Home / Rumah Tangga / Mengejar Cinta Istriku / Kemarahan Tak Terbendung

Share

Kemarahan Tak Terbendung

Author: Tiarariy
last update Last Updated: 2024-06-30 13:31:24

"Kamu beneran marah ya?" Tanya Bayu dengan suara yang begitu lembut, berharap dapat meredakan kemarahan istrinya.

"Ck! Udahlah jangan ganggu aku! Peduli apa sih lagian?" Diana masih berusaha pergi namun lagi-lagi Bayu tak membiarkannya beranjak dari sana.

Ia semakin memeluk sang istri dengan erat, dan kini ia kecup dengan lembut sebelah bahu Diana yang terbuka sebab ia tengah mengenakan gaun tanpa lengan sebelumnya.

"Lagi dateng bulan ya?" Tanya Bayu lagi, masih mengira emosi istrinya meluap-luap bahkan meledak kali ini tak lain karena ia sedang dalam masa-masa sensitifnya.

"Enggak!" Jawab Diana, masih dengan nada ketusnya.

"Terus kenapa marah sampe begini? Kamu gak biasanya begini." Jawab Bayu, sambil perlahan meregangkan pelukannya dan mengusap kedua lengan Diana dengan lembut.

"Gak usah ngurusin aku. Aku mau sendiri, jangan ganggu." Jawabnya. Meski nada bicaranya sudah lebih tenang, namun nampak kemarahannya belum usai. Ia muak dengan Bayu yang berpura-pura baik di hadapannya, sedang kenyataannya malah ia katakan pada Abi bahwa ia merasa tidak nyaman tinggal bersama Diana.

Berpikir bisa mendapat waktu untuk dirinya sendiri dulu, namun Bayu bukan tipe orang yang bisa tertidur nyenyak sebelum masalah diselesaikan.

Diana kembali berdiri dan berusaha meraih gagang pintu. Membuat Bayu berdecak kesal karena sikapnya yang masih saja keras kepala. Kini ia pun menarik tangan Diana lebih kuat dan memaksanya berbaring dengan mengangkat tubuhnya, lalu membaringkannya dengan paksa diatas tempat tidur mereka.

Sudah tahu apa yang akan Bayu lakukan selanjutnya, Diana pun berusaha pergi dari sana. Namun kalah cepat, Bayu sudah lebih dulu menarik kakinya dan menindih tubuhnya.

"Mas!" Seru Diana menolaknya sambil berusaha melepaskan diri. Namun masih tak ingin menyerah, Bayu pun terus berusaha menaklukannya.

"Kamu tahu aku paling gak suka begini. Aku udah sering bilang masalah jangan dibawa tidur. Aku udah coba ngomong baik-baik ya, Di. Kamu yang keras kepala." Ucap Bayu dengan tenang, sambil berusaha membuka resleting dress Diana yang berada di balik punggungnya.

"Stop!" Kaki Diana mulai menendang-nendang udara, namun tak juga dihiraukan. Bayu malah menarik dress nya dengan kasar, hingga mengekspos dada istrinya yang tak mengenakan bra, membuatnya menyembul begitu saja.

Ditahannya kedua tangan Diana di samping kepala wanita itu, lalu Bayu melesakkan jemarinya pada jemari istrinya, berusaha memaksanya mengaitkan jari-jemari mereka.

"Lepas! Jangan paksa aku!"

"Rileks sayang. Jangan gitu, aku suami kamu. Aku bukan penjahat." Jawab Bayu dengan santai lalu mulai mengecupi dada istrinya.

"Ngghh.." Diana berusaha keras menahan desahannya. Memejamkan mata kuat-kuat dan malah membusungkan dadanya saat ia rasakan Bayu menghisap puncak dadanya dengan kuat. Ia mendunga dan melentingkan tubuhnya, membuat Bayu tersenyum penuh kemenangan sebab ia pikir Diana mulai menikmatinya.

Kini ia sentuh leher sang istri yang dijenjangkan. Ia kecup dan menjilatnya, begitu menikmati halus kulit wanitanya. Tak luput daun telinga Diana juga dihisapnya dengan lembut membuat Diana merinding sekujur badan.

"Shit!" Maki Diana Benci dengan Bayu yang memaksanya, namun tak kalah benci dengan dirinya sendiri. Dimana tubuh yang menginginkan lebih, tak bisa bekerja sama dengan hati dan otak yang menolaknya.

Semakin Bayu menyentuhnya, ia merasa semakin menggila.

Apalagi saat ini Bayu sedang asyik memainkan jarinya dengan lincah masuk ke dalamnya, titik yang paling Diana sukai dan membuatnya menggelinjang hebat.

"Ahh.. Masss! Stop.. Please.." Diana dibanjiri keringat, sementara Bayu begitu puas melihatnya. Kembali ia menaiki tubuh sang istri dan melahap bibirnya, meredam desahan yang mulai terdengar dari mulut Diana.

"Hmmpp.." Diana mendesah tertahan dengan ciuman Bayu. Ia rasa sedikit tersentak merasakan Bayu yang mulai menghentak tubuhnya di bawah sana.

"Mmhh... Ahhh.." Bayu tak bisa menahan suaranya begitu ia memasuki liang istrinya. Kehangatan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya membuatnya tak bisa berhenti bergerak. Sementara Diana terus mengatupkan bibirnya dan kini menguatkan cengkramannya pada lengan Bayu setelah merasakan sensasi yang begitu familiar di pusat tubuhnya itu.

"See? Kamuh.. nggh.. kamu cuma.. butuh sentuhanku. Kenapahh.. harus marah-marah sih. Hmm? Kenapa gak minta baik-baik aja, sayang?" Tanya Bayu, lagi-lagi ia merasa bahwa Diana lah yang paling membutuhkan dirinya di dalam pernikahan ini.

Diana menggelengkan kepala, tanpa bisa menjawab Bayu dengan kata-kata. Hanya terdengar desahan dan desahan alih-alih menjawabnya, padahal Ingin sekali menyangkal perkataan suaminya, tapi sialnya tubuhnya justru bereaksi seolah ia memang menginginkan ini.

"Say you love me." Bisik Bayu. Mendengar itu Diana seolah kembali tersadar dengan kemarahannya sebelumnya.

"No. I hate you." Jawabnya. Bayu berhenti bergerak, dan memberi tatapan tajam pada Diana setelahnya. Ia tak pernah mendengar kalimat semacam itu dari Diana sebelumnya, dan kini ia pun benci mendengarnya.

"Jangan." Ucap Bayu, Kemudian ia hentakkan pinggulnya dengan lebih keras menghujam Diana.

"Akkhh!!" Diana memekik.

"Jangan pernah bilang begitu. Bukan itu yang mau aku dengar dari kamu." Jawab Bayu. Tak dipedulikannya Diana yang terus mendungakan leher menahan setiap hentakkan Bayu sambil memejamkan matanya kuat-kuat.

Tenaganya habis terkuras, ia tak bisa lagi melakukan apapun kecuali pasrah pada Bayu yang terus bergerak diatasnya.

"Bilang kamu cinta aku." Pinta Bayu sekali lagi. Diana masih tak menjawab, malah sibuk menggigit bibir bawahnya sendiri.

"Bilang, Di! Bilang!" Bentak Bayu tiba-tiba. Ia menarik rambut Diana hingga kepalanya semakin mendunga.

"Aaakh! sakit!" Diana meringis, tak pernah ia mendapat perlakuan sekasar ini dari Bayu sebelumnya.

"Say it!"

"No."

"Say it!!" Seru Bayu dan lagi-lagi ia hentakkan tubuhnya dengan kuat hingga Diana meringis dibuatnya.

"Ahh..hhh.. I.. I love you." Diana menyerah daripada Bayu sebab takut pria itu semakin tak bisa mengendalikan dirinya. Ia kembali meneteskan air mata ditengah gempuran sang suami. Merasa sakit di dalam dadanya sebab yang ia katakan adalah kejujuran. Ia mencintai Bayu, namun kenyataannya kini pria itu malah membuat dirinya merasa tak berharga.

"Nnnggghhhhh.." Bayu menahan desah panjangnya setelah pelepasan yang membuatnya bergidik menikmatinya.

Namun tak lama ia nikmati itu. Hanya beberapa saat sampai akhirnya ia mengerejap, seolah iblis yang baru saja merasukinya sudah keluar dari pikiran.

Ia menghentikan gerakannya, begitu ia sadari Diana kembali terisak di bawahnya. Bayu seperti tak sadar apa yang baru saja dilakukannya membuat Diana merasa sedang disiksa.

"Di.." Panggilnya. Kini tangannya mengusap rambut Meidina dengan lembut dan menghapus air mata yang membasahi sisi wajahnya.

"Di.. Maaf Di.. aku--" Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Diana bangkit dan mendorong tubuh Bayu hingga menyingkir dari atasnya. Tak mengatakan apapun lagi, ia menutupi tubuhnya dengan menaikkan kembali dress yang sudah turun hingga kini hanya menutupi perutnya, lalu memaksakan diri untuk berjalan menuju ke kamar mandi.

Masih dengan tangisan yanng terdengar, Diana mengunci dirinya di dalam sana.

Sementara Bayu, kini tertunduk melihat itu. Ia duduk di tepi ranjang sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kedua tangannya.

Merasa bodoh, dan berdosa sebab sudah memperlakukan Diana dengan kasar seperti tadi. Wanita itu sudah marah padanya, ia bukan menenangkan dan malah memaksanya. Diana pasti semakin membencinya sekarang, pikir Bayu.

Ia pun mengusak wajahnya terlihat frustasi dan semakin tak karuan pikirannya sebab bukannya menyelesaikan, ia malah menambah masalah.

Ia pun lekas berpakaian, dan kini mencari cara lain. Mondar-mandir di dalam kamarnya, seraya memikirkan cara agar Diana memaafkannya. Namun wanita itu begitu cepat keluar dari kamar mandi, bahkan sebelum Bayu menemukan caranya.

Sekujur tubuhnya basah, hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya. Bayu menghampirinya bergegas meski masih tak tahu harus berbuat apa.

"Di..." Panggilnya lalu berdiri di hadapan Diana. Ia mengusap kedua lengannya dengan lembut dan menatap matanya dalam-dalam.

"Kamu gak apa-apa kan? Sakit ya?" Ia usap kepala Diana seolah mengerti kesakitannya setelah ia menarik rambut wanita itu tadi.

"Apalagi sekarang?" Tanya Diana, balas menatapnya dengan berani, lalu menepis tangan Bayu yang menyentuh kepalanya.

"Udah puas kan? Bisa tinggalin aku sendiri sekarang? Biarin aku sendiri. Bisa kan?" Sambungnya, dengan suara yang sengau karena sisa tangisnya.

Tak menunggu jawaban lagi, Diana pun mengambil pakaiannya dan pergi dari sana setelah meraih ponselnya juga.

Ia keluar dari kamarnya, dengan Bayu yang masih terus mengekorinya.

"Di, dengerin aku.."

BRAKK!! Diana membanting pintu kamar tamu, tepat di hadapan wajah Bayu dan langsung menguncinya dari dalam. Tak peduli ia yang sebelumnya tak menyukai kamar itu karena sempit dan berdebu. Yang ia inginkan malam ini hanyalah menghindari suaminya.

Bergegas ia berpakaian, setelah itu Diana pun membanting tubuhnya ke atas tempat tidur. Menangis sejadi-jadinya sebab hati dan pikirannya semakin kacau dan dikuasai amarah pada suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Istriku   Happy Ending (Tamat)

    Enam bulan kemudian Bayu tersenyum sambil tangannya meremat gemas melihat putranya mengoceh sambil tersenyum padanya. "Pake baju dulu ya, yuk yang cepet yuk, nanti Mama marah." Bisik Bayu, lalu mulai meraih tangan Bima hendak membantunya berpakaian setelah Diana yang memandikannya. Namun baru saja sebelah tangan terangkat, Bima malah membalik tubuhnya sendiri hingga telungkup. "Ya ampun, sayang. Diem dulu, pake baju dulu ya." Ucap Bayu dengan lembut, kemudian berusaha kembali menelentangkan tubuh putranya. Namun lagi-lagi Bima telungkup sambil mengoceh. Sesekali tertawa seolah ia sedang sengaja menyulitkan ayahnya. Bayu pun tertawa gemas, namun tetap tangannya bergerak berusaha memakaikan pakaian yang sudah disiapkan Diana, sebelum istrinya mengoceh sebab terlalu lama geraknya untuk membuat putranya berpakaian. "Udah belum Pa? Gantian nih, Mas Megan udah selesai Mandi." Ucap Diana setelah keluar dari kamar mandi dengan Megan berada dalam gendongannya. "Belum sayang, gi

  • Mengejar Cinta Istriku   Puncak Kebahgaiaan

    Beberapa bulan kemudian Bayu duduk di samping pembaringan Diana yang tengah berjuang di ruang persalinan. Nafasnya tercekat, tangan mereka erat tergenggam, menyongsong kelahiran buah cinta mereka. Mata Diana berkaca-kaca, berusaha memenuhi hatinya dengan kekuatan dan ketegaran yang luar biasa, sementara Bayu mencoba memberikan semangat. "Kamu kuat, Sayang. Maafin aku ya kamu jadi kesakitan begini. Aku disini temenin kamu. Aku sayang kamu Di, sayang banget." Berkata di setiap kontraksi yang Diana rasakan seakan membawa mereka ke dalam petualangan baru yang penuh harapan. Emosi bercampur, dari cemas hingga takjub, menunggu detik di mana mereka akan bertemu dengan malaikat kecil yang akan mengubah dunia mereka selamanya. "Mas.." suara Diana bergetar penuh kesakitan, bibirnya pucat pasi saat ia menggenggam tangan suaminya, mencari dukungan dalam setiap nafasnya. Perihnya begitu nyata, seolah tiap detik membawanya lebih dekat pada batas kemampuannya. Dalam deru nafas yang tertahan,

  • Mengejar Cinta Istriku   Aku Mau Punya Anak

    "Jadi? Kita pisah disini ya?" Ucap Luna, saat mereka hendak berpisah untuk pulang kerumah masing-masing setelah liburan singkat ini. Turun dari pesawat, ia menyempatkan diri untuk menyapa mereka kembali untuk sekedar berpamitan sekaligus mengucap salam perpisahan. "Hm, Terima kasih buat liburannya, menyenangkan." Jawab Abi. "Aku yang terima kasih, dan maaf juga. Kalian tahu orang tuaku gimana. Terima kasih udah pengertian." Ucap Luna sambil memegang sebelah lengan Anya di akhir kalimatnya. Ia merasa tak enak hati sebab tahu Anya sempat salah paham padanya. Juga permintaan maaf atas niat awal orang tuanya yang berpikir ingin merebut Abi untuk menikah dengannya. "Gak masalah. Sampe ketemu lagi kalo gitu." Jawab Anya. Ia pun tersenyum, berusaha memahami semata-mata hanya untuk kebahagiaan suaminya yang begitu menginginkan proyek ini. Tapi baginya saat ini memang tak ada hal yang harus dicemburui sebab tahu bagaimana latar belakang Luna seperti apa yang diceritakan Abi padanya. "Ja

  • Mengejar Cinta Istriku   Proyek Kemenangan

    "Ini loh yang aku takutin. Kamu tuh ceroboh. Kenapa gak cari tahu dulu latar belakangnya sih?" Bara mengusak wajahnya dengan kedua telapak tangannya dengan kasar, mendengar sang istri mengomelinya sejak mereka masuk kedalam kamar. Fakta bahwa Abi adalah mantan pacar Luna, tentu saja membuat mereka mati langkah. Ia yakin Abi sudah mengetahui sebab mengapa mereka mati-matian mencarikan jodoh untuk putrinya. "Ya aku gak kepikiran dunia sesempit ini Ma. Gimana bisa sih mereka ketemu lagian?" Jawab Bara. Istrinya pun menatapnya dengan tatapan tak mengerti. "Kamu nanya aku? Terus aku harus tanya siapa Pa?! Gak ada yang gak mungkin lagian, kita hidup di kota yang sama kan. Kamu pikir kota yang kita tinggalin seluas apa?" Setengah membentak, ia tak habis pikir dengan pertanyaan suaminya. "Lagian ini semua gara-gara kamu tahu gak! Kamu yang manjain dia. Kamu malah ngizinin dia ngelakuin hal ekstrem kayak gini. Dia aja gak bisa tanggung jawab sama hidupnya sendiri. Kalo udah begini gi

  • Mengejar Cinta Istriku   Cemburu Salah Sasaran

    Abi menggenggam tangan istrinya dibalik meja. Mendengar ocehan yang keluar dari mulut Bara dan istrinya, yang terus memuji putrinya yang belum hadir ditengah-tengah mereka. Ia membulatkan tekad untuk memenuhi panggilan Bara berharap bisa mendapatkan keinginannya, namun sepertinya apa yang dikatakan Bayu memang benar adanya. Tak ada pembicaraan mengenai pekerjaan. Ia sampai tak enak hati pada Anya, meskipun sudah ia beritahukan kemungkinan ini pada istrinya sejak awal. Namun wanita itu nampak berusaha tenang. Hanya memberi senyum tipis pada mereka, meski dalam hati tak tahan sebab mereka terus menyamakan apa-apa yang dikatakan Abi dengan apa yang ada pada putri mereka. Mulai dari hobi, hingga makanan favoritnya. Bahkan tak jarang mereka membuat Anya sibuk dengan dalih pekerjaan, agar bisa memiliki lebih banyak waktu yang leluasa untuk bicara pada Abi. "Kalo gak nyaman, kita pulang aja." Bisik Abi kemudian. Anya hanya tersenyum, berusaha terlihat baik-baik saja sebab ia tahu bagaim

  • Mengejar Cinta Istriku   Proyek Pembuktian

    "Biar mampus lah mereka. Lagian punya mulut gak dijaga. Gue juga udah pernah jadi korban. Cuma gak kedengeran aja. Tapi lagian gue juga bukan siapa-siapanya Pak Bayu sih. Kalo lo kan keluarganya. Pantes lah kalo Pak Bayu belain." "Masih untung yang denger bukan Pak Abi. Kita semua juga tahu dia gimana. Bisa-bisa langsung dilempar keluar jendela kali mereka semua." Riska mengungkapkan kekesalannya, kini duduk berhadapan dengan Anya di kafetaria yang ada di lantai bawah. Masih soal para penggunjing yang membuatnya mendendam itu, Riska nampak puas dengan apa yang mereka dapatkan. "Gue gak enak, pasti habis ini gue tambah di omongin gak sih?" Jawab Anya. "Apa sempet menurut lo? Sebentar lagi Pak Abi tahu, menurut lo berapa lama mereka bisa bertahan disini?" Sahut Riska. "Lagian kita gak ada salah, mulut mereka yang liar. Jadi ngapain ngerasa risih? Gak banget." Sambung Riska. Anya pun menghela nafas. Justru itu yang ia takutkan. Abi mungkin tak bisa menahan diri, makanya ia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status