Share

Datang Lagi

Author: Stary Dream
last update Huling Na-update: 2025-02-28 22:57:39

Aline mengerjap beberapa kali agar air matanya tak turun. Suami yang baru saja di do'akannya mulai menunjukkan kesadaran penuh walau di mulutnya memanggil nama wanita lain.

Perlahan Alan membuka matanya dan menemukan Aline dengan wajah yang penuh kesedihan.

"Aline.." desah Alan lemah.

"Tunggu sebentar. Aku panggilkan perawat."

Aline bergegas memanggil petugas medis untuk memeriksa kondisi suaminya yang sadar. Nasib baik Alan tidak mengalami hal serius. Aline sempat putus asa jika suaminya tidak berumur panjang.

"Sudah berapa lama aku gak sadar?" Tanya Alan setelah mendapat kesadaran penuh.

"Tujuh hari."

Alan memejamkan matanya sebentar.

"Dimana anak-anak?"

"Bersama ibuku. Ada ibu yang datang dari kampung."

Alan lalu menyapu sekitar. Dia belum diperbolehkan pindah dari ruang intensif.

"Maafkan aku yang sudah membuat kalian cemas.."

"Aku bahkan hampir putus asa.." Aline hampir terisak. "Syukurlah mas sadar."

Alan hanya memandang istrinya dengan getir.

"Aku minta maaf. Harusnya aku gak marah sama kamu.. jadi kamu gak perlu merasa sakit seperti ini." Aline mulai menangis.

"Kenapa kamu minta maaf? Kamu gak salah, Aline."

"Karena aku mas jadi begini." Aline tersedu.

"Mas kecelakaan setelah mereservasi restoran, kan? Ini semua salahku.."

Deg!

Hati Alan rasanya terhujam dalam. Andai istrinya tahu Alan berada dimana sebelum kecelakaan. Aline pasti tidak akan merasa bersalah seperti ini.

"Jangan merasa bersalah." Kata Alan menenangkan. "Kamu gak bersalah."

Besoknya Alan diperbolehkan pindah ke ruang rawat biasa. Sonde yang dipasang di hidung sudah terlepas. Monitor dan oksigen juga tidak dipasang lagi.

Aline membantu suaminya dalam posisi setengah duduk.

"Aku bisa makan sendiri.." ucap Alan saat Aline ingin menyuapinya makan.

"Nggak apa, mas. Biar aku bantu." Ucap Aline sambil membawa meja dorong untuk menaruh piring makanan.

"Aku sendiri saja.."

Aline lalu menatap suaminya.

"Ya sudah kalau begitu."

Aline membiarkan suaminya makan sendiri. Alan memilih tidak meminta bantuan Aline karena ia tahu betapa lelahnya Aline. Sudah 8 hari di rumah sakit, baik makan dan istirahatnya juga kurang. Belum lagi pikirannya bercabang memikirkan anak-anak di rumah. Alan merasa kasihan walau rasa itu tak terucap.

Pintu diketuk. Puri masuk dengan senyum leganya. Akhirnya putra sulungnya sudah sadar.

Sesaat Puri memeluk anaknya itu.

"Ibu gak bisa tidur, nak. Terus-terusan mikirin kamu."

Alan hanya tersenyum mendengar ucapan ibunya.

"Oh, ya." Ucap Puri penuh semangat. "Ada tamu yang mau jenguk."

"Masuk saja.." timpal Alan. Lagipula jika mau membesuk tinggal masuk saja. 

Puri melangkahkan kakinya keluar dan tak lama kembali lagi membawa seorang wanita.

Ya, wanita. 

Sontak baik Alan dan Aline sama terkejutnya melihat wanita yang datang bersama Puri.

"Mas Alan.." 

Mata itu tidak bisa berbohong. Mata Mikha berkaca-kaca melihat Alan.

"Mikha?" Alan terkejut.

"Mikha tahan pulang karena mendengar kamu kecelakaan." Timpal Puri.

Mikha berjalan mendekat. Mata itu. Gestur tubuh itu. Aline sampai memalingkan wajahnya.

"Bavaimana keadaan mas? Aku benar-benar cemas." Ucap Mikha dengan suara bergetar.

"Aku baik-baik saja." Ucap Alan tak berani berlama-lama memandang wajah Mikha. Apalagi di sisinya ada Aline.

"Maaf mas Alan. Ini semua karenaku." Mikha mulai menangis.

Dahi Aline mengernyit. Kenapa pula wanita ini menangis.

"Kalau misalkan aku gak meminta mas datang ke bandara, mungkin mas gak akan kecelakaan."

Deg!

Aline terkesiap. Begitu juga dengan Alan.

Alan sampai menoleh ke istrinya ketika melihat istrinya menatap dengan begitu tajam.

"Oh, jadi Alan itu sebenarnya dari bandara nganterin kamu?" Puri mau memperjelas masalah.

Mikha mengangguk. Air matanya masih mengalir.

"Bukan mengantar." Sanggah Alan. "Aku datang untuk memenuhi janji. Lagi pula setelahnya aku pergi ke restoran untuk reservasi makan malam bersama Aline." Ucap Alan sambil melirik istrinya.

Alan terpaksa berbohong. Dia takut Aline makin salah paham padanya.

Mendengar nama Aline, Mikha baru sadar jika ada seorang wanita yang terus berdiri di samping Alan.

"Mbak Aline.." sapanya ramah. Sebelum itu dia mengusap air matanya terlebih dahulu.

Aline hanya membalasnya dengan senyuman.

"Terima kasih sudah merawat mas Alan dengan baik," ucap Mikha yang lagi-lagi membuatnya terkesiap.

Apa-apaan ini? Dia berbicara seolah Aline ini orang asing bagi Alan.

"Ya. Sudah kewajiban saya sebagai seorang istri."

Mendengar dinginnya suara Aline membuat Puri berdecak kesal. Dia lalu mengajak Mikha untuk keluar dari kamar.

"Ayo nak, Mikha. Alan sepertinya harus istirahat." Puri menggandeng lengan Mikha.

"Cepat sembuh, mas." Ucap Mikha sebelum ia memutuskan untuk pergi.

"Terima kasih." Balas Alan.

Setelah keduanya meninggalkan ruang rawat, barulah Alan merasakan kecanggungan yang luar biasa. Apalagi setelah itu, Aline hanya diam saja. Sungguh, Alan kembali bingung harus melakukan apa.

Besok siang, Aline menata makan siang di meja dorong untuk makan pasien dan mendekatkannya pada Alan.

"Mau ku bantu?" Tawar Aline basa-basi. Dia sudah tahu apa jawabannya.

"Aku belum nafsu makan."

"Tadi pagi mas makan hanya sedikit." Aline mengingatkan.

Alan tersenyum. "Bosan makan bubur terus."

Mau pagi siang sore, menu makanan selalu bubur. Alan sampai muak.

"Mas mau makan apa? Biar aku sekalian keluar membeli makan?" Tanya Aline.

"Apa ya.." Alan tampak berpikir. "Apa saja yang penting jangan bubur."

"Ya sudah, aku keluar sebentar." 

Aline lalu pergi meninggalkan Alan sendirian.

Karena lantai kamar Alan terletak di lantai 7 dengan lift di rumah sakit yang hanya ada 2. Mau tak mau Aline mengantri untuk turun. Apalagi ini jam besuk. Pengunjung ramai berdatangan.

Baru saja turun dan keluar dari parkiran. Aline baru teringat. 

"Bagaimana aku bisa membayar makanan kalau aku gak bawa dompet?" Gerutu Aline.

Aline jadi berbalik ke ruang rawat untuk mengambil dompet.

Baru saja ingin membuka pintu. Aline terheran-heran. Pintu kamar tadi rasanya ia tutup rapat. 

Dan suara itu.. seperti suara tertawa. Ya, tertawa.

Aline sampai memicingkan pendengarannya sambil membuka pintu perlahan.

Alan yang terkenal kaku dan dingin itu tertawa.

Aline sampai tertegun. 7 tahun menikah, Alan tak pernah tertawa seperti itu kepadanya. Di depan anak-anak mungkin biasa. Tapi di depannya? Rasanya tak pernah tertawa.

Dan Aline kembali dibuat terkejut dengan siapa suaminya itu sedang tertawa. 

Ternyata dengan cinta pertamanya, Mikha.

Entah kapan wanita itu datang.

Sekarang keduanya terlihat bersama. Bahkan Mikha malah membantu Alan untuk menyantap makanannya.

Katanya tadi bosan makan bubur, tapi rupanya Alan malah menerima suapan dari Mikha.

Hati Aline jadi meringis. Sakit sekali jadi dirinya.

Berulang kali Alan menolak untuk makan dilayani dan disuapi oleh istrinya. Tapi dengan wanita itu, Alan mudah sekali terbujuk.

Tak sadar air mata jatuh dari pelupuknya dan tepukan di bahu menyadarkannya.

"Sudah sadar kamu?" Tanya Puri tajam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Setia Menunggu

    Tidak ada jalan untuk kembali. Aline sudah memantapkan diri melangkah maju ke depan. Meninggalkan semua rasa sakit hati yang diterimanya.Ucapan Mikha dan Puri memang terngiang-ngiang di kepalanya. Namun, tetap membuat hatinya tetap tak bergeming. Aline teguh pada pendiriannya.Cukup satu kali Aline merasakan pahitnya pernikahan. Ia tak mau mengulanginya lagi. Apalagi jika itu bersama orang yang sama.Fokus Aline sekarang untuk anak-anaknya saja.Aline masih terpekur disana. Di tempat yang sama ketika Puri menangis dan memohon tadi.Sambil menghela nafas, Aline bangkit dari duduknya. Dia harus bersiap karena pagi ini juga dia pulang ke kampung tempat dia berasal.Setelah mengemasi barang-barangnya. Aline memandang sekeliling. Ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan. Di pojok sana ada dapur dan teras belakang. Aline seperti menonton film dimana ada adegannya bersama anak-anak. Seharian dihabiskan mengasu

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Tebus Dosa Mertua

    Berapa besar Mikha meyakinkan Aline tapi wanita ini tetap pada keyakinannya. Apa yang dikatakan Mikha hanya sekedar untuk meluaskan hatinya saja.Bagi Aline, cinta Alan hanya bualan. Dia tak bisa mempercayai Alan soal perasaan. Mungkin rasa sakit ini begitu berbekas sehingga Aline selalu enggan jika bersinggungan dengan mantan suaminya.Hubungan mereka saat ini tak lebih dari orang tua anak-anak saja. Walau ketiga jagoannya belum mengerti apa yang terjadi pada ayah dan ibunya. Namun, Aline berjanji akan menjelaskan secara perlahan.Hari mulai malam. Aline sebenarnya bimbang. Pikirannya ingin menginap di hotel saja. Tapi hatinya ingin kembali ke rumah yang pernah ia tempati dulu. Sudah lama tidak berkunjung. Terlebih tiga bulan ini ditinggal pemiliknya.Aline jadi penasaran akan keadaan rumah yang sekarang tak berpenghuni itu.Sampai di rumah, hanya lampu teras saja yang hidup. Aline lalu membuka kunci pintu dan menghidupkan sake

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Fakta Sesungguhnya

    Aline memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halamannya. Itu karena acara peluncuran novel Mikha dilaksanakan esok lusa.Sungguh, Aline masih terkejut atas pertemuan mereka tadi. Tak menyangka jika penulis yang ia temui adalah pujaan hati mantan suaminya."Ibu!!" Seru Envier masuk ke kamar Aline."Ada apa Envier?""Telpon ayah, bu. Envier kangen!""Memang ayah nggak nelpon kamu hari ini?"Envier menggeleng. "Nggak."Aline menghela nafas. "Mungkin ayah sibuk, nak.""Envier kangen, bu." Envier cemberut."Sama nenek aja, ya.." ucap Aline. Dia sendiri tak mungkin menghubungi mantan suaminya. Selain karena telah menghapus nomor ponsel Alan. Aline juga tak ingin berhubungan lagi dengan mantan suaminya.Sambil menghentakkan kaki, Envier keluar dari kamar ibunya dan memburu sang nenek. Tak lama, Emma datang ke kamarnya."Aline! Anak-anakmu ini r

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Bertemu Penulis

    Hampir 3 bulan Alan pindah. Selama itu juga tak ada lagi komunikasi antar mereka. Alan hanya bisa menghubungi anak-anaknya melalui mertuanya saja. Itu karena Aline yang sepertinya tak ingin lagi berhubungan dengan mantan suaminya.Sebenarnya bukan tak ingin berhubungan. Lebih tepatnya menghindar.Aline tak menyangkal jika rasa sakit hati itu masih ada.Aline bagaikan pelarian bagi Alan saat pria itu ditinggalkan cinta pertamanya. Selama tujuh tahun hanya Aline yang cinta sendirian. Rasanya sudah seluruh bahasa cinta diberikannya tapi Alan tak bergeming.Ujungnya, Alan mengaku masih mencintai wanita lain. Apa tidak sakit hati Aline mendengarnya.Dicoba untuk ikhlas, merelakan Alan menikah dengan cintanya agar Aline bisa dianggap oleh keluarga Alan. Rupanya malah menjadi bumerang untuk dirinya. Keluarga Alan terutama Puri tetap mencemoohnya. Menghinanya. Mengganggap Aline sebagai benalu di hubungan Alan dan Mikha.Seringk

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Pindah Tugas

    Untuk sesaat sepasang mata itu saling memandang. Rasa keterkejutan, rindu yang membuncah tersimpul dalam tatapan mata yang dalam memandang.Aline yang sudah satu tahun tak ditemuinya. Kini telah menjadi wanita matang yang mempesona. Tubuhnya lebih berisi. Kulit putihnya kontras dengan pipinya yang merah.Alan masih ingat dulu dia mempersunting Aline saat masih berusia 23 tahun. Kini wanita ini sudah masuk ke awal usia 30 tahunan yang membuatnya begitu menawan.Sedangkan Aline, ada percikan rasa penasaran dalam hatinya. Benarkah itu Alan mantan suaminya? Sepertinya dia kehilangan banyak berat badan. Tubuhnya layu dengan sorot mata yang sayu. Seperti ada beban berat yang dipikulnya.Emma perlahan menyingkir untuk memberi ruang kepada Alan dan Aline untuk berbincang sebentar.Tak lama ia muncul kembali dengan membawa dua buah cangkir teh ke teras. Kebetulan Aline tidak mengajak Alan masuk ke rumahnya. Hanya sebatas di teras rumah k

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Anonim

    Aline menepuk pinggangnya yang mulai terasa pegal. Sudah tiga jam dia duduk di depan canvas memainkan kuasnya. Lukisannya baru setengah jalan. Sesuai pesanan, pemesan ingin besok pagi lukisannya dikirim."Semangat, Aline!" Gumam Aline menyemangati dirinya sendiri.Pesanan dari anonim untuk ke empat kalinya.Awalnya Aline iseng memasukan hasil karyanya di situs penjualan online. Lukisan abstrak dan juga lukisan surealis. Butuh waktu dua bulan, lukisannya di notis. Akhirnya, ada yang memesan lukisannya.Namun yang memesan, memberi namanya sendiri "Anonim". Aline sempat ragu, takutnya ia ditipu. Tapi setelah si anonim membayar lukisannya. Aline jadi tak ragu lagi.Pembayaran juga melalui situs penjualan online tersebut. Jadi gaji Aline hasil menjual lukisan di transfer oleh situs tersebut. Jadi, ia tak tahu siapa nama asli si Anonim sebenarnya. Tugasnya hanya menerima pesanan dan menjual seperti request pembeli.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status