Arjuna bingung. Ibunya sudah mencari ke seluruh kota di negeri ini, bahkan sampai jauh ke pelosok, ayahnya tidak ditemukan.
Orang-orang kepercayaan ibunya sampai sekarang belum berhenti mencari pria eksekutif itu dengan modal sketsa wajahnya. Dalam bingungnya, Arjuna pergi menemui arkeolog terkenal di kotanya. Arkeolog itu memeriksa kujang emas dengan kaca pembesar. Kemudian ia berkata, "Mahakarya yang sangat sempurna, tiada cacat sama sekali. Anda mendapatkan dari mana? Orang itu bodoh sekali menjualnya." "Apa keistimewaan kujang itu?" tanya Arjuna. "Selain terbuat dari emas murni." Kujang emas itu petunjuk yang tertinggal dalam skandal cinta satu malam. Ibunya menemukan kujang itu tergeletak di meja saat terbangun keesokan harinya. "Kujang emas ini peninggalan abad enam belas jika dilihat dari motifnya," kata arkeolog. "Senjata pusaka kasta ksatria." "Profesor tahu berapa nilainya?" "Kujang ini tak ternilai. Kau tinggal sebutkan harga, mereka langsung mengeluarkan uang." Ayahnya berarti seorang kolektor seni yang kaya raya. Tidak banyak orang yang mempunyai kegemaran gila di negeri ini. Di kepalanya mulai muncul beberapa tokoh publik dan konglomerat. Ia cukup dekat dengan mereka. Tapi belum masuk kategori gila barang antik. "Kau punya alamat kolektor seni terkemuka dan eksentrik di negeri ini?" "Tentu saja. Mereka sering meminta pendapatku. Tapi buat apa kau tanyakan alamat mereka? Kau mau menjual kujang ini?" "Kau bilang tak ternilai, aku bingung menetapkan harganya." "Jangan dijual di bawah lima ratus miliar." Daftar nama mulai mengerucut, bahkan mengabur, konglomerat eksentrik dan kurang waras saja yang berani mengeluarkan uang sebanyak itu, rasanya belum ada di bumi nusantara. Barangkali juga ayahnya seorang arkeolog, ia sedang merayakan penemuan benda bersejarah malam itu di hotel yang sama. "Dua puluh lima tahun silam, apakah ada arkeolog yang mengadakan eksplorasi untuk mengetahui kehidupan rakyat Pasundan di masa lampau?" "Ada beberapa, hingga sekarang belum selesai, tapi aku belum pernah mendengar kabar tentang penemuan kujang pusaka ini." Barangkali belum dilaporkan dalam jurnal ilmiah, pikir Arjuna, kujang emas keburu hilang, tertinggal di kamar hotel. Ayahnya pasti mencari kujang itu, atau terpaksa merelakan karena takut bertanggung jawab. Arjuna bukan hanya menemui arkeolog terkemuka itu, ia mendatangi beberapa arkeolog lagi, tapi semua mengecewakan. "Lalu kujang ini berasal dari mana kalau kalian tidak pernah mendengar beritanya?" keluh Arjuna. "Aku sarankan anda datang ke beberapa alamat ini," kata arkeolog terakhir. "Aku yakin kujang ini bukan milik mereka, tapi mereka kenal kolektor mancanegara." Arjuna menjumpai beberapa nama yang diberikan, namun mereka membuat dirinya muak. Mereka menganggap kujang itu ilegal karena tidak memiliki surat keterangan. Seorang kolektor bahkan mencurigai Arjuna membeli barang curian. "Kau tahu siapa aku," gerutu Arjuna jengkel. "Bagaimana mungkin aku menyimpan barang curian?" Kolektor terakhir yang ditemui adalah presiden komisaris Nagasoka Grup. Pria separuh baya itu ayahnya Ulupi, teman SMA-nya. Nagasoka juga tidak tahu pemilik kujang emas itu, bahkan pengetahuan tentang barang antik payah sekali, pantas saja arkeolog itu melingkari namanya. "Aku harus mencari ke mana lagi pemilik kujang ini?" keluh Arjuna. "Apakah ayahku berasal dari negeri jiran?" Arjuna tidak mungkin berterus terang kepada mereka. Ia sudah terbiasa menikmati rasa hormat. Ia mengaku kujang itu ditemukan di meja kerja. Arjuna pasti kesulitan mencari calon istri dari keluarga bangsawan jika mereka tahu kujang emas adalah pembayaran secara tak langsung atas kenikmatan yang didapat dari ibunya, "Aku kira ada pengagum rahasia memberi hadiah ulang tahun secara diam-diam," kata Ulupi. "Ia ingin membuatmu penasaran." Arjuna enggan melayani percakapan soal pengagum rahasia, sebuah pepesan kosong dari cerita recehnya. Tapi ia sudah memperoleh gambaran kalau ayahnya bukan orang biasa. "Kau masih ingat Lesmana?" tanya Ulupi. "Sejak SMA hobi memburu ghost, sekarang jadi cenayang terkenal, followers-nya jutaan, barangkali ia bisa membantu." Lesmana jadi obyek bullying di kelas, ia sekolah di SMA internasional tapi tiap hari berinteraksi dengan hantu lokal, barangkali karena wajahnya rusak mirip hantu. "Kapan kau ada waktu untuk mengantarku ke rumahnya?" Arjuna sudah kehabisan alamat untuk mencari informasi, barangkali Lesmana dapat memberi petunjuk melalui penerawangannya. "Aku kasih alamat rumahnya. Aku tidak bisa mengantar, ada agenda penting siang ini." "Sepenting apa schedule itu sampai tidak sempat menolong teman SMA mu?" tanya Arjuna. "Aku kira acara sama circle bestie bisa di cancel." Arjuna tahu kenapa Ulupi keberatan mengantar, ia kuatir terjebak CLBK. Dari sinar matanya, masih ada serpihan masa lalu yang tertinggal. Arjuna adalah pacar pertama Ulupi sejak mengenal cinta. Berumur tiga bulan saja. Cinta anak SMA adalah cinta labil. Gampang patah tertipu angin. Mereka sekarang sudah memiliki pasangan. Arjuna tidak merasa terganggu dengan keadaan itu. "Aku ingin menjaga perasaan calon istrimu," kata Ulupi dalam perjalanan ke rumah Lesmana. "Calon suamiku sih gak masalah." "Citra bukan perempuan posesif," sahut Arjuna. "Jadi aku bebas pergi dengan siapa saja." "Juga pergi sama mantan?" "Kamu terlalu indah untuk jadi mantan."Srikandi perang tergolek lemas di atas rumput. Matanya tampak sayu. Ia mengalami guncangan hebat setelah menyadari apa yang terjadi. Mengapa ia sampai berhalusinasi bercinta dengan seorang ksatria gagah dan tampan? Padahal ksatria pemburu saja enggan bercinta dengannya kalau tak diiming-imingi ringgit. Kemarahan membakar hati srikandi perang. Namun ia sulit bergerak untuk membunuh kingkong yang berdiri penuh kepuasan itu. Tenaganya habis terkuras melayani nafsu binatang itu, ia mungkin sudah mati kalau saja tak mengalir energi aneh dari persenggamaan itu. "Berisik!" sergah Arjuna saat Kong belum berhenti juga dengan erangannya. "Binatang saja muak mendengar eranganmu! Kau ingin membuat kupingku pekak?" Kong berhenti mengerang. Kemudian merapikan jubah dan mendatangi Arjuna yang duduk menunggu di akar besar. "Wangsit palsu itu sungguh memanjakan dirimu," gerutu Arjuna jengkel. "Aku tidak melihat perubahan pada dirimu, selain basah di bawah." "Kau...perhatikan...
Permainan pedang srikandi perang sangat hebat, dikombinasikan dengan tendangan dewa yang mengandung chi penuh. Tapi musuh yang dihadapi bukan makhluk bumi, tokoh sakti dari langit yang terkena kutukan. Dalam satu kesempatan Kong berhasil menangkap kaki srikandi perang, ia memutar kaki gempal itu dan mendorongnya. Srikandi perang jatuh terhempas. Kong segera menotok saraf motoriknya, komandan pasukan pemburu itu merasa seluruh ototnya lemas, tak kuasa bangun. "Bedebah!" geram srikandi perang. "Lepaskan totokanmu!" Kong segera membawa srikandi perang ke bawah pohon rindang. Pimpinan ksatria pemburu itu mendelik tanpa kuasa untuk melepaskan diri. Srikandi perang sulit melepaskan diri dari totokan, ia curiga kingkong itu binatang dari langit, totokannya sangat berbeda. Kong membaringkan srikandi perang di atas daun mati. Wanita bertubuh gembrot itu semakin deras memaki. "Jahanam! Apa yang hendak kau lakukan?" Kong segera mempreteli rok zirah srikandi perang. "Antara melaksanakan
Pasukan pemburu bertumbangan kena amuk naga sakti. Pedang mereka tidak mempan untuk melukai, kulit naga seakan membal. Para ksatria itu jadi bulan-bulanan naga sakti. Kematian adalah akhir dari perlawanan mereka, tak satu pun tersisa. Ksatria berjubah biru yang sedang menghadapi Arjuna tampak gentar menyaksikan semua kawannya tewas secara mengenaskan. "Jadi kau pewaris pedang mustika manik?" tanya ksatria berjubah biru. "Bagaimana manusia seperti dirimu terpilih jadi ksatria perang? Kau lebih cocok jadi pangeran dengan dikelilingi puteri cantik jelita, gerakanmu terlalu lembut untuk memainkan pedang." Keunikan ilmu pedang kuno yang dimiliki Arjuna adalah laksana penari memainkan pita, terlihat kurang bertenaga, menitikberatkan pada keseimbangan energi, selaras dengan ilmu tai chi yang dipelajarinya. Sekali terkena pukulan, organ tubuh dalam akan remuk. Pedang di tangan musuh akan terbabat putus dengan aliran chi lebih besar. Ksatria berjubah biru tidak menyadari bahaya itu
"Aku ada masalah dengan kejujuran perempuan." Arjuna ingin menyindir Dara Hiti. Empat Iblis Hitam tidak ada maksud jahat kepada dirinya. Mereka hanya ingin mencari perlindungan. Kong seakan siap jadi pelindung mereka, padahal Arjuna mesti turun tangan kalau ia mendapat kesulitan. Mereka ingin memanfaatkan dirinya lewat binatang murah hati itu. Kong takkan mampu mengatasi pasukan pemburu meski dibantu Empat Iblis Hitam. Kemampuan lawan sangat tinggi. Ilmu dewa yang tersisa hanya kemampuan berlari yang luar biasa. "Kapan aku pernah berbohong kepadamu?" tanya Dara Hiti. "Aku pergi ke timur bukan ingin kabur, aku mengambil jalan memutar untuk pergi ke kastil selatan." "Mengambil jalan memutar itu ke tenggara bukan ke timur." Empat Iblis Hitam sebetulnya ingin pergi ke perbatasan Jepara, mereka ingin menunggu perkembangan di Batulayang. Kampung itu jadi daerah paling bergejolak setelah istri Bairawa terbunuh oleh pasukan Senopati Aryaseta. Penyerbuan ke kasti
Dara Hiti melompat ke udara dan berguling beberapa kali lalu mendarat di dekat Arjuna. Dara Hiti bertanya untuk memastikan, "Kau serius?" Arjuna balik bertanya, "Bukankah kau sudah menyatakan bersedia jadi wanita penghibur? Alangkah baiknya ada pembuktian terlebih dahulu." Dara Hiti tersenyum manis. "Kau keliru kalau ingin menguji diriku dengan melepas kegadisan ku. Siapa pikirmu yang sudi menolak permintaan ksatria tertampan di muka bumi?" Srikandi perang membentak Arjuna, "Siapa kau? Jangan meminta Dara Hiti untuk melakukan perbuatan yang dikecam para dewata! Empat Iblis Hitam bukan ditakdirkan untuk dirimu!" "Nah, aku menginginkan dirimu jadi budak nafsu sahabatku!" "Raja Langit pasti murka! Aku lebih-lebih!" Kong keluar dari arena pertarungan dengan jungkir balik di udara, lalu berdiri di hadapan Arjuna. Dengan bahasa isyarat Kong bertanya, apa maksud Arjuna meminta srikandi perang menjadi budak nafsu? Ia menolak memberi pertunjukan spektakuler secara gratis
Arjuna memuji kecerdikan Dara Hiti memancing emosi srikandi perang. Ia memanfaatkan dirinya untuk mengeksploitasi suasana. "Aku tahu kau tak pernah berniat menjadi guifei," kata Arjuna pelan. "Kau kira segampang itu berdusta padaku." Arjuna sebenarnya menginginkan Empat Iblis Hitam jadi istri Kong. Barangkali kerelaan mereka jadi istri akan membebaskan dewa kelamin dari kutukan. Satu-satunya cara untuk membebaskan kutukan abadi dengan membuat murka pencipta kutukan itu, di mana terjadi perkawinan manusia dengan binatang. Dewi cinta pasti didesak untuk mencabut kutukannya. Kong bukan pembangkang Raja Langit, ia terjebak situasi akibat kelalaian istrinya. "Ironis sekali," keluh Arjuna. "Dewi cinta sibuk mengatur asmara di bumi tapi asmaranya sendiri ambyar." Kong berusaha keluar dari situasi rumit dengan cara biasa di bumi tapi luar biasa di langit. Ia mencoba memahami situasi lewat asmara dewi lain. Kong terlibat cinta segitiga dengan dewi kelamin, dan banyak berbuat sk