Share

Mengejar Sekretaris Kaya
Mengejar Sekretaris Kaya
Author: Tante Sinta

Bab 1

Sampai didorong keluar dari ruang operasi usai operasi evakuasi rahim, Cindy Lloyd belum juga sadar dari kehamilan dan kegugurannya yang tidak terduga.

Perawat mendorongnya kembali ke bangsal untuk mendaftar rawat inap. "Cindy dari bangsal 1703, apakah anggota keluargamu ada di sini?"

Cindy menatap langit-langit putih sembari melamun, dia tidak mendengar ucapan perawat.

Perawat berkata lagi, "Cindy, di mana anggota keluargamu?"

Perawat lain yang sedang mengatur botol infus buru-buru berbalik dan berkata, "Berikan padaku, biar kuisi. Ketika ambulans tiba, dia memberiku KTP dan kartu banknya. Dia bilang langsung didaftarkan dan bayar biaya secara langsung, dia nggak ...."

Cindy menggerakkan bibirnya sedikit untuk menyambung kata-kata perawat itu.

"Aku nggak punya keluarga."

Bau disinfektan menerpa hidungnya, dia perlahan meringkuk. Perasaan kehilangan anak menjadi makin kentara. Dia menarik napas, saat mengembuskan napas lagi, air mata pun keluar dari matanya begitu saja.

Dia keguguran.

Operasi evakuasi rahim membuat tubuh lemah, jadi Cindy terbaring sendirian di rumah sakit selama tiga hari.

Di hari keempat, Yogi Walker akhirnya meneleponnya, "Bu Cindy, apakah kamu sudah cukup bersenang-senang setelah bolos kerja berhari-hari? Datanglah ke Istana Barat kalau sudah cukup."

Terdengar suara pria yang mendesaknya untuk minum di sana, samar-samar juga ada suara wanita. Cindy menggerakkan bibirnya, mencoba mengatakan bahwa dia ada di rumah sakit.

Yogi mengulangi, "Bu Cindy!"

Dia marah.

Cindy menelan apa yang akan dia katakan, dia bahkan tidak punya waktu untuk menjalani prosedur pemulangan. Dia buru-buru naik taksi ke kelab pribadi Istana Barat, bahkan merias wajahnya dalam taksi.

Setelah keluar dari mobil, dia memakai lipstik sambil berjalan masuk, lalu bertanya kepada resepsionis, "Di ruang mana Pak Yogi dari Grup Mega?"

Staf itu mengangkat kepalanya dan terpana oleh Cindy pada pandangan pertama, dia tertegun selama tiga detik sebelum buru-buru berkata, "Pak Yogi ada di Ruang 1, aku akan mengantarmu ke sana."

Cindy mengangguk dan mengikutinya ke Ruang 1. Setelah mengetuk pintu dua kali untuk menunjukkan sikap sopan, dia membuka pintu dan langsung masuk.

Begitu masuk, dia dikejutkan oleh bau alkohol yang menyengat, membuat perutnya mual.

Sebelum sempat melihat siapa yang ada di sana, Cindy mendengar suara laki-laki itu berkata dengan nada dingin, "Bu Cindy sudah datang, biar dia yang menemani kalian minum, jangan menyusahkan gadis muda yang baru masuk kerja."

Pelanggan itu tertawa terbahak-bahak, "Bu Cindy, kenapa kamu begitu patuh? Kamu datang begitu disuruh. Lihat Pak Yogi, dia pilih kasih. Dia nggak rela staf baru mabuk, jadi dia menyuruh kamu datang minum."

Cindy melihat sekeliling untuk memahami situasi saat ini, lalu matanya tertuju pada gadis di sebelah kiri Yogi.

Cindy belum pernah melihatnya, tapi gadis itu mengenal Cindy, dia berkata dengan gugup, "Kak Cindy, maafkan aku, aku ...."

Sebelum dia selesai berbicara, Yogi menyela, "Nggak perlu meminta maaf. Kalau bukan karena dia nggak masuk kerja tanpa alasan, dia seharusnya yang datang untuk jamuan hari ini."

Siapa pun dapat mendengar kepedulian dan sikap pilih kasih Yogi dalam nada bicaranya.

Namun, Yogi yang berhati dingin mana pernah membela seseorang?

Cindy memandangi gadis itu lagi.

Dia berumur sekitar 22 atau 23 tahun, dengan rambut dikucir tinggi dan bergaun sopan. Di tempat sensual ini, dia terlihat seperti kelinci putih yang tersesat ke sarang serigala, membuat orang merasa iba.

Cindy cemberut, lalu tersenyum sambil berjalan, "Kenapa Bapak minum lagi? Hati-hati dengan levermu ...."

Sebagai Ketua Sekretaris Grup Mega, Cindy sangat cakap. Sebuah pesta minum bisa diubahnya dengan beberapa kata. Biarpun dia tetap harus meminum beberapa gelas anggur merah, kondisinya jauh lebih baik dari kondisi semula yang menyatakan harus minum sampai mabuk.

Namun, Yogi tidak mengatakan sepatah kata pun untuk membelanya selama prosesnya.

Di tengah kebisingan, telinga Cindy menangkap suara menawan pria itu berbisik kepada gadis tadi, "Sudah ngantuk? Nanti antar kamu pulang duluan."

Cindy belum pernah mendengar suara selembut itu selama tiga tahun bekerja dengannya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chintia Costantina
kasihan cindy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status