah tangisannya. Air matanya pun tak bisa lagi tertahan, mengingat sudah begitu banyak hal yang mereka lalui bersama. “Kenapa tiba-tiba begini ? Kenapa sih ? Hah ? Kemarin kita masih baik-baik aja kan ? Sejak kapan kamu sama dia ? Aku salah apa sebenernya Ris ?” Bayu masih menuntut penjelasan dari Risma. “Gak salah. Bukan salah kamu. Masalahnya aku. Aku mau nikah.” “Aku memang udah rencanain pernikahan kita kamu tahu itu kan ? Aku lagi berusaha, Risma.” “Bukan sama kamu, Mas." Jawabnya. Bayu pun terdiam mendengar jawaban Risma. “Gak bisa sama kamu. Orang tuaku gak kunjung merestui hubungan kita. Aku gak bisa nunggu lagi. Kamu gak bisa meyakinkan kedua orang tua ku. Aku capek, aku mau menikah dengan orang lain.” Seketika Bayu merasa tak punya lagi tenaga untuk sekedar duduk dengan tegak di hadapan wanitanya. Semua yang ia usahakan selama ini ia rasa sia-sia sebab ternyata Risma tak sedikitpun melihat nya. Wanita itu hanya tahu dan menganggap Bayu tak bisa meyakinkan kedua orang tua nya. “Siapa dia ?” Bayu menjawab dengan suara yang bergetar. Risma mengeluarkan undangan pernikahan nya dari dalam tas dan memberikan nya pada Bayu. Undangan dengan design yang mewah bertema merah hati dengan Nama Risma dan calon suami nya yang terpampang dengan jelas di halaman muka. Dan tentu saja lelaki itu adalah orang yang sama yang ia buat babak belur semalam. “Tiba-tiba udah ada undangan. Gak mungkin gak direncanakan sejak lama kan ?” Bayu mempertanyakan sikap Risma yang tidak adil padanya. “Sejak kapan kamu persiapkan ini ? Selama ini aku terus berusaha meluluhkan hati orang tua kamu. Sementara kamu sibuk mempersiapkan pernikahan kamu dengan laki-laki lain ? Dan di saat yang sama juga kamu bilang cinta sama aku dan akan terus ada di samping aku sampai kita bisa menikah nanti ? Jahat kamu. Kejam banget kamu sama aku. Kurang ku apa ? aku selalu berusaha memberikan yang terbaik yang aku bisa. Buat kamu..Buat kita.. Tapi ternyata dibelakang ku kamu mempersiapkan ini semua ? kamu anggap aku mainan kamu, Ris ?" “Aku capek mas ! Harus sampai kapan aku nunggu ?” Jawab Risma kemudian. “Harusnya kamu bilang dari awal!” Nada tinggi Bayu membuat Risma sedikit tersentak. “Aku mati-matian berjuang buat hubungan kita, aku terima semua hinaan dan cacian dari keluarga kamu, Aku terima kalian menghina aku dan orang tua ku, hanya demi pertahanin kamu Ris. Setiap hari aku pikirin cara nya, Karena aku sangat mencintai kamu ! aku berusaha menyenangkan hati orang tua kamu dan kamu membiarkan itu semua sambil mempersiapkan pernikahan mu ? ini yang aku dapat ? Hah ?” Bayu menghempaskan Undangan pernikahan Risma di hadapannya. Risma terdiam dan masih menundukan kepala nya. Ia tidak dapat berkata-kata lagi untuk membela dirinya. ia akui memang ia yang bersalah melakukan ini semua pada Bayu. Ia menjalani hubungan dengan laki-laki lain di belakang Bayu selama delapan bulan terakhir. Lelaki itu juga mengetahui hubungan nya dengan Bayu namun ia tetap bersedia menunggu Risma putus sambil mempersiapkan pernikahannya dengan Risma. Ia begitu mudah tergoda oleh kecantikan Risma. Tetapi Risma juga tidak berbohong ketika mengatakan ia mencintai Bayu. Hanya saja ia tidak bisa menunggu Bayu lagi yang belum terlihat masa depan nya. Bayu yang masih berjuang di awal karir nya bahkan belum memiliki rumah sendiri. Ia masih tinggal di indekos yang berada di dekat kantornya. Maka dari itu Risma harus memilih menikah dengan laki-laki yang direstui orang tuanya. Di usia nya yang masih muda lelaki itu sudah cukup mapan dan mampu memenuhi apapun keinginan Risma. Keluarga nya juga berasal dari keluarga yang terhormat, tidak seperti Bayu yang berasal dari keluarga biasa. Namun bukan berarti Bayu tak berasal dari keluarga yang tak mampu, hanya saja pria itu memilih merintis karirnya sendiri daripada harus bekerja di perusahaan sang ayah yang tidak sesuai dengan minat nya. Karena itu juga hubungan nya dengan sang ayah menjadi dingin. Ayahnya bahkan menolak untuk membantu Bayu jika sedang dalam kesulitan ekonomi. Baginya Bayu yang sudah memutuskan untuk memilih jalan nya sendiri, pun harus bisa bertanggung jawab dan menghadapi resiko dari keputusan nya sendiri. Hal itu juga yang menjadi ganjalan bagi Risma. berkali kali ia mencoba meyakinkan Bayu agar menuruti saja apa kata ayahnya, agar mereka bisa segera menikah, namun Bayu selalu menolak dan meminta Risma untuk bersabar. Kini ia pun harus mengambil keputusan. Meskipun ia juga mencintai Bayu tetap ia merasa tidak sepadan jika Bayu bersanding dengannya. Ia tidak ingin hidupnya susah jika menikah dengan Bayu yang masih merintis karir nya. Risma yang begitu realistis hingga meninggalkan Bayu demi menikah dengan laki-laki yang lebih Mapan dengan harapan masa depan nya akan lebih terjamin meskipun kelak ia tidak bekerja seperti sekarang. Sedangkan setelah semua ini, Bayu hanya bisa pasrah dan menerima keputusan Risma yang sudah bulat. Meskipun berat baginya, sebab ia seperti ingin mati saja jika membayangkan wanita yang selama ini menjadi tujuan hidupnya kelak harus bersanding dengan lelaki lain, bukan dengan nya. ***** Kilas balik selesai*****"Aku di depan, sayang." Bayu berkata pada Diana melalui sambungan telepon, saat ia sudah ada di depan lobby untuk menjemput istrinya. Toktok! Diana pun tak menjawab, namun langsung mengetuk kaca pintu mobil Bayu. Bergegas pria itu pun membuka kunci pintu mobil nya agar Diana bisa masuk ke dalam mobil. "Lama ya ? Maaf macet banget tadi." Ucap Bayu begitu istrinya masuk dan duduk di samping nya. "Gak apa-apa, belum lama juga aku nunggu." Diana tersenyum sambil mengulurkan tangan nya. Bayu pun menyambutnya kemudian Diana mencium punggung tangan suaminya. Bayu mencondongkan tubuh nya untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Diana, Namun wanita itu malah memejamkan mata membuat Bayu tersenyum melihatnya. "Kenapa tutup mata ?" Tanya Bayu sambil menahan senyum nya. "Huh ? Enggak.. Gak apa-apa." Diana menggaruk pelipisnya jadi salah tingkah sendiri karena sempat mengira Bayu akan mencium nya. Pipinya pun bersemu merah membuat Bayu semakin gemas melihat nya. "Gemes banget." Uc
"Aku anter." Ucap Bayu sambil menahan Diana yang hendak masuk ke dalam mobil nya. "Gak usah, nanti kamu telat. Aku sendiri aja ya mas." Jawab Diana. "Gak masalah, aku anter aja." Bayu bersikeras meski ia pun tahu ia akan terlambat sampai di kantor. Namun mulai hari ini ia berjanji akan lebih memperhatikan Diana dan tak akan membiarkan nya menjadi wanita yang terlalu mandiri hingga tak membutuhkan nya lagi. Ia ingin Diana bergantung padanya dalam segala hal yang akan ia lakukan. Melajukan mobil nya perlahan, Bayu sama sekali tak terlihat gelisah meski ia tahu sudah terlambat. Ia malah menggenggam tangan Diana dan menyematkan jari-jari mereka, sesekali ia kecup punggung tangan nya. Diana pun hanya bersandar, pertama kali nya ia merasa lebih santai berangkat bekerja sebab suami nya kini mengantar nya. Ia menatap Bayu yang terlihat sedang berusaha begitu memanjakan nya. Ia biarkan saja pria itu melakukan apa yang diinginkan nya sebab Diana juga ingin melihat seberapa jauh Bayu
Bayu mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Diana. Kemudian ia menuntun Diana duduk di depan meja rias nya. "Mau ngapain ?" Tanya Diana mencoba menolak, namun Bayu sedikit memaksa nya. "Sebentar aja, aku keringin rambut kamu." Jawab Bayu. "Aku bisa sendiri." "Aku mau bantu, kenapa sih ? Gak boleh ?" Tanya Bayu dengan lembut nya. "Kalo bisa sendiri kenapa harus dibantu ?" Diana balik bertanya dengan nada ketus nya, tentu saja. Kemudian ia berdiri dan berusaha menjauh dari Bayu, namun pria itu malah memeluknya dengan erat dari belakang. Merasa tak tahan lagi dengan sikap Diana yang ia rasa semakin menjauh dari nya. "Aku minta maaf." Ucap nya tiba-tiba membuat Diana terdiam di tempatnya. "Aku tahu kenapa sikap kamu jadi begini. Karena pembicaraan aku sama abi yang kamu dengar di kantor aku. Iya kan ?" Tak menjawab, Diana menunggu Bayu melanjutkan bicaranya. Pria itu pun membalik tubuhnya hingga mereka kembali berhadapan. "Maaf, kalo kamu jadi merasa aku bohongin at
Kruuukk... Diana mengerejapkan mata perlahan sebab perut nya tiba-tiba berbunyi karena rasa lapar nya. ia ingat memang belum makan apapun setelah pulang dari rumah ibu mertua nya. Bergerak perlahan, ia berusaha memfokuskan penglihatan nya. Ia sadari kemudian Bayu yang juga berbaring di sebelah nya, masih terlelap dengan sebelah tangan nya melingkar diatas perut Diana. Ia pun baru menyadari posisi nya, dan tentu saja apa yang mereka lakukan tadi malam. Masih begitu terngiang di telinga nya, bagaimana Bayu mendesahkan namanya sambil menikmati permainan mereka tadi malam. Tertegun Diana beberapa saat. Kembali menatap wajah Bayu yang masih terlelap. Entah bagaimana mereka akhiri permainan, sampai mereka terbangun dan tak mengenakan apa-apa. hanya tertutupi dengan selimut tebal mereka. Perlahan ia singkirkan tangan Bayu berniat untuk turun ke bawah dan menyantap
Bayu berjalan dengan langkah yang lemah, masuk ke dalam rumah nya diikuti oleh Diana di belakang nya. Kepala nya terasa berat, sebab terlalu banyak menangis selama beberapa hari sejak kepergian ibu nya. sudah hari ketiga, sejak ibunya meninggal, mereka baru kembali ke rumah mereka. "Kamu mandi dulu aja, aku siapin makan." Ucap Diana sambil berlalu mendahului Bayu menuju ke dapur. Namun baru saja melangkah, pria itu menahan Diana dengan memeluknya dari belakang. menenggelamkan wajahnya pada bahu seolah sedang meminta ketenangan dari nya. "Terima kasih ya, kamu udah sayang sama mama. Kamu banyak nemenin mama sebelum mama meninggal." Bayu mengeratkan pelukan nya sementara Diana hanya diam. "Gak perlu berterima kasih, aku sayang sama mama kayak mama ku sendiri. Yaudah mandi sana, aku siapin makan." Ucap Diana. Bayu pun menuruti saja perkataan Diana, kemudian ia naik ke lantai dan masuk ke dalam kamarnya. Sementara Diana kini dudul di salah satu kursi yang mengitari meja maka
Bayu keluar dari kamar mandi di kamar nya, mengeringkan rambut nya dengan handuk setelah berpakaian. Ia lihat Diana sedang berbaring memunggungi televisi yang ia biarkan menyala. Namun tak langsung menghampirinya, Bayu menyembulkan kepala nya keluar kamar, lalu ia lihat ibu nya sudah tak ada di ruang tengah. Ia tutup kembali pintu kamarnya, lalu ia hampiri Diana setelah meletakkan handuk nya di kursi "Di, udah tidur ?" Tanya nya. Ia perhatikan Diana, dan ia pun tahu wanita itu belum terlelap, sebab begitu Bayu menyentuh lengan nya, Diana terlihat menggenggam ujung selimut nya dengan erat. Bayu coba mengusap rambutnya dan menyisipkan rambut Diana di belakang telinga nya. Kemudian ia usap dengan lembut pipi Diana dengan punggung tangan nya. "Aku tahu kamu belum tidur, Di." Ucap Bayu. "Bener nih, mau cuekin aku ?" Ucap nya lagi. Bayu lantas menyadari mungkin ia harus membangun hubungan mereka dari awal lagi. Ia tak ingin memaksakan Diana untuk melayani nya malam ini ju