Share

Sakit

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-02-24 14:52:17

Alan mengirim pesan ke istrinya melalui ponsel sesaat sebelum keluar dari bandara.

Tempat sudah di reservasi. Mereka akan pergi setelah bada' maghrib. Alan juga sudah memberi tahu Puri kalau anak-anak hari ini di titipkan padanya. Ya, walaupun awalnya Puri sedikit mengomel karena harus dititipkan tiga cucu sekaligus.

Tapi, Alan sudah bertekad untuk memperbaiki masalahnya. Tak enak ternyata perang dingin dengan istri sendiri.

Alan menatap langit dari dalam mobilnya. Sebuah pesawat lepas landas. Mungkin pesawat Mikha yang baru saja terbang.

Sambil menghela nafas panjang, Alan memasukkan ponselnya ke dalam tas kerja dan menaruhnya di kursi belakang. Dia lalu menghidupkan mesin dan memutar mobilnya keluar dari bandara.

Bohong jika Alan mengatakan hatinya saat ini baik-baik saja. Jika bisa memilih, dia sungguh ingin menahan Mikha. Tak ingin berpisah. Tapi isi kepalanya mengajak untuk tetap waras.

Ada anak dan istri yang menunggunya di rumah.

Sambil menginjak gas, Alan melajukan mobilnya dengan cepat. Sudah hampir 2 jam dia meninggalkan kantor, dia harus lekas kembali.

Tapi, sial! Suara ponsel itu terus berdering. Sepertinya ada yang menelpon. Dua kali panggilan Alan tak menanggapi.

Namun setelah dering itu tak mau berhenti. Akhirnya Alan mencoba mengangkat panggilan itu.

Sayang sekali ponsel itu tadi malah diletakkannya dalam tas yang di taruh di kursi belakang.

Karena tangan yang tak sampai menggapai. Alan melepaskan sabuk pengamannya dengan mobil yang tetap melaju kencang.

Secepat kilat Alan mengambil tasnya. Namun ketika ia kembali ke posisinya, sebuah truk dari berlawan arah sedang menyalip dengan kecepatan yang kencang.

"Astaga!" Alan terkejut. 

Reflek Alan membanting setirnya ke arah kiri. Mobil yang dikendarainya keluar dari jalan raya dan menabrak pohon besar yang ada di tepi jalan.

***

Tergesa-gesa Aline masuk ke ruang gawat darurat. Alan mengalami kecelakaan hebat. Mobilnya ringsek sampai Aline tak bisa membayangkan bagaimana tubuh Alan terjepit disana.

Kepala Alan terbentur kemudi karena dia sempat melepaskan sabuk pengaman.

Alan baru saja menjalani pemeriksaan radiologi, di rontgen dan juga ct scan. Di takutkan ada perdarahan di kepala dan juga di dada akibat benturan benda keras. Alan juga masih tak sadarkan diri.

Tubuh Aline melemas. Apalagi saat ini alat-alat medis itu terpasang di tubuh suaminya. Air mata jatuh begitu saja.

Tak lama, Puri juga datang. Tak seperi Aline yang tetap tenang walau hatinya meringis. Puri datang dengan berteriak dan sulit di kendalikan. Tangisnya begitu pilu ketika melihat putra sulungnya terbujur kaku di ranjang pesakitan.

Beberapa petugas medis juga sampai menenangkannya karena Puri terus mengguncang tubuh Alan.

"Belum sadar juga?" Tanya Puri yang baru datang.

Sudah 5 hari Alan dirawat di ruang intensif, 5 hari juga Aline setia menunggunya.

Aline baru saja tertidur. Ia duduk di samping ranjang suaminya dengan kepala yang bersandar di tangan suaminya. Kalau saja jika Alan menunjukkan pergerakan, Aline cepat mengetahuinya.

"Belum, bu." Jawab Aline serak.

"Pulanglah. Biar ibu yang menjaga."

"Nggak apa-apa, bu. Biar aku aja yang jaga." Sahut Aline lemas.

Dia tahu kalau Puri tidak akan betah berlama-lama disini. Bukannya meragukan kemampuan Puri sebagai ibu kandung suaminya. Tapi tenaganya tak sekuat dulu.

Tubuh Alan harus dibersihkan dua kali sehari. Aline tak ingin meminta bantuan perawat, dia tak mau aurat suaminya terlihat. Belum lagi memberinya makan dari sonde. Mengganti pakaian pasien. Aline tak yakin Puri mampu.

"Terus anakmu sama siapa? Masa mau dititip terus ke Sarah. Pengasuh Sarah pekerjaannya makin berat jika mengasuh 4 anak."

Sebenarnya bisa saja jika Puri ikut membantu mengasuh anak-anak Alan. Jadi Aline bisa fokus di rumah sakit. Tapi apa daya Puri menolak.

Aline seakan tersadar akan ucapan mertuanya.

"Ya sudah. Aku pulang dulu.. kalau ada apa-apa nanti kabarin ya, bu." Ucap Aline.

Aline pulang dan segera menjemput ketiga anaknya. Benar juga kata mertuanya, pengasuh yang bekerja untuk Sarah sedikit kerepotan merawat tiga buah hatinya. Apalagi Ervin yang luar biasa tingkah lakunya.

Dengan berat hati, Aline menghubungi ibunya yang ada di kampung. Meminta ibunya untuk menjaga anak-anak selama Aline menjaga Alan di rumah sakit. Untunglah sang ibu pengertian. Ibu Aline, Emma mau ke kota. Toh, Emma juga tinggal sendirian di kampung semenjak suaminya meninggal.

Masalah pengasuhan selesai. Tapi dugaan Aline benar. Baru 3 jam, Puri sudah menelpon meminta Aline kembali ke rumah sakit. Rupanya ia tak sanggup menjaga Alan berlama-lama. Mau tak mau, Aline menitipkan anak-anaknya lagi kepada Sarah sembari menunggu kedatangan ibunya.

Aline memberikan kecupan di pipi suaminya ketika dia baru saja selesai bergantian jaga. Pipi Alan terasa begitu dingin.

"Bangunlah, mas.." pinta Aline lirih. "Anak-anak sudah menunggu."

Ia kembali menatap wajah suaminya yang tak berdaya itu. 

"Maafin aku.."

Aline sedikit menyesal akan tindakannya yang marah pada Alan. Jika mereka tidak perang dingin, mungkin Alan tidak akan mengajaknya makan malam.

Apalagi sebelum kejadian, Alan mengirim pesan bahwa tempat untuk makan malam mereka sudah direservasi. Lokasi kejadian kecelakaan juga tak jauh dari tempat makan itu.

Aline jadi tambah bersalah. Ia yakin Alan kecelakaan setelah mendatangi restoran tersebut.

Air mata Aline beranak pinak. Jika bisa memilih, dia ingin posisinya ditukar saja. Biar dia yang merasakan semua kesakitan Alan.

Sudah 7 hari dirawat, Alan seperti tidak ingin bangun. Padahal tanda vitalnya sudah kembali normal. Perdarahan juga tidak ada di kepala dan di dadanya. 

Aline terus menangis dalam do'anya. Dia terus melirih agar ada keajaiban yang membuat suaminya bangun kembali.

Suara mengaduh terdengar dari ranjang pasien.

Aline yang sedang menghambakan diri jadi menoleh.

"Mas Alan?" Gumamnya.

Aline bangkit dan duduk di samping suaminya.

Dahi Alan mengkerut. Matanya bahkan bergerak-gerak walau tertutup. Jari-jari Alan mulai terangkat seakan mencari kekuatan.

"Alhamdulillah.." Aline hampir menangis. Sepertinya do'a yang baru saja dipanjatkan sudah dikabulkan oleh Tuhan.

Aline meraih jemari Alan dan menggenggamnya.

"Mas Alan.." panggil Aline lembut.

Bibir Alan bersuara. Menyebutkan sesuatu yang membuat hati Aline yang baru saja terbalur keharuan menjadi kelabu.

"Mikhaa...." panggil Alan keluh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Setia Menunggu

    Tidak ada jalan untuk kembali. Aline sudah memantapkan diri melangkah maju ke depan. Meninggalkan semua rasa sakit hati yang diterimanya.Ucapan Mikha dan Puri memang terngiang-ngiang di kepalanya. Namun, tetap membuat hatinya tetap tak bergeming. Aline teguh pada pendiriannya.Cukup satu kali Aline merasakan pahitnya pernikahan. Ia tak mau mengulanginya lagi. Apalagi jika itu bersama orang yang sama.Fokus Aline sekarang untuk anak-anaknya saja.Aline masih terpekur disana. Di tempat yang sama ketika Puri menangis dan memohon tadi.Sambil menghela nafas, Aline bangkit dari duduknya. Dia harus bersiap karena pagi ini juga dia pulang ke kampung tempat dia berasal.Setelah mengemasi barang-barangnya. Aline memandang sekeliling. Ruang keluarga yang menyatu dengan ruang makan. Di pojok sana ada dapur dan teras belakang. Aline seperti menonton film dimana ada adegannya bersama anak-anak. Seharian dihabiskan mengasu

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Tebus Dosa Mertua

    Berapa besar Mikha meyakinkan Aline tapi wanita ini tetap pada keyakinannya. Apa yang dikatakan Mikha hanya sekedar untuk meluaskan hatinya saja.Bagi Aline, cinta Alan hanya bualan. Dia tak bisa mempercayai Alan soal perasaan. Mungkin rasa sakit ini begitu berbekas sehingga Aline selalu enggan jika bersinggungan dengan mantan suaminya.Hubungan mereka saat ini tak lebih dari orang tua anak-anak saja. Walau ketiga jagoannya belum mengerti apa yang terjadi pada ayah dan ibunya. Namun, Aline berjanji akan menjelaskan secara perlahan.Hari mulai malam. Aline sebenarnya bimbang. Pikirannya ingin menginap di hotel saja. Tapi hatinya ingin kembali ke rumah yang pernah ia tempati dulu. Sudah lama tidak berkunjung. Terlebih tiga bulan ini ditinggal pemiliknya.Aline jadi penasaran akan keadaan rumah yang sekarang tak berpenghuni itu.Sampai di rumah, hanya lampu teras saja yang hidup. Aline lalu membuka kunci pintu dan menghidupkan sake

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Fakta Sesungguhnya

    Aline memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halamannya. Itu karena acara peluncuran novel Mikha dilaksanakan esok lusa.Sungguh, Aline masih terkejut atas pertemuan mereka tadi. Tak menyangka jika penulis yang ia temui adalah pujaan hati mantan suaminya."Ibu!!" Seru Envier masuk ke kamar Aline."Ada apa Envier?""Telpon ayah, bu. Envier kangen!""Memang ayah nggak nelpon kamu hari ini?"Envier menggeleng. "Nggak."Aline menghela nafas. "Mungkin ayah sibuk, nak.""Envier kangen, bu." Envier cemberut."Sama nenek aja, ya.." ucap Aline. Dia sendiri tak mungkin menghubungi mantan suaminya. Selain karena telah menghapus nomor ponsel Alan. Aline juga tak ingin berhubungan lagi dengan mantan suaminya.Sambil menghentakkan kaki, Envier keluar dari kamar ibunya dan memburu sang nenek. Tak lama, Emma datang ke kamarnya."Aline! Anak-anakmu ini r

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Bertemu Penulis

    Hampir 3 bulan Alan pindah. Selama itu juga tak ada lagi komunikasi antar mereka. Alan hanya bisa menghubungi anak-anaknya melalui mertuanya saja. Itu karena Aline yang sepertinya tak ingin lagi berhubungan dengan mantan suaminya.Sebenarnya bukan tak ingin berhubungan. Lebih tepatnya menghindar.Aline tak menyangkal jika rasa sakit hati itu masih ada.Aline bagaikan pelarian bagi Alan saat pria itu ditinggalkan cinta pertamanya. Selama tujuh tahun hanya Aline yang cinta sendirian. Rasanya sudah seluruh bahasa cinta diberikannya tapi Alan tak bergeming.Ujungnya, Alan mengaku masih mencintai wanita lain. Apa tidak sakit hati Aline mendengarnya.Dicoba untuk ikhlas, merelakan Alan menikah dengan cintanya agar Aline bisa dianggap oleh keluarga Alan. Rupanya malah menjadi bumerang untuk dirinya. Keluarga Alan terutama Puri tetap mencemoohnya. Menghinanya. Mengganggap Aline sebagai benalu di hubungan Alan dan Mikha.Seringk

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Pindah Tugas

    Untuk sesaat sepasang mata itu saling memandang. Rasa keterkejutan, rindu yang membuncah tersimpul dalam tatapan mata yang dalam memandang.Aline yang sudah satu tahun tak ditemuinya. Kini telah menjadi wanita matang yang mempesona. Tubuhnya lebih berisi. Kulit putihnya kontras dengan pipinya yang merah.Alan masih ingat dulu dia mempersunting Aline saat masih berusia 23 tahun. Kini wanita ini sudah masuk ke awal usia 30 tahunan yang membuatnya begitu menawan.Sedangkan Aline, ada percikan rasa penasaran dalam hatinya. Benarkah itu Alan mantan suaminya? Sepertinya dia kehilangan banyak berat badan. Tubuhnya layu dengan sorot mata yang sayu. Seperti ada beban berat yang dipikulnya.Emma perlahan menyingkir untuk memberi ruang kepada Alan dan Aline untuk berbincang sebentar.Tak lama ia muncul kembali dengan membawa dua buah cangkir teh ke teras. Kebetulan Aline tidak mengajak Alan masuk ke rumahnya. Hanya sebatas di teras rumah k

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Anonim

    Aline menepuk pinggangnya yang mulai terasa pegal. Sudah tiga jam dia duduk di depan canvas memainkan kuasnya. Lukisannya baru setengah jalan. Sesuai pesanan, pemesan ingin besok pagi lukisannya dikirim."Semangat, Aline!" Gumam Aline menyemangati dirinya sendiri.Pesanan dari anonim untuk ke empat kalinya.Awalnya Aline iseng memasukan hasil karyanya di situs penjualan online. Lukisan abstrak dan juga lukisan surealis. Butuh waktu dua bulan, lukisannya di notis. Akhirnya, ada yang memesan lukisannya.Namun yang memesan, memberi namanya sendiri "Anonim". Aline sempat ragu, takutnya ia ditipu. Tapi setelah si anonim membayar lukisannya. Aline jadi tak ragu lagi.Pembayaran juga melalui situs penjualan online tersebut. Jadi gaji Aline hasil menjual lukisan di transfer oleh situs tersebut. Jadi, ia tak tahu siapa nama asli si Anonim sebenarnya. Tugasnya hanya menerima pesanan dan menjual seperti request pembeli.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status