Share

malam mingguan

“Assalamulaikum,” ucapnya membuka pintu dengan wajahnya yang kusut.

“Waalaikumsalam,” jawab Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.

“Kamu pulang sama siapa nak, hari ini pak Doyok kan gak bisa jemput?” Tanya Bunda khawatir.

“Sama temen mah,” jawab Jolly seadanya.

“sama Brandon kah?” Tebak Bunda, karena biasanya jika pak Doyok tidak bisa menjemput, Brandon lah yang akan mengantarkan Jolly pulang.

“Iya,” sahut Jolly.

 “Bagus kalo gitu, kenapa gak kamu ajak mampir dulu ke sini?” Tanya Bunda.

“Kasian dia mau istirahat kecapean abis rapat organisasi,” jawab Jolly.

 “Oh yaudah kalo gitu.” Kata Bunda seadanya yang membuat Jolly sedikit heran. Biasanya Bunda selalu menanyakan hal apapun kepadanya, tapi kenapa kali ini Bunda berbeda? Apa ada sesuatu.

“Udah nih gak nanya lagi?” tanya Jolly sebelum pergi ke kamarnya.

“Gak ada,” sahut Bunda.

“Abis bersih-bersih badan, kamu langsung makan ya,” Titah Bundanya.

“Iya siap.” Ucap Jolly seraya menaiki tangga.

Huftt...Jolly membantingkan badan di atas kasurnya yang empuk. Hari ini ia cukup lelah menjalankan hukuman dari Bu Nining membersihkan aula seluas itu. Pinggangnya terasa remuk, yang ia butuhkan kali ini bukan apapun, Jolly hanya butuh istirahat saja sebentar. Tanpa sadar hingga ia terlelap pulas masih dengan seragam lengkap.

Wawalu.... aiyay yay si Ujang makan cincau....aiyay yay si Ujang makan cincau....wawalu....

handephone Jolly berdering cukup nyaring. kemudian tangannya merogoh handpone dengan mata yang masih terpejam.

“HALO LYLY, KEBIASAAN BANGET SI ANGKATNYA LAMA! SELEB LU?” tanya Qyara di sebrang sana.

“Apa si ah,” jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.

“LU TIDUR?” Tanyanya lagi.

“Hmm...” Jolly hanya menjawab dengan dehaman.

“IH ANJIR BANGUN DULU BENTAR,” Titahnya, masih dengan suara yang begitu nyaring.

“LU BISA GAK SIH NGOMONGNYA PELAN AJA,” ucap Jolly tak suka. kini ia sudah membuka matanya lebar. Ia rasa kini energinya sudah terkumpul.

“Ehehe, iya-iya maaf.” Tuturnya meminta maaf. “Ini Lyy, gue Cuma mau mastiin ntar malem lu jadi ikut kan?”

“Iya.” Sahut Jolly singkat.

“Kalo gitu ntar Brandon jemput ke rumah lo ya abis isya, sekalian minta izin juga ke nyokap lo,” Kata Qyara memberi tahu.

“Iya,” Jawab Jolly seadanya.

“Yaudah.”

Tut..tut..tut.. tiba-tiba Qyara menutup teleponenya.

“Lah di matiin? Gak jelas banget bocah,” katanya sembari mengubah posisinya menjadi duduk.

“Huaaaa...ngantuk,” gumamnya seraya menutup mulut.

Jolly melihat jam sudah menunjukan pukul 15:00

“Lama juga gua tidur,” ucapnnya.

Akhirnya Jolly berusaha membuka kelopak matanya yang berat, ia menyiapkan pakaian yang ia kenakan untuk nanti malam. Ia memilih baju lebih santai saja, toh dia mau pergi nongkrong bukan ke pesta.

“Ini aja kayanya, not bad lah,” ucapnya kala sudah menemukan baju pilihannya.

***

“Iya Bund, pastinya dong Brandon bakal jagain Lyly baik-baik,” ucap Brandon ketika sudah meminta izin kepada Bunda Purwa.

“Bagus kalo gitu, Bunda tenang kalo Lyly mainnya bareng kamu,” ucap bunda.

“Eh Brand, tadi Lyly pulang sekolah bareng kamu ya?” Tanya bunda memastikan.

“Iya Bund, tadi kebetulan Brandon pulang telat soalnya habis ada rapat organisasi dulu Bund,” sahut Brandon menjelaskan.

“Lyly ikut rapat juga?” Tanya bunda lagi terus mengintrogasi.

“Gak Bun, tadi Lyly pulang telat karena harus bersihin aula dulu. bunda gak tau emang kalo Lyly di hukum?” Kali ini Brandon yang bertanya.

“APA, DI HUKUM?” Tanya bunda tertegun.

“Eh, Bunda gak tau?” Gumam Brandon, ia tak berani lagi untuk mengatakan apa pun. Brandon hawatir jika memang ini di rahasiakan oleh Jolly.

“ASTAGA ANAK ITU,” ujar bunda dengan amarahnya yang sudah meninggi.

“LYLY, KAMU KENAPA DI HUKUM, ABIS NGELAKUIN KESALAHAN APA HAH?” Tanya bunda pada Lyly yang baru saja keluar dari kamar.

“E-eh, Bunda, tau dari mana?” Umpat Jolly penuh ketakutan. Kemudian ia melirik pada Brandon yang sudah terkekeh geli.

“Awas ye lu Brandon kamrpet, gue bunuh lo,” batinnya seraya menatap Brandon penuh dendam.

“KENAPA?” Tanya bunda lagi pada Jolly yang tak kunjung menjawab.

“E-eum... bahas soal itu nanti aja ya Bunda, nanti Lyly jelasin,” ujar Jolly seraya berlari menuju mobil Brandon yang sudah terparkir di halaman rumahnya. Tak lupa ia menarik tangan Brandon yang tengah terkekeh menertawakannya.

“Aku pamit Bunda bye....” Teriak Jolly.

“Klo gitu aku juga pamit dulu Bund.” Kali ini Brandon yang berpamitan pada Bunda Purwa.

Sementara kini Purwa masih dengan sumpah serapahnya yang terus saja menceramahi dan mengintrogasi anaknya.

“Kurang ajar lo! Abis ini, lo gue bunuh,” ucap Jolly ketika sudah duduk di dalam mobil.

“Ahahaha, lagian gue gak tau kalo itu rahasia,” Brandon terkekeh geli.

“Ucapin kata-kata terakhir,” gumam Jolly.

“Hah maksud lo?” Tanya Brandon yang sudah mulai mengendarai mobilnya. Kedua alisnya ia kerutkan.

“UCAPIN KATA-KATA TERAKHIR SEBELUM LO GUE BUNUH!!” Ujar Jolly, seperti ingin menerkam Brandon.

“Anjir! Gitu amat neng,” sahut Brandon santai.

“Sebagai permohonan maaf, abis ini lo gue beliin seblak deh,” ujar Brandon berusaha merayu.

“Serius lo?” Tanya Jolly penuh antusias. Matanya sudah berbinar.

“Iya, tar gue beliin seblak tulang ikan,” umpatnya, Brandon menjauhkan sedikit badannya dari Jolly kali ini ia siap di hap oleh Jolly hidup-hidup karena ucapannya barusan.

Fiks! Lo gue bunuh,” gumam Jolly yang sudah memasang wajah bad mood. Seraya menyilangkan kedua tangannya. Sementara Brandon sudah tertawa puas di sampingnya.

Jarak antara rumah Jolly menuju tempat tujuan mereka cukup jauh, memakan waktu kurang lebih 1 jam. Selama perjalanan perbincangan mereka tidak pernah habis, selalu ada saja yang dibahas, dari mulai yang serius atau bahkan konyol. Brandon merasakan kerinduan di sisni, biasanya ia merasakan ini dengan Jolly cukup sering, tapi ntah kenapa akhir-akir ini mereka berdua sangat jarang melakukan hal seperti ini.

“Bentar lagi udah mau sampe nih Lyy,” Kata Brandon memberi tahu.

“Sebelah mana Brand?” Tanya Jolly.

“Depan sana dikit lagi.”

Mereka sudah sampai di tempat tujuannya. Keduanya turun dari mobil dan langsung mencari keberadaan Qyara yang sudah dulu sampai di sini.

“Qyara ada di sebelah mana ya,” kata Jolly yang sudah lelah mencari Qyara karena tempat ini sudah cukup banyak pendatang.

“Dia bilang si deket lukisan gitu, kayanya sebelah situ,” tunjuk Brandon.

Mereka berdua berjalan ke arah yang Brandon maksud, dan benar saja Qyara ada di sini dengan tampang bad mood-Nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status