Home / Romansa / Mengejar Cinta Suami Dinginku / Sengaja Mancing-Mancing

Share

Sengaja Mancing-Mancing

last update Last Updated: 2025-07-05 19:56:50

Qiana mengenakan hot pants hitam super pendek yang nyaris tidak terlihat dari sudut tertentu, dan crop top putih tanpa lengan yang memperlihatkan bahu jenjang serta perut rampingnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai.Wajahnya terlihat polos tanpa make-up, kecuali skincare malam yang tadi ia pakai di kamar mandi.

Tapi aura centilnya tampak ON maksimal.

Qiana membuka pintu kamar mandi perlahan, lalu melangkah ringan menuju sisi tempat tidur. Ia mengibaskan rambutnya pelan, seolah tak sadar sedang menarik perhatian secara masif.

Zayn, yang semula fokus mengetik, tiba-tiba berhenti. Matanya melirik cepat. Dan detik itu juga... jantungnya sempat ingin lompat keluar.

Pandangan pertama langsung mendarat ke arah kaki jenjang Qiana. Lalu naik ke paha terbuka, lalu—langsung buru-buru dialihkan ke layar laptop lagi.

Tapi wajahnya... jelas memanas.

Qiana pura-pura gak sadar. Ia duduk di atas kasur sambil mengangkat satu kaki, lalu mulai mengoleskan body lotion ke kakinya. Gerakannya pelan. Men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Zayn slalu jaga jarak sm istri tp gk prnh berjarak dr mantan terindah, tkt gk terkontrol dkt Qiana tp slalu loss control klo sm Diandra dipeluk trs tnpa nolak mlh mkin nyaman dlm pelukan mantan huft
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Qiana Tabrakan

    “Qia... kamu oke?"Qiana hanya menggeleng lemah. “Gak apa... cuma butuh istirahat bentar.”Danu jongkok di depannya, menatap Qiana lebih serius. “Kamu sakit?"Santi yang baru saja selesai merapikan berkas, ikut melirik ke arah mereka. Ia berdiri canggung beberapa detik, seperti ragu untuk menghampiri, tapi akhirnya melangkah pelan.“Qia…” Suara Santi kali ini terdengar lebih pelan, tidak setegang biasanya.Qiana mendongak sedikit. “Kenapa, San?”Santi diam beberapa detik, lalu berkata dengan suara lirih, “Maaf.”Danu yang mendengar itu langsung menoleh cepat ke arah Santi. Bahkan Qiana sendiri terlihat cukup kaget.“Sorry ya, aku terlalu maksa kamu dua hari ini,” lanjut Santi sambil menunduk sedikit. “Aku cuma… takut aja presentasi kita gagal.”Qiana menatapnya kosong beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Gak apa-apa, San. Aku ngerti kok. Emang salahku juga terlalu santai di awal dan kurang bantu kalian.”Santi menghela napas lega, meski ekspresi bersalahnya belum benar-be

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Sakit

    “Belum selesai juga?”Qiana mendongak kaget.Santi berdiri di sana. Tangan menyilang di dada, ekspresi judes jelas terpampang di wajahnya.Qiana menelan ludah tipis. “Belum. Aku lagi cek ulang. Ada beberapa yang harus aku revisi.”Santi melangkah lebih dekat, tatapannya tajam. “Presentasinya besok, Qia. Jangan lupa!”“Iya. Aku tau.”"Ingat ya! Bagian kamu ini yang paling penting. Akh gak mau dapat nilai buruk besok," Nada bicara Santi terdengar dingin.Qiana hanya diam, menahan kata-kata. Ia sudah cukup lelah untuk berdebat.“Aku cek hasil akhirnya nanti malam. Jangan kasih alasan kamu kecapean atau sibuk sama urusan rumah tangga. Itu masalah kamu, bukan tim.”Qiana mengepalkan tangannya di bawah meja. “Iya.”Santi mendengus pelan, lalu berjalan pergi begitu saja tanpa tambahan kata. Seolah tak peduli pada sisa semangat yang Qiana coba pertahankan.Qiana menarik napas panjang, berusaha tidak menangis. Setelah Santi pergi, ia memandang layar laptopnya lagi.Ia kembali menunduk, mempe

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Sedikit Oleng

    “Qiana!!!" Kali ini lebih tegas. Gadis itu terkejut, langsung menoleh, matanya tampak merah dan berkaca-kaca karena terlalu lama menahan kantuk. “Kak Zayn? Kamu kebangun?" “Kamu kenapa tidur di sini?” Suara Zayn terdengar datar tapi jelas. Qiana menggeleng lemah. “Tugasnya belum selesai.” “Besok kan bisa dilanjut?" Qiana terdiam. Nafasnya terengah. “Tugas ini penting, Kak Zayn. Aku gak mau dikatain beban Kelompok." Zayn memejamkan mata sebentar, sebelum akhirnya berkata, "Cepat selesai kan dan tidur!" Qiana mengangguk lagi. Ia hanya memberikan kedua jempolnya ke arah Zayn sebelum lanjut mengerjakan tugasnya. *** Zayn tidak ingat pasti dia terbangun jam berapa. Yang jelas, cahaya matahari pagi sudah menyelinap dari sela tirai ketika ia membuka matanya. Kepalanya masih sedikit berat, mungkin karena tidur terlalu larut. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur, melangkah keluar kamar dan tertegun. Ruang tamu sudah kosong. Laptop di meja sudah menghilang. Tumpukan kertas yang se

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Apa-Apaan Ini?

    "Apa lagi ini…?”Belum sempat ia berkata lebih, suara langkah kecil terdengar dari arah dapur.“Kak Zayn?” panggil Qiana pelan. Tak lama, sosok gadis itu muncul sambil membawa segelas kopi susu di tangan kanan. Rambutnya terikat asal-asalan, wajahnya tampak lelah, namun ia berusaha tersenyum.Zayn hanya diam memandangi istrinya itu.Qiana mendekat perlahan. “Kamu baru pulang? Aku bikin kopi susu tadi. Oh iya, kamu mau makan dulu? Atau… bersih-bersih dulu?” tanyanya dalam satu tarikan nafas.Zayn tetap berdiri di ambang pintu, menatap meja tamu, lalu menatap Qiana. Dia diam beberapa detik. Pandangan matanya sulit ditebak.“Ini… apa?” tanyanya akhirnya. Suaranya datar.Qiana ikut melirik meja tamu. “Oh… itu. Tugas kampus. Lagi dikejar deadline. ehehe." Ia nyengir.Zayn mendecih kecil. “Kenapa nggak di kamar?”“Gak bisa. Nanti kalau tugasnya belom selesai aku bisa ganggu istirahat kamu."Zayn tak langsung membalas. Dia berjalan masuk perlahan, meletakkan tasnya di sofa, lalu berdiri mema

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Dasar Beban!

    Di sisi lain, di kampus Nusa Bangsa, Qiana duduk termenung di salah satu sudut kafe kecil dekat gedung fakultas. Di depannya berserakan buku catatan, laptop, dan beberapa kertas tugas yang sudah penuh coretan. Tangannya menopang dagu, sementara mata bulatnya menatap layar kosong laptop dengan tatapan frustrasi.“Qia! Kamu yang fokus dong! Kita kan mau submit sore ini,” keluh Santi, teman sekelompoknya.Qiana hanya menghela napas pelan. “Iya, iya… sorry.”“Sorry melulu. Nih liat, tabel analisis bisnis kita masih ngaco. Kamu yang bagian ngisi itu, kan? Gimana sih?” sambung teman satunya, Danu.Qiana memejamkan mata beberapa detik, lalu memaksakan senyum tipis. “Maaf ya… otakku lagi kebagi dua.”“Kenapa? Masalah rumah tangga?" Santi melirik.Qiana diam sejenak.Sementara Santi langsung melipat tangannya di dada sambil memasabg raut kesal. "Gak usah bawa-bawa urusan pribadi deh, Qia. Tugas kita ini sudah mepet deadline. Kalau kamu gak profesional di dalam tim, mending kamu cabut cari tim

  • Mengejar Cinta Suami Dinginku   Qiana Lagi... Qiana Lagi...

    “Oke. Kita follow-up itu. Kalau perlu, minggu depan langsung jalan. Kebetulan saya ada beberapa kenalan di sana. Ya kan Dokter Zayn?” tanya Pak Atmaja sambil melihat ke arah putranya.Zayn sempat terdiam sepersekian detik. Otaknya memproses cepat ucapan Pak Atmaja barusan."Kampus Nusa Bangsa…?"Sialnya, itu kampus tempat Qiana kuliah. Dan lebih sial lagi, dia baru saja mendatangi tempat itu kemarin karena sang istri bertengkar dengan Maya di koridor kampus. Dia malas ke sana. Sangat malas.Tapi di hadapannya sekarang bukan sekadar ayahnya—ini atasannya. Dan sebagai profesional, dia tahu, dia tak punya ruang untuk membantah.Zayn menegakkan posisi duduknya sedikit. Ekspresinya tetap tenang, meski napasnya agak berubah.“Iya, Pak. Saya tahu kampus itu.”Pak Atmaja mengangguk puas. “Bagus. Nanti kamu bantu komunikasi awal. Minimal bicarakan teknis dan waktu pelaksanaannya.”Zayn hanya menjawab singkat. “Baik.”Padahal dalam hati, Zayn bergumam, 'Kenapa harus Nusa Bangsa dari semua temp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status