Share

Bab 2 Kalian Dimana?

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-24 18:44:14

Pandu berjalan mendekati jendela, tangannya terulur membuka jendela hingga mengundang tetesan-tetesan air membasahi wajahnya yang bersatu dengan air mata. Tak dihiraukannya tubuh tegap itu dihempas angin dingin hingga menusuk ke tulang. Jika dengan ini bisa membasuh luka hatinya, ia akan lakukan.

“Kalian di mana?” lirih Pandu menatap pucuk cemara yang terombang ambing angin. Pikirannya kembali menerawang pada keluarga kecilnya yang dulu ia campakkan. “Apakah kalian baik-baik saja di luaran sana?”

Tubuh tegap itu tumbang, jatuh di hamparan lantai granit yang dingin. Setiap kali mengingat ketiganya, ia begitu cemas. Entah bagaimana mereka bertahan, bahkan mereka pergi tanpa membawa apapun yang seharusnya menjadi milik mereka. Pandu takkan bisa memaafkan dirinya jika hal buruk terjadi pada orang-orang terkasihnya.

“Pulanglah, papa rindu kalian.”

***SPW***

Rosa menatap sayu sang suami yang duduk bersandar di dinding dengan kedua tangan memijit kepala. Walaupun tak pernah bertanya tapi ia tau apa yang ada di pikiran laki-laki itu.

“Mas, sudah malam, ayo istirahat,” Sebisa mungkin ia tersenyum seolah-olah semua baik-baik saja.

Pandu bangkit kemudian kembali menatap ke arah jendela yang terbuka. Ia meraup udara kasar agar bisa menentramkan sesak yang menjalar di hati. Tanpa menoleh laki-laki itu menjawab seperti biasa. “Tidurlah, aku belum mengantuk.”

Rosa memandang punggung lebar itu lekat, bukannya ia tak tau apa yang dirasakan suaminya ini. Enam tahun berumah tangga cukup menjelaskan bagaimana posisinya sekarang, dan siapa yang ada di hati laki-laki itu.

Dulu, Pandu begitu menggebu-gebu mencintainya, sampai ia tega mencampakkan istri dan kedua buah hatinya demi dia. Tapi, setelah mereka pergi, cinta Pandu pun ikut pergi. Hingga bertahun tahun berlalu, cinta itu tak pernah kembali meski mereka sudah dikaruniai seorang putri.

Inilah perjalanan hidup mereka setiap hari, bak skenario kehidupan yang berputar tanpa tau bagaimana akhir kisahnya.

Wanita itu kembali ke kamar, merebahkan tubuh ke ranjang yang kian hari kian dingin. Tatapannya kosong dan pikiran melayang entah kemana. Rumah tangga macam apa yang sedang ia jalani? Hampa tak bewarna.

***SPW***

“Tante itu nggak datang lagi kan, Ma?” tanya Zea pada Alina-mamanya.

“Tante siapa?” Zyan bertanya menatap sang adik.

“Rosa, istri papa.”

Ada desir halus di dadanya mendengar sang papa disebut. Pandangan Zyan beralih pada Alina yang sedang mengaduk tepung, memasukkan gula dan pengembang kue.

“Mereka ke sini, Ma? Ngapain?”

Gerakan tangan Alina terhenti, matanya menoleh pada Zyan yang menunggu jawaban. “Ia datang untuk minta maaf.”

Alina menghela napas kasar kemudian beralih menatap Zea yang sedang memasukkan buku pelajaran ke dalam tas. Putrinya itu tak pernah mengeluh atau bertanya tentang papanya.

Kadang Alina berfikir, tidakkah mereka berdua rindu dengan sang papa? Atau sengaja menyembunyikan rasa untuk menjaga hati Alina?

Tiba-tiba dada Alina terasa sesak. Kadang ia merasa menyesal dengan keputusannya. Andai saja Alina bersabar, mungkin mereka masih bersama meski ada Rosa di hati Pandu.

Setidaknya kedua anaknya tak pernah merasakan hidup sesulit ini.

“Maafkan mama telah membawa kalian hidup susah,” isak Alina mengagetkan kedua anaknya.

Tubuh wanita itu melemah. Air matanya jatuh setiap kali mengingat kedua anaknya ikut menderita karena nasib yang tak beruntung. Zea harus hidup serba kekurangan dan kehilangan masa remajanya yang indah. Sedangkan Zyan terpaksa banting tulang mencari uang sebagai pelayan kafe untuk membiayai kuliahnya.

Melihat sang ibu yang meneteskan air mata, Zyan mendekat. Diraihnya tubuh yang bergetar itu dan membawanya ke dalam pelukan. Di usia yang masih muda, Zyan lebih memahami perasaan wanita. Kesedihan dan penderitaan sang mama membuatnya enggan untuk mencari Pandu walaupun ia tau di mana laki-laki itu berada.

Perlahan sesak di dada Alina berkurang. Putranya begitu pintar mengobati jiwanya yang rapuh.

Zea yeng melihat keduanya merasa bersalah karena telah menyebabkan sang ibu menangis.

Perlahan gadis itu mendekati keduanya. “Zea tak pernah menyesal tinggal bersama mama. Zea pun tak malu punya mama yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pembuat roti goreng. Asal bersama mama, Zea ikhlas, Ma.”

Alina memeluk kedua buah hatinya yang begitu memahami kondisinya. Ia tak menyangka Allah begitu baik. Ia diberi ujian dengan luka yang sangat dalam, sekaligus Allah memberi penawarnya kala ia tak sanggup menghadapi dunia.

***SPW***

Sebelum matahari merangkak naik, Alina keluar dari kontrakan bersama Zea, putrinya. Sebuah kantong besar berisi roti goreng ia bawa untuk dititipkan di warung tetangga sebelum pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

“Zea berangkat, Ma.” Gadis itu mencium punggung tangan Alina yang dibalas dengan sebuah pelukan dan kecupan di kening. Ini adalah rutinitas Alina. Sebisa mungkin ia limpahkan kasih sayang pada kedua anaknya.

Mereka berpisah dipertigaan jalan. Zea dengan senang hati berjalan kaki menuju sekolah untuk menghemat biaya sedangkan Alina berjalan berlawanan arah menuju perumahan mewah yang tak jauh dari tempatnya tinggal.

Di rumah mewah Bagaskara Pamungkas, Alina bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Bagas dan Regina-istrinya sangat menghormati Alina. Wanita itu tak mempermasalahkan Alina yang bekerja paruh waktu. Asal pekerjaan beres, Alina sudah bisa pulang ke rumah. Ia paham dengan kondisi Alina sebagai orang tua tunggal untuk kedua anaknya.

Bahkan, perempuan itu sering memberikan bantuan untuk biaya sekolah Zea dan Zyan.

Inilah perjuangan hidup Alina bersama kedua anaknya semenjak sang suami menceraikan dan mengusirnya dari rumah. Bahagiakan mereka sekarang?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lha np ndak nikah lg aj?
goodnovel comment avatar
mega silvia
nyesek bacanya
goodnovel comment avatar
Etrisna Susanto
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 119

    “Maaf, saya datang terlambat,” ucap Alina dengan seulas senyum di bibir. Tak ada makian, sumpah serapah atau tatapan sinis padanya.Rosa tak menjawab, ia beralih memandang Daniel yang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri mereka. Melihat penampilan Alina yang mewah dan berkelas, Rosa menjadi minder. “Silakan masuk, Bu,” ucap Daniel seraya membuka pintu lebar. Melihat sikap Daniel, Rosa yakin jika lelaki inilah yang mengundang Alina. “Sama siapa?” tanya Daniel seraya melirik ke arah jalan. Belum sempat Alina menjawab, lelaki itu telah berlalu mendekati mobil yang terparkir, kemudian berbicara dengan si pengemudi. Tak lama, pintu mobil pun terbuka menampakkan sosok tampan dan tinggi mirip Pandu Dirgantara keluar dari mobil mewah itu. Rosa terpana dan sedikit kecewa. Padahal, ia merindukan mantan suaminya.Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Ruang tamu Rosa masih kosong karena saat prosesi pernikahan terjadi, kursi tamu dipindahkan ke carport agar ruangan menjadi luas

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 118

    Laki-laki tiga puluh tahunan itu mulai berperan menjadi seorang ayah. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu bergitu lama. Bahkan, Daniel terus melakukan pendekatan dan mempelajari apa yang disukai putrinya. Apalagi sikap Shanum yang mulai terbuka dan menyanyangi Daniel, membuat mereka cepat akrab. “Nanti papa jemput Shanum, ya!” ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Ia mencium tangan Daniel kemudan memeluk lelaki itu. Shanum sangat bangga ketika satu persatu teman-temannya melihat sosok Daniel. Walaupun tak berorasi, tapi sikap Shanum seolah-olah memberitahukan pada mereka bahwa ‘Ini adalah papanya.’Daniel mengusap kepala putrinya kemudian melayangkan ciuman sebelum gadis itu beranjak menuju kelas. Sesekali, kepala mungil itu menoleh dan melambaikan tangan pada Daniel yang menatapnya tanpa kedip. “Dada, papa!” teriaknya dari kejauhan. Daniel membalas. Dada lelaki itu bergetar dan terasa sesak. Setelah sekian lama hidup tak tentu arah, kini, Daniel merasa menjadi seorang yang sa

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 117

    “Rasanya seperti digigit semut.”Seketika ucapan Shanum kembali terngiang kala Pandu mengajaknya pergi. Gadis itu juga bercerita ia digigit semut di rumah sakit. Rosa tersenyum masam mengingat bagaimana usaha Pandu mencari kebenaran tanpa melibatkan dirinya.Hidup begitu cepat berubah, harta, kedudukan dan nama baik dalam sekejap lenyap. Rosa yang dulu begitu angkuh dan sombong, kini tak berdaya. Daniel berbeda dengan Pandua, ia bukanlah laki-laki yang paham agama, sekeras apapun Rosa menjelaskan nasab anak yang lahir di luar pernikahan, Daniel tetap pada pendiriannya bahwa, ia adalah seorang ayah meski dengan cara yang salah. Rosa mengusap kepala Shanum. Ia memejamkan mata seraya berdoa agar nasib baik berpihak kepadanya. Apapapun hasilnya nanti, ia akan lakukan segala cara untuk mempertahankan Shanum dalam hidupnya. ***SPW***Rosa mengusap wajahnya setelah bermunajat kepada Allah. Semenjak kedatangan Daniel, hati wanita itu tak tenang. Ingin rasanya ia lari, tapi tak tau kemana a

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 116

    Pandu terdiam sejenak, ia menatap sorot mata Daniel. “Kenapa kamu ingin mengetahuinya? Apa kamu ingin menghancurkannya melalui anak itu?” Tatapan Pandu berubah tak bersahabat. “Aku tau, kamulah yang menyebarkan video tak senonoh Rosa. Sudah cukup kamu menghancurkan hidupnya. Jangan lakukan perbuatan itu lagi. Apalagi melibatkan Shanum-anak yang tak berdosa itu.”Daniel menghela napas lemah. Ia tau, kesalahan yang telah ia lakukan begitu besar. “Saya minta maaf, saya akui, memang saya yang melakukannya. Tapi, setelah melihatnya hancur, bukan kepuasan yang saya dapatkan melainkan rasa bersalah yang menghantui setiap hari.”Pandangan Daniel menerawang mengingat bagaimana kejahatannya hingga membuat Rosa hancur. Bahkan, wanita itu hanya pasrah dan tak pernah menuntutnya meski Rosa tau bahwa Daniellah yang telah mengungkap aib itu ke publik. “Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan mereka. Melihat gadis kecil itu, entah kenapa saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Saya yakin

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 115

    Wanita itu menggeleng. Rosa yang kehilangan putrinya mendadak takut dan cemas. Beberapa karyawan dan petugas keamanan mall mulai mencari Shanum melalui pengeras suara dan menyusuri area mall. Rosa berlari menuju satu persatu tempat yang kemungkinan dikunjungi putrinya hingga berakhir di salah satu toko mainan.Shanum tampak tersenyum pada seorang pria yang berjongkok mensejajarkan tinggi dengannya seraya memegang sebuah boneka Panda. Hati Rosa menjadi lega karena telah menemukan Shanum meski ada rasa khawatir dengan sosok lelaki itu.“Shanum!” panggil Rosa hingga membuat keduanya menoleh dan berdiri menghadap pada Rosa. “Mama, om itu beliin aku boneka ini, lucu kan?” tanya Shanum sambil menyodorkan boneka panda ke wajah Rosa.Rosa mengangguk dan tersenyum paksa. “Sudah bilang terima kasih?” Gadis kecil itu menoleh pada sosok lelaki yang dari tadi menatap Rosa lekat.“Makasih, Om,” ujar Shanum polos.Daniel tersenyum seraya mengusap kepala Shanum. Rosa menarik tangan putrinya menj

  • Mengembalikan Senyum Bidadari    Part 114

    Suara jeritan dan rintih kesakitan terdengar di sebuah ruang bersalin rumah sakit swasta. Alina berjalan mondar mandir dan tak tenang membayangkan putrinya yang sedang berjuang di dalam sana. Sebagai ibu, ia bisa merasakan apa yang putrinya rasakan. Dua kali Alina bertarung melawan maut untuk menghadirkan dua buah cintanya melalui persalinan normal.Genggaman tangan Zea begitu kuat mencengkram jemari Bryan. Berkali-kali wanita itu mengikuti petunjuk dokter kandungan agar bisa melahirkan buah cintanya. Peluh Zea berjatuhan membasahi tubuhnya bersamaan titik air mata Bryan yang jatuh karena tak sanggup melihat sang istri kesakitan. “Ayo, Zee, kamu pasti bisa,” ucap dengan suara bergetar. Ia tak peduli dengan tangannya yang terasa sakit karena cengkraman Zea yang begitu kuat. Bryan mencium pucuk kepala Zea seraya melafazkan doa. Nafas Zea mulai memburu bersamaan dorongan bayi yang ikut berjuang menatap dunia. Seketika senyumnya tercipta mendengar suara tangis menggema di ruangan itu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status