“Permisi,” ucap Jolly kala memasuki ruang BK, tapi Jolly tidak melihat Bu Nining di sana.
“Ke mana Bu Nining?” Batinnya, mencari keberadaan guru Bk SMA Adiwilangga, namun pada akhirnya Jolly memilih duduk saja pada salah satu kursi di ruangan itu
Selang beberapa waktu pintu ruangan terbuka, ia pikir itu Bu Nining guru BK-Nya, tapi ternyata itu adalah Shega lelaki yang telah berhasil membuat perasaannya campur aduk. Mata mereka bertemu kala Shega berjalan ke arah kursi di sampingnya, Jolly sedikit ketakutan dengan tatapan mata Shega yang tajam seperti elang yang akan menerakm mangsanya.
Setelah mereka duduk berdampingan susasana ruangan berubah menjadi horor. Yang biasanya jika Jolly bertemu Shega akan banyak mulut, tapi kali ini Jolly sangat kaku. Ia bingung harus bagaimana, keduanya benar-benar seperti orang yang tidak saling mengenal.
“Maaf,” ucap Shega singkat yang akhirnya membuka suara. Namun Jolly tidak menggubris sama sekali.
“Apa dia bilang, maaf?” Batinnya keheranan.
“Maaf,” katanya lagi dengan nada sedikit di tekan. Dan lagi-lagi Jolly tidak menggubrisnya sama sekali.
“lo budek apa!?” Suara Shega naik oktaf. Yang membuat Jolly sedikit tersentak.
“E-eh? Lo ngomong sama gue?” Tanya Jolly polos seraya mengangkat sebelah alisnya.
Belum sempat Shega menjawab pertanyaan Jolly, tiba –tiba Pintu ruangan terbuka lagi, Jolly yakin dugaannya kali ini pasti benar.
Ya, benar saja Bu Nining yang membuka pintu kali ini.
“Ada apa kalian kemari?” Tanya-Nya.
“Apa maksud Guru ini? Bukankah dia yang memanggil kita kemari? Sangat aneh,” batin Jolly.
“Tidak ada yang mau menjawab?” Tanya-Nya lagi.
“E-em... i-ini bu, tadi kita di panggil buat datang ke sini,” akhirnya Jolly menjawab.
“Hm, tau, salah kalian apa?” Tanya-Nya lagi tegas.
“Saya tidak mengikuti pelajaran terakhir Bu,” jawab Jolly dengan sedikit kaku.
“Kamu? Kenapa kamu diam saja, apa kamu tidak merasa ada kesalahan?” Tanya Bu Nining pada Shega.
“Sama Bu,” jawabnya singkat. Wajahnya sama sekali tak menampakkan ketakutan.
“Sama apa maksudmu? Bicara dengan jelas,” ucap bu Nining terus mengintrogasi.
“Tidak mengikuti jam pelajaran terakhir Bu,”jawab Shega santai.
“Kenapa bisa sama? Apa kalian bolos bersama, apa kalian pacaran?” Tanya Bu Nining ke sekian kali.
“TIDAK BU,” jawab mereka kompak, yang membuat Bu Nining sedikit kaget. “Biasa aja kali,” umpat Bu Nining dengan suara pelan.
“Jolly kamu ke mana pada saat jam pelajaran terakhir?” Kata Bu Nining pada Jolly.
“Saya di ruang musik Bu,” jawab Jolly jujur.
“Kamu Shega, ke mana kamu pergi ketika jam pelajaran terakhir?” Kali ini Bu Nining bertanya pada Sega.
“Saya di halaman belakang Bu,” Jawab Shega .
“ Ok bagus, kalian berdua mengakui kesalahan. Dan sebagai konsekuensinya kalian Ibu hukum, tapi untuk Shega Ibu minta kamu panggil orang tuamu datang kemari, karena sudah ketiga kalinya kamu melanggar peraturan sekolah,” pinta bu Nining pada Shega.
“Tidak bisa Bu,” sangkal Shega.
“Apa maksudmu tidak bisa? Ibu minta besok orang tuamu panggil kemari,” ucap bu Nining penuh penekanan.
“Orang tua saya di luar kota Bu, Ibu bisa menggantikannya saja dengan hukuman berlipat,” Shega bernegosiasi.
“Baik. Jika itu mau kamu.” Akhirnya Bu Nining menyetujui.
“Ibu minta kalian berdua membersihkan aula. Jolly kamu membersihkan selama satu minggu dan kamu Shega, sesuai persetujuan kamu Ibu hukum selama dua minggu,” ucap Bu Nining menjelaskan.
“Serius Bu aula?” tanya Jolly keberatan, karen ia tidak habis fikir aula seluas itu hanya dibersihkan dengan dua orang saja?
“Apa kamu melihat tampang bercanda pada wajah saya?” Tanya Bu Nining, yang membuat Jolly terdiam kaku.
“Baik, kalo gitu silahkan kalian kerjakan mulai hari ini,” titahnya.
“Baik Bu, terimakasih,” ucap Jolly, kemudian mereka keluar menuju aula sekolah SMA Adiwilangga yang sangat luas.
Jolly dan Shega berjalan bersama menuju aula. Tidak ada perbincangan antara keduanya, mereka sama-sama kaku. Jolly tidak habis pikir, ada apa dengan dirinya? Tidak biasanya ia seperti ini.
Ketika sudah sampai di aula Jolly berinisiatif untuk menyapu aula, begitu pun dengan Shega yang langsung membereskan meja dan kursi yang berserakan. Kala mereka mengerjakan tugasnya masing-masing tidak ada perbincangan, di ruangan itu hanya terdengar suara hentakan meja dan kursi yang sedang dibereskan Shega saja.
Di rasa semuanya sudah selesai Jolly tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia memilih untuk istirahat terlebih dahulu. Jolly terduduk pada salah satu bangku aula. Kemudian ia merogoh botol minum yang berada di dalam tasnya.
Glek..glek..glek.. Jolly minum sangat terburu-terburu. Ia cukup lelah membersihkan aula seluas ini. Setelah meminum air mineral, Jolly menyenderkan badannya pada kursi dengan tangan menyilang dan mata terpejam.
Namun ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya yang membuat dia sedikit terlonjak.
“Ngagetin aja lo.” Kata Jolly, sementara Shega tidak menggubris sama sekali.
Shega melihat kotak makan tadi pagi di tas Jolly yang sedikit terbuka. Tanpa permisi ia mengambil kotak makan itu dan memakan isinya.
“Maksud lo apa? Gak sopan,” kesal Jolly pada Shega yang terus saja memakan makanan yang sudah dingin itu.
“Doyan lo,” gumam Jolly.
“Gua laper,” akhirnya menjawab.
“Lo ga malu apa? Makanan itu udah lu buang gitu aja terus sekarang lu pungut lagi? Plisss lah,” ucapnya ketus.
“Gua udah minta maaf,” tutur Shega membela diri.
“Tapi gak ikhlas,” seru Jolly ketus seraya menyembulkan bibirnya.
“Ikhlas Lyly,” katanya lagi dengan suara lembut, membuat Jolly tertegun. Ia sempat berfikir apakah yang berbicara dengannya saat ini adalah Shega.
“Arghhhh.... plis lah. Gua suka lo yang lembut kaya gini.” Gerutu Jolly dalam hati..
“Kenapa diem aja, Di maafin ga?” Tanya Shega pada Jolly yang tidak menggubrisnya.
“I-iya deh di maafin,” jawabnya singkat. Sebenarnya di sini Jolly berusaha buat menutupi salting-Nya hihi.
“Nih,” gumam Shega menyodorkan kotak makan yang sudah tak berisi.
“Sama-sama,” sindir Jolly pada Shega yang tak tahu terimakasih. Namun Shega tidak menggbris sama sekali dengan sindiran Jolly.
“Lo mau sampe kapan Ga?” Lanjutnya lagi bertanya sebelum Shega pergi.
“Maksud lo apa?” Shega balik bertanya seraya mengerutkan dahinya.
“Mau sampe kapan lo kaya gini? Lo suka banget ya bikin gue bingung. Terkadang gue suka ngerasa lo udah mulai terima gue, kadang juga gue ngerasa kalo lo emang bener-bener gak mau sama gue,” ujar Jolly jujur.
Dugaan lo yang kedua bener,” Kata Shega.
“Gue,” katanya lagi, jari telunjuknya menunjuk pada diri sendiri.
“Gak mau sama lo,” Lanjutnya lagi seraya menunjuk Jolly bergantian. Kemudiian Shega meninggalkan Jolly di aula sendirian.
Artha membeku di tempat, ia tak berkutik sama sekali. Hatinya teramat hancur melihat kekasihnya sendiri berciuman dengan pria lain. Ia melihatnya secara langsung seperti ini, oleh mata kepalanya sendiri, ini sangat sakit.“L-lo b-berdua ng-ngapain?” Artha berucap gelagapan. Ia tak bisa menahan dirinya. Rasa marah, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu.Sontak Shega dan Jolly menghentikan kegiatannya. Dengan susah payah wanita itu mengancingkan kembali pakaiannya. Terlukis rasa panik di wajahnya.“Lancang banget lo main masuk kamar orang tanpa permisi!!” Shega nampak marah. Pria itu hendak mendekat pada Artha, namun tangkas Jolly menahannya.“LO YANG LANCANG BERBUAT JIJIK KAYAK GITU SAMA CEWE GUE!!!” Artha berteriak, rahangnya kini sudah mengeras, jarinya menunjuk ke arah Shega.“ARTHA!” Jolly semakin panik. Ia nampak bingung harus berbuat apa.“APA? GUE UDAH MUAK SAMA MISI LO! GUE UDAH GAK MAU LAGI NYEMBUNYIIN HUBUNGAN KITA BERDUA.” Pria itu sangat emosi. Kedua tangannya pun sudah men
“Gue masih gak nyangka Dara kayak gitu,” Ucap Qyara, seraya mengambil satu bisquit yang di sediakan di rumah Artha. Setelah pulang sekolah mereka tidak langsung pergi. Artha mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya.“Sama, padahal di liat-liat dia kaya dari orang berada.” Sambung Birru.“Justru itu. dia keliatan kaya orang berada karena dari pekerjaannya jadi pelacur. Itu bikin dia kaya.” Timpal Artha.“Iya juga yah. Kok lo pinter banget Tha?” Kata Birru.“Yeuu ... emang gue mah pinter kali.” Sahut Artha.“Btw lo tau gak sih. Barusan Dara chat gue.” gubris Jolly. Hal ini membuat temannya penasaran.“Hah. Serius? Chat apaan dia.” Tanya Qyara. Ia telah memasang wajah serius.“Dia minta maaf. Terus dia jujur sama gue, kalau dia emang gak suka sama gue sejak kecil. Makannya sekarang dia selalu ganggu kehidupan gue.” Lanjut Jolly bercerita.“Kok dari kecil, emang lo berdua udah kenal?” Birru merasa aneh. Pria itu mengerutkan dahinya.“Nah ini makannya. Ternyata dia anak ART di rumah g
“Lo ngapain?” Shega memutar badan ketika merasa ada yang mengikuti dari belakang. Shega mendapati Brandon di sana.“Gue mau kejar Lyly.” Sontak Brandon melanjutkan perjalanannya. Ia lari mengejar Jolly.“Lo gak usah kejar Lyly. gue pacarnya lebih berhak.” Shega berteriak, hal ini membuat Brandon menghentikan langkahnya. Kemudian berbalik menghadap Shega.Ia menatap Shega amat dalam, nampaknya pria itu berbicara serius. Tidak terlukis kebohongan pada wajahnya.“Gue resmi pacaran sama Jolly dari kemarin malam. jadi mulai sekarang, lo gak usah deket-deket sama dia lagi.” Shega berucap dengan nada yang dingin. Kemudian ia melaluli Brandon begitu saja.Kalimat itu berhasil mematahkan hati Brandon. Perasaan sakit, sedih, hancur berkecamuk menjadi satu. Ini adalah hal yang paling ia takutkan. Melihat perempuan yang di cinta bersama orang lain. Setelah ini tidak ada alasan lagi untuk berjuang mendapatkan cintanya.Air mata menggenang di matanya. Kini ia tak bisa menahannya. Rasa sakit kian su
Pagi ini Jolly berangkat bersama Shega yang kini sudah menjadi pacarnya. Ia amat bahagia, sepanjang jalan Jolly tidak melepaskan genggaman pria itu. Tangan mereka kini saling bertautan.Namun sepanjang jalan wanita itu merasa aneh. Setiap orang yang melihatnya menatap dengan tatapan tajam. Hal ini membuat Jolly mengerutkan dahinya, ia merasa aneh.“Lyly, sekarang lo baik-baik aja kan? lo gak papa kan? please dengerin gue yah. Gue percaya sama lo, gue yakin itu bukan lo. Jangan dengerin omongan orang lain yah. Lo bodo amatin aja.” Sapa Qyara panjang lebar. Terlukis rasa panik di wajahnya. Sementara Jolly menatap temannya penuh arti. “Maksudnya apa?” Batinnya.“Lo kenapa sih?” Jolly bertanya.“Gue tau lo pasti terpuruk banget. Tapi gue sebagai sahabat lo, gua gak bakal ninggalin lo kok. Gue mau bantu lo nyari pelaku di balik semua ini.” Lanjutnya lagi.“Apaan sih? Orang gue gak papa.” Ujar Jolly santai.“Bentar, emang yang lo tau, Lyly kenapa?” Shega merasa ada yang janggal.“Lah lo gak
Shega terduduk pada kursi balkon kamar Jolly usai makan malam. Pria itu menatap kosong pada langit gelap nan pekat. Pikirannya kini di penuhi oleh perempuan yang kini terus mengejarnya. Shega juga memikirkan bagaimana perasaan yang sebenarnya. Akhir-akhir ini ia merasa tak suka jika Jolly dekat dengan pria lain, seperti Brandon misalnya. Apa mungkin ini rasa cemburu? Shega saja tidak tahu, bahkan tidak mengerti.“Buset! lo dari tadi di sini? Bunda nyariin noh.” Sapa Jolly. Wanita itu nampak gusar mencari pria bernama Shega ini.Tak ada jawaban, Shega masih saja menikmati lamunannya.“Shega! nyaut kek, elah.” Jolly nampak gusar.“Kamar lo udah bersih noh. Udah Bunda beresin.” Cerocos Jolly, wanita itu terus saja mengoceh.Malam ini Shega akan menginap di rumah Jolly. Itu pun karena Bunda yang memaksa. Bahkan sebenarnya Purwa menyuruh Shega agar tinggal bersama saja di rumahnya, agar pria itu tidak merasa kesepian. Namun Shega menolak, ia merasa tidak enak jika hidup dengan orang lain.
Hari semakin larut. Sementara Shega belum terbangun dari tidurnya. Jolly nampak gusar membangunkan pria itu berkali-kali, namun Shega tak kunjung membuka mata.“Shegaaa ... ayo banguuunnn ...” wanita itu bersi keras membangunkan pria yang tertidur pulas pada ranjang miliknya.“Sumpah lo kebo banget!” Ia semakin gusar.Muncul ide gila di otaknya, wanita itu tersenyum menyeringai.“Apa gue bales dendam sekarang aja ya.” Pikir Jolly, telunjuknya mengetuk pelan pada bibir mungilnya.“Hm ... gue bales perlakuan lo tadi sekarang juga,” ucapnya.Setelah berucap seperti itu, Jolly mengusap pelan pada dada bidang milik Shega. telapak tangannya menyelusuri di setiap sisi. Tak lupa leher jenjang pria itu Jolly usap dengan lembut.Jolly melirik Shega sesaat, ia amat kecewa karena perlakuannya tidak memberikan reaksi pada pria itu. Apa ia harus melakukan hal yang lebih intim lagi?perlahan Jolly membuka kancing baju yang Shega kenakan. Satu persatu ia buka, maka semakin terekspos dada beserta abs-