Share

Bab 4 Mencari Mereka

last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-24 18:44:25

Kedatangan Pandu di salah satu Villa miliknya membuat si penjaga villa kaget. Tak biasanya laki-laki itu bermalam di sini, apalagi datang larut malam, sendirian saat cuaca sedang tak bersahabat. Biasanya Pandu akan menghubunginya melalui telepon untuk menanyakan pertanyaan yang sama.

ā€œMereka tidak pernah ke sini?ā€ tanya Pandu basa basi, karena ia pun sudah tau jawabannya.

ā€œTidak pernah, Pak.ā€

Laki-laki itu menghela napas kasar kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa. Semenjak Alina dan kedua anaknya pergi, ia merasa seperti orang terbuang. Sepi dan tak bergairah. Padahal Pandu memiliki segalanya. Istri yang cantik, harta berlimpah dan sahabat yang banyak. Tapi, semua tak mampu mengisi kekosongan hatinya.

Ia terbebani memikirkan hidup Alina setelah mereka berpisah. Apalagi kedua orang tua Alina telah meninggal, Alina hanya lulusan SMA dan tak punya pekerjaan. Alina memiliki seorang paman. Orang kepercayaan Pandu telah menyelidikinya dan menyatakan bahwa Alina dan anak-anaknya tidak ada di sana. Lalu kemana ia pergi?

Tahun pertama sejak Alina pergi, Pandu yakin wanita itu akan kembali bersama kedua anaknya. Ternyata prediksi Pandu salah. Setahun berlalu, Alina tak pernah kembali. Rasa kehilangan Pandu semakin besar kala orang suruhannya tak menemukan keberadaan mereka.

Pandu melangkah gontai memasuki kamar kemudian berbaring di ranjang. Laki-laki itu memejamkan mata, menikmati suara hujan yang terdengar bak alunan musik pengantar tidur. Dulu, ia sering menikmati waktu luang bersama keluarganya di villa ini. Pandu masih ingat bagaimana Zea merengek minta didirikan tenda di luar. Mereka camping di samping villa sambil menikmati gemerlap cahaya lampu kota Bandung dari ketinggian.

Perlahan tubuh dan fikiran lelah Pandu terbang ke alam mimpi. Ia berharap mereka datang sekedar mengobati kerinduannya meskipun dalam mimpi.

***SPW***

ā€œPak, ada yang mencari,ā€ ungkap Pak Rahman.

Pandu yang baru saja membersihkan diri datang menghampiri. Dua orang laki-laki berbadan kekar dan memakai jaket kulit berdiri dari duduknya sebagai penghormatan pada Pandu

ā€œBagaimana, apa ada perkembangan?ā€ tanya Pandu tak sabaran. Mereka duduk berhadapan. Kedatangaan keduanya sudah pasti membawa angin segar pada Pandu.

ā€œDulu mereka memang tinggal di Solo, Pak. Tapi sekarang sudah pindah lagi,ā€ ungkap salah satu dari mereka.

Enam tahun mencari, ia selalu kehilangan jejak. Apakah Alina tau bahwa Pandu mencarinya hingga ia lari ketika akan ditemukan atau itu semua tindakan spontan Alina karena desakan hidup yang kian berat?

ā€œPindah ke mana?ā€

ā€œBandung.ā€

Dada Pandu terasa lapang seketika saat nama kota tempat mereka berpijak disebut. Ia akan telusuri kota Bandung untuk mencari keberadaan Alina dan kedua anaknya. Rasanya Pandu tak sabar ingin mengetahui keadaan mereka. Adakah mereka rindu seperti yang ia rasakan? Namun di saat bersamaan ia merasa tertampar. Jika Alina dan kedua anaknya berada di Bandung, kenapa mereka tak pernah mencarinya? Tidakkah mereka ingat laki-laki ini? Atau luka yang ditorehkan Pandu terlalu dalam hingga mereka tak mau menjumpainya?

***SPW***

Untuk kedua kalinya Rosa mendatangi kediaman Alina. Walaupun wanita itu terang-terangan mengusirnya tapi, ia tak peduli. Rosa ingin berdamai dengan Alina, mendapatkan maaf dengan harapan kehidupannya menjadi lebih baik bersama mantan suami itu. Kadang Rosa berfikir, inikah karma yang ia dapatkan karena merebut suami orang? Hidup sempurna tapi tak berkah hingga kebahagiaanpun enggan menghampirinya.

Rosa mengintip dari pintu yang sedikit terbuka. Ia bisa melihat Alina sedang menyetrika pakaian dari ruang tamu kontrakan yang sekaligus menjadi ruang keluarga dan ruang makan.

ā€œAssalamualaikum, Mbak.ā€

Gerakan tangan Alina terhenti, ia menegakkan setrika lalu menoleh pada sumber suara. Rosa tersenyum manis. Ia melangkahkan kaki masuk meskipun Alina tak mempersilakannya.

ā€œNgapain lagi kamu ke sini?ā€ tanya Alina ketus.

ā€œSaya ke sini ingin bersilaturahmi, Mbak.ā€ Rosa meletakkan sebuah bingkisan berisi brownies dan cheesecake kekinian yang sedang digandrungi remaja. ā€œSaya ingin membantu Mbak dan anak-anak. Saya akan bertanggung jawab atas kehidupan, Mbak. Memberikan tempat tinggal yang layak dan membiayai semua kebutuhan Mbak dan sekolah anak-anak.ā€

Alina tersenyum miris Ia merasa terhina dengan perkataan Rosa. ā€œKamu ingin menukar kesedihanku dengan uangmu?ā€

ā€œTidak, Mbak. Saya tidak ingin melihat Mbak menderita, saya berdosa pada Mbak.ā€

Alina tertawa mendengar pernyataan Rosa yang terasa janggal di hatinya. ā€œJika kamu tidak ingin membuatku menderita lalu mengapa kamu rebut suamiku?ā€

Rosa tercekat tanpa mampu berkata.

ā€œApa Mas Pandu yang memintamu ke sini?ā€

Rosa menggeleng. ā€œSaya datang murni dari keinginan saya untuk berbaikan dengan Mbak tanpa ada paksaan dari manapun.ā€

ā€œBawa lagi bingkisan itu dan pergi dari sini!ā€ ucapnya datar.

Rosa duduk mendekati Alina. ā€œHarus berapa kali saya meminta maaf, Mbak?ā€ lirihnya seraya menatap mata Alina berharap wanita itu membalasnya agar bisa melihat ketulusan Rosa.

ā€œBukankah Allah itu maha pemaaf dan kita harus saling memaafkan? Rasulullah pernah bersabda, Barangsiapa yang didatangi saudaranya hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya. Apakah ia dipihak yang benar ataukah yang salah. Apabila tidak melakukan hal tersebut (memaafkan), niscaya tidak akan mendatangi telagaku (di akhirat)ā€

Alina menyorot tajam, memandang penampilan Rosa yang tampak lebih alim dari dirinya. ā€œSekarang kamu mengajariku tentang sebuah kata maaf?ā€

Alina menyunggingkan bibir. ā€œApa kamu sudah menyadari dosa merusak rumah tangga orang lain? Apa kamu tau bagaimana terlukanya anak-anakku ketika harus berpisah dengan ayahnya?ā€

Mata Alina berkaca-kaca, dadanya kembali sesak mengingat peristiwa yang begitu sulit ia lupakan, hingga detik ini. ā€œApa kamu bisa merasakan bagaimana rasanya dicampakkan oleh suami hanya karena wanita lain?ā€

Hening.

ā€œKalau kamu belum bisa merasakannya, silakan keluar dari rumahku, sekarang! Keluar!ā€

ā€œMbak.ā€

ā€œKeluar!ā€

Melihat amarah Alina yang mulai bangkit, nyali Rosa menjadi ciut.

ā€œJangan lupa bawa kembali bingkisan itu. Mubazir jika harus terbuang.ā€

Rosa tak sanggup berkata, ia menuruti perintah Alina lalu keluar dari rumah kontrakan bersamaan dengan bungkusan yang ia bawa. Wanita itu melangkah gontai dengan kesedihan yang mendalam. Semenjak hijrah, ia mulai menyadari betapa banyak tumpukan dosa yang telah ia tanam.

***SPW***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Mantan suami sama org suruhannya kok goblok yah ndak bs nemuin mantan istrinya sedangkan si istri keduanya bs cepet ketemu
goodnovel comment avatar
mega silvia
karma itu berlaku....bisa cepat atau pun lama....jd jgn sombong ros
goodnovel comment avatar
Asa Benita
Sebisa mungkin emang harus menghindari menyakiti org lain, krn manusia biasa itu bukan Allah maupun Nabi yg akan langsung memaafkan setiap kesalahan ketika yg bersalah meminta maaf.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 119

    ā€œMaaf, saya datang terlambat,ā€ ucap Alina dengan seulas senyum di bibir. Tak ada makian, sumpah serapah atau tatapan sinis padanya.Rosa tak menjawab, ia beralih memandang Daniel yang berdiri dari duduknya kemudian menghampiri mereka. Melihat penampilan Alina yang mewah dan berkelas, Rosa menjadi minder. ā€œSilakan masuk, Bu,ā€ ucap Daniel seraya membuka pintu lebar. Melihat sikap Daniel, Rosa yakin jika lelaki inilah yang mengundang Alina. ā€œSama siapa?ā€ tanya Daniel seraya melirik ke arah jalan. Belum sempat Alina menjawab, lelaki itu telah berlalu mendekati mobil yang terparkir, kemudian berbicara dengan si pengemudi. Tak lama, pintu mobil pun terbuka menampakkan sosok tampan dan tinggi mirip Pandu Dirgantara keluar dari mobil mewah itu. Rosa terpana dan sedikit kecewa. Padahal, ia merindukan mantan suaminya.Mereka duduk di lantai yang beralaskan karpet. Ruang tamu Rosa masih kosong karena saat prosesi pernikahan terjadi, kursi tamu dipindahkan ke carport agar ruangan menjadi luas

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 118

    Laki-laki tiga puluh tahunan itu mulai berperan menjadi seorang ayah. Ia tak bisa meninggalkan gadis itu bergitu lama. Bahkan, Daniel terus melakukan pendekatan dan mempelajari apa yang disukai putrinya. Apalagi sikap Shanum yang mulai terbuka dan menyanyangi Daniel, membuat mereka cepat akrab. ā€œNanti papa jemput Shanum, ya!ā€ ucap gadis itu setelah turun dari mobil. Ia mencium tangan Daniel kemudan memeluk lelaki itu. Shanum sangat bangga ketika satu persatu teman-temannya melihat sosok Daniel. Walaupun tak berorasi, tapi sikap Shanum seolah-olah memberitahukan pada mereka bahwa ā€˜Ini adalah papanya.’Daniel mengusap kepala putrinya kemudian melayangkan ciuman sebelum gadis itu beranjak menuju kelas. Sesekali, kepala mungil itu menoleh dan melambaikan tangan pada Daniel yang menatapnya tanpa kedip. ā€œDada, papa!ā€ teriaknya dari kejauhan. Daniel membalas. Dada lelaki itu bergetar dan terasa sesak. Setelah sekian lama hidup tak tentu arah, kini, Daniel merasa menjadi seorang yang sa

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 117

    ā€œRasanya seperti digigit semut.ā€Seketika ucapan Shanum kembali terngiang kala Pandu mengajaknya pergi. Gadis itu juga bercerita ia digigit semut di rumah sakit. Rosa tersenyum masam mengingat bagaimana usaha Pandu mencari kebenaran tanpa melibatkan dirinya.Hidup begitu cepat berubah, harta, kedudukan dan nama baik dalam sekejap lenyap. Rosa yang dulu begitu angkuh dan sombong, kini tak berdaya. Daniel berbeda dengan Pandua, ia bukanlah laki-laki yang paham agama, sekeras apapun Rosa menjelaskan nasab anak yang lahir di luar pernikahan, Daniel tetap pada pendiriannya bahwa, ia adalah seorang ayah meski dengan cara yang salah. Rosa mengusap kepala Shanum. Ia memejamkan mata seraya berdoa agar nasib baik berpihak kepadanya. Apapapun hasilnya nanti, ia akan lakukan segala cara untuk mempertahankan Shanum dalam hidupnya. ***SPW***Rosa mengusap wajahnya setelah bermunajat kepada Allah. Semenjak kedatangan Daniel, hati wanita itu tak tenang. Ingin rasanya ia lari, tapi tak tau kemana a

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 116

    Pandu terdiam sejenak, ia menatap sorot mata Daniel. ā€œKenapa kamu ingin mengetahuinya? Apa kamu ingin menghancurkannya melalui anak itu?ā€ Tatapan Pandu berubah tak bersahabat. ā€œAku tau, kamulah yang menyebarkan video tak senonoh Rosa. Sudah cukup kamu menghancurkan hidupnya. Jangan lakukan perbuatan itu lagi. Apalagi melibatkan Shanum-anak yang tak berdosa itu.ā€Daniel menghela napas lemah. Ia tau, kesalahan yang telah ia lakukan begitu besar. ā€œSaya minta maaf, saya akui, memang saya yang melakukannya. Tapi, setelah melihatnya hancur, bukan kepuasan yang saya dapatkan melainkan rasa bersalah yang menghantui setiap hari.ā€Pandangan Daniel menerawang mengingat bagaimana kejahatannya hingga membuat Rosa hancur. Bahkan, wanita itu hanya pasrah dan tak pernah menuntutnya meski Rosa tau bahwa Daniellah yang telah mengungkap aib itu ke publik. ā€œBeberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan mereka. Melihat gadis kecil itu, entah kenapa saya seperti melihat diri saya dalam dirinya. Saya yakin

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 115

    Wanita itu menggeleng. Rosa yang kehilangan putrinya mendadak takut dan cemas. Beberapa karyawan dan petugas keamanan mall mulai mencari Shanum melalui pengeras suara dan menyusuri area mall. Rosa berlari menuju satu persatu tempat yang kemungkinan dikunjungi putrinya hingga berakhir di salah satu toko mainan.Shanum tampak tersenyum pada seorang pria yang berjongkok mensejajarkan tinggi dengannya seraya memegang sebuah boneka Panda. Hati Rosa menjadi lega karena telah menemukan Shanum meski ada rasa khawatir dengan sosok lelaki itu.ā€œShanum!ā€ panggil Rosa hingga membuat keduanya menoleh dan berdiri menghadap pada Rosa. ā€œMama, om itu beliin aku boneka ini, lucu kan?ā€ tanya Shanum sambil menyodorkan boneka panda ke wajah Rosa.Rosa mengangguk dan tersenyum paksa. ā€œSudah bilang terima kasih?ā€ Gadis kecil itu menoleh pada sosok lelaki yang dari tadi menatap Rosa lekat.ā€œMakasih, Om,ā€ ujar Shanum polos.Daniel tersenyum seraya mengusap kepala Shanum. Rosa menarik tangan putrinya menj

  • Mengembalikan Senyum Bidadari Ā Ā Ā Part 114

    Suara jeritan dan rintih kesakitan terdengar di sebuah ruang bersalin rumah sakit swasta. Alina berjalan mondar mandir dan tak tenang membayangkan putrinya yang sedang berjuang di dalam sana. Sebagai ibu, ia bisa merasakan apa yang putrinya rasakan. Dua kali Alina bertarung melawan maut untuk menghadirkan dua buah cintanya melalui persalinan normal.Genggaman tangan Zea begitu kuat mencengkram jemari Bryan. Berkali-kali wanita itu mengikuti petunjuk dokter kandungan agar bisa melahirkan buah cintanya. Peluh Zea berjatuhan membasahi tubuhnya bersamaan titik air mata Bryan yang jatuh karena tak sanggup melihat sang istri kesakitan. ā€œAyo, Zee, kamu pasti bisa,ā€ ucap dengan suara bergetar. Ia tak peduli dengan tangannya yang terasa sakit karena cengkraman Zea yang begitu kuat. Bryan mencium pucuk kepala Zea seraya melafazkan doa. Nafas Zea mulai memburu bersamaan dorongan bayi yang ikut berjuang menatap dunia. Seketika senyumnya tercipta mendengar suara tangis menggema di ruangan itu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status