"Aku tidak tahu siapa bapakmu!"
Dewi Priti sudah habis kesabaran menghadapi pertanyaan Arjuna sejak TK hingga sekarang sudah menjadi CEO. Arjuna hampir setiap hari bertanya sewaktu TK karena melihat teman-temannya diantar jemput ayahnya, sedangkan ia diantar jemput ibunya. Sekarang persoalan semakin besar saat Arjuna hendak melamar Citrangada, keluarga bangsawan itu meminta ia datang bersama ayahnya, sehingga acara lamaran ditunda bulan depan. "Aku tidak pernah bertemu lagi sejak malam terkutuk itu!" Dua puluh lima tahun silam, Dewi Priti dan beberapa teman SMA mengadakan pesta kelulusan di sebuah diskotik, minumannya ada yang membubuhi obat perangsang, ia meminta seorang eksekutif muda yang bertemu di koridor hotel untuk membebaskan hasrat yang menggila. Cinta satu malam itu menimbulkan bencana dengan kehadiran janin di perutnya, sehingga ia diasingkan ke pelosok untuk menjaga kehormatan keluarga. Dewi Priti sudah putus asa mencari pria itu, semua pegawai hotel ditemui, bahkan ia mendatangi semua alamat tamu pria yang menginap malam itu, tapi tak ditemukan. "Carilah calon istri yang tidak peduli siapa ayahmu!" kata Dewi Priti kesal. "Perempuan bukan hanya anak ningrat itu!" Arjuna terduduk lemas di sofa beludru. Ia sulit memahami hingga kini, bagaimana keluarganya sampai kehilangan jejak padahal mereka mempunyai banyak relasi. Arjuna jadi meragukan cerita itu. Ia curiga ibunya terlibat pesta cinta dengan banyak laki-laki, sehingga bingung siapa yang mesti bertanggung jawab. Ibunya menolak tes DNA karena bersikeras hanya berhubungan dengan satu laki-laki tak dikenal. Barangkali pelacur pria karena namanya tak terdaftar di front office. "Citra adalah cintaku," ujar Arjuna. "Aku hidup bersamanya atau jadi jomblo selamanya." Mereka sudah empat tahun pacaran, sejak bertemu di Boston sesama mahasiswa program master, dan rintangan besar datang saat ia hendak melamarnya. Citrangada adalah pewaris tunggal dinasti Angada, pengusaha besar di Jakarta, jadi wajar ingin tahu latar belakang calon menantu secara jelas. Ia tidak butuh harta, ia butuh kehormatan. "Jangan jadi laki-laki bodoh," tegur Dewi Priti. "Banyak perempuan antri di belakang Citra, berdarah biru juga!" "Lalu kenapa Ibu hidup sendiri? Padahal banyak lelaki datang melamar, lebih dari sekedar eksekutif muda yang menyebabkan aku lahir ke dunia." Dewi Priti belum menikah sampai sekarang karena sudah bersumpah untuk menemukan siapa ayah anaknya, ia butuh kejelasan. Dewi Priti menginginkan Arjuna diakui sebagai klan Kartawirya. Ia sedih melihat putranya dicampakkan sebagai cucu. Tapi eksekutif muda itu seolah hilang ditelan bumi, ia menjadi tamu gelap hotel bintang lima itu, sehingga jejaknya sulit ditelusuri. "Tidak ada cinta antara aku dan bapakmu," kata Dewi Priti. "Kau lahir dari kesalahan satu malam." "Aku tidak membenci Ibu seandainya lahir dari banyak lelaki, aku hanya ingin tahu siapa bapakku, sebutkan satu nama saja. Aku bukan ingin diakui calon menantu klan Angada saja, untuk diakui klan Kartawirya juga." "Jangan menghina ibumu sekeji itu!" kata Dewi Priti tersinggung. "Aku tidak pernah berhubungan dengan pria selain ayahmu!" "Bagaimana Ibu dapat menyebut ayahku sementara namanya saja tidak tahu? Beruntung Ibu banyak uang, semua orang menaruh hormat. Aku bikin KTP saja sulit kalau Ibu miskin." "Kau ditolak Angada karena tidak mendengarkan omonganku!" "Angada tidak menolak, ia memintaku datang bersama bapak, bukan bersama Bugatti dan sekeranjang uang." "Apa susahnya bilang ayahmu sudah meninggal? Gak ribet kan urusannya?" "Aku memilih ribet ketimbang mengatakan hal di mana Ibu sendiri tidak tahu." Arjuna terpaksa menunda keinginannya untuk lamaran. Ada waktu sebulan untuk mencari ayahnya, ia beralasan orang tuanya berada di luar negeri dan baru bisa pulang bulan depan. "Kau sebutkan siapa nama bapakmu?" tanya Dewi Priti. "Aku tidak memiliki nama saat itu, dengan alasan mesti dirahasiakan," jawab Arjuna. "Angada mengira bapakku agen mata-mata." Kebohongan Arjuna mempertaruhkan hubungannya dengan Citrangada. Ia harus menemukan ayahnya terlebih dahulu baru memikirkan cinta mereka. Angada pasti sulit menerima punya menantu anak haram, berderet keluarga berdarah biru ingin menjadi besannya, pengusaha juga. Arjuna terlalu gegabah meminta waktu satu bulan, padahal ia belum mengetahui siapa ayahnya, entah masih hidup entah sudah tiada. "Citra bagaimana?" tanya Dewi Priti. "Apakah ia sudi menerima dirimu seandainya tidak punya ayah?" "Ia hanya melihat cintaku." "Kau bawa saja Lukas ke rumahnya bulan depan." Lukas adalah manajer rumah yang sudah bekerja sejak Arjuna belum lahir, kesetiaannya tidak disangsikan lagi. Ia mantan asisten kakeknya. Lukas menemani ibunya selama di pengasingan, ia mengurus segala keperluan hingga melahirkan. Kemudian ibunya pindah ke Jakarta dan meraih kesuksesan. Arjuna sempat curiga Ibu ada affair dengan Lukas sehingga kakek murka dan mengusir mereka. Namun semua terbantahkan setelah tes DNA. "Haruskah aku berbohong untuk mahligai yang mulia?" "Kau sudah berbohong, maka teruskanlah kebohonganmu untuk menyelamatkan cintamu." "Aku tidak berbohong, ayahku berada di negeri lain adalah masuk akal sebab di negeri sendiri tidak ditemukan." "Kau mau mencari ayahmu ke mana?"Srikandi perang tergolek lemas di atas rumput. Matanya tampak sayu. Ia mengalami guncangan hebat setelah menyadari apa yang terjadi. Mengapa ia sampai berhalusinasi bercinta dengan seorang ksatria gagah dan tampan? Padahal ksatria pemburu saja enggan bercinta dengannya kalau tak diiming-imingi ringgit. Kemarahan membakar hati srikandi perang. Namun ia sulit bergerak untuk membunuh kingkong yang berdiri penuh kepuasan itu. Tenaganya habis terkuras melayani nafsu binatang itu, ia mungkin sudah mati kalau saja tak mengalir energi aneh dari persenggamaan itu. "Berisik!" sergah Arjuna saat Kong belum berhenti juga dengan erangannya. "Binatang saja muak mendengar eranganmu! Kau ingin membuat kupingku pekak?" Kong berhenti mengerang. Kemudian merapikan jubah dan mendatangi Arjuna yang duduk menunggu di akar besar. "Wangsit palsu itu sungguh memanjakan dirimu," gerutu Arjuna jengkel. "Aku tidak melihat perubahan pada dirimu, selain basah di bawah." "Kau...perhatikan...
Permainan pedang srikandi perang sangat hebat, dikombinasikan dengan tendangan dewa yang mengandung chi penuh. Tapi musuh yang dihadapi bukan makhluk bumi, tokoh sakti dari langit yang terkena kutukan. Dalam satu kesempatan Kong berhasil menangkap kaki srikandi perang, ia memutar kaki gempal itu dan mendorongnya. Srikandi perang jatuh terhempas. Kong segera menotok saraf motoriknya, komandan pasukan pemburu itu merasa seluruh ototnya lemas, tak kuasa bangun. "Bedebah!" geram srikandi perang. "Lepaskan totokanmu!" Kong segera membawa srikandi perang ke bawah pohon rindang. Pimpinan ksatria pemburu itu mendelik tanpa kuasa untuk melepaskan diri. Srikandi perang sulit melepaskan diri dari totokan, ia curiga kingkong itu binatang dari langit, totokannya sangat berbeda. Kong membaringkan srikandi perang di atas daun mati. Wanita bertubuh gembrot itu semakin deras memaki. "Jahanam! Apa yang hendak kau lakukan?" Kong segera mempreteli rok zirah srikandi perang. "Antara melaksanakan
Pasukan pemburu bertumbangan kena amuk naga sakti. Pedang mereka tidak mempan untuk melukai, kulit naga seakan membal. Para ksatria itu jadi bulan-bulanan naga sakti. Kematian adalah akhir dari perlawanan mereka, tak satu pun tersisa. Ksatria berjubah biru yang sedang menghadapi Arjuna tampak gentar menyaksikan semua kawannya tewas secara mengenaskan. "Jadi kau pewaris pedang mustika manik?" tanya ksatria berjubah biru. "Bagaimana manusia seperti dirimu terpilih jadi ksatria perang? Kau lebih cocok jadi pangeran dengan dikelilingi puteri cantik jelita, gerakanmu terlalu lembut untuk memainkan pedang." Keunikan ilmu pedang kuno yang dimiliki Arjuna adalah laksana penari memainkan pita, terlihat kurang bertenaga, menitikberatkan pada keseimbangan energi, selaras dengan ilmu tai chi yang dipelajarinya. Sekali terkena pukulan, organ tubuh dalam akan remuk. Pedang di tangan musuh akan terbabat putus dengan aliran chi lebih besar. Ksatria berjubah biru tidak menyadari bahaya itu
"Aku ada masalah dengan kejujuran perempuan." Arjuna ingin menyindir Dara Hiti. Empat Iblis Hitam tidak ada maksud jahat kepada dirinya. Mereka hanya ingin mencari perlindungan. Kong seakan siap jadi pelindung mereka, padahal Arjuna mesti turun tangan kalau ia mendapat kesulitan. Mereka ingin memanfaatkan dirinya lewat binatang murah hati itu. Kong takkan mampu mengatasi pasukan pemburu meski dibantu Empat Iblis Hitam. Kemampuan lawan sangat tinggi. Ilmu dewa yang tersisa hanya kemampuan berlari yang luar biasa. "Kapan aku pernah berbohong kepadamu?" tanya Dara Hiti. "Aku pergi ke timur bukan ingin kabur, aku mengambil jalan memutar untuk pergi ke kastil selatan." "Mengambil jalan memutar itu ke tenggara bukan ke timur." Empat Iblis Hitam sebetulnya ingin pergi ke perbatasan Jepara, mereka ingin menunggu perkembangan di Batulayang. Kampung itu jadi daerah paling bergejolak setelah istri Bairawa terbunuh oleh pasukan Senopati Aryaseta. Penyerbuan ke kasti
Dara Hiti melompat ke udara dan berguling beberapa kali lalu mendarat di dekat Arjuna. Dara Hiti bertanya untuk memastikan, "Kau serius?" Arjuna balik bertanya, "Bukankah kau sudah menyatakan bersedia jadi wanita penghibur? Alangkah baiknya ada pembuktian terlebih dahulu." Dara Hiti tersenyum manis. "Kau keliru kalau ingin menguji diriku dengan melepas kegadisan ku. Siapa pikirmu yang sudi menolak permintaan ksatria tertampan di muka bumi?" Srikandi perang membentak Arjuna, "Siapa kau? Jangan meminta Dara Hiti untuk melakukan perbuatan yang dikecam para dewata! Empat Iblis Hitam bukan ditakdirkan untuk dirimu!" "Nah, aku menginginkan dirimu jadi budak nafsu sahabatku!" "Raja Langit pasti murka! Aku lebih-lebih!" Kong keluar dari arena pertarungan dengan jungkir balik di udara, lalu berdiri di hadapan Arjuna. Dengan bahasa isyarat Kong bertanya, apa maksud Arjuna meminta srikandi perang menjadi budak nafsu? Ia menolak memberi pertunjukan spektakuler secara gratis
Arjuna memuji kecerdikan Dara Hiti memancing emosi srikandi perang. Ia memanfaatkan dirinya untuk mengeksploitasi suasana. "Aku tahu kau tak pernah berniat menjadi guifei," kata Arjuna pelan. "Kau kira segampang itu berdusta padaku." Arjuna sebenarnya menginginkan Empat Iblis Hitam jadi istri Kong. Barangkali kerelaan mereka jadi istri akan membebaskan dewa kelamin dari kutukan. Satu-satunya cara untuk membebaskan kutukan abadi dengan membuat murka pencipta kutukan itu, di mana terjadi perkawinan manusia dengan binatang. Dewi cinta pasti didesak untuk mencabut kutukannya. Kong bukan pembangkang Raja Langit, ia terjebak situasi akibat kelalaian istrinya. "Ironis sekali," keluh Arjuna. "Dewi cinta sibuk mengatur asmara di bumi tapi asmaranya sendiri ambyar." Kong berusaha keluar dari situasi rumit dengan cara biasa di bumi tapi luar biasa di langit. Ia mencoba memahami situasi lewat asmara dewi lain. Kong terlibat cinta segitiga dengan dewi kelamin, dan banyak berbuat sk