Share

bab 29

Penulis: Rifatul Mahmuda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-17 18:58:04

Keysha yang ditinggal Hanum pulang kampung terpaksa mengurung diri di kamar. Ia hanya akan keluar jika ada hal mendesak. Seperti kali ini, Keysha tiba-tiba merasa haus jadi dia memutuskan ke dapur untuk mengisi botol minumnya.

"Kamu itu harus mikir, Karim! Memangnya kamu nggak mau punya anak?" Samar-samar Keysha mendengar perbincangan dari arah dapur yang sepertinya adalah Marni dan Karim.

Saat Keysha mencoba bersembunyi dan mengintip ke dapur, ternyata dugaannya benar. Di sana, di meja makan Karim dan Marni tengah berbincang dengan mimik wajah yang serius. Entah apa yang tengah ibu dan anak itu bahas, karena penasaran Keysha memutuskan menguping dari balik tembok pembatas dapur dan ruang tengah.

"Siapa, sih, yang nggak mau punya anak, Bu? Tapi aku maunya dari Hanum, bukan Keysha!" Keysha meremas dadanya yang terasa nyeri akibat mendengar ucapan Karim.

"Terus dari Hanum dapat? Enggak, kan?" tampik Marni, Karim tak menjawab.

"Pernikahan kalian sudah mau jalan 4 tahun, loh, Karim. Dan s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
pergi menepi saja livia kamu berhak bahagia,laki2 yg gk bisa d percaya tk layak d pertahankan
goodnovel comment avatar
Fa-oel Irawan
laki² ga bisa di percaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 55

    "Suratnya dibawa sama mereka, Mbak cuma dikasih lihat sebagai bukti kalau Mas Hilman memang pernah meminjam uang pada mereka." Hana mencoba meyakinkan Gheza dan Nia. "Aku mohon, Tan. Bantu aku," rengek Hana menggenggam tangan Nia, wanita itu hampir saja mengiyakan sebelum akhirnya Gheza kembali bersuara. "Nggak bisa, Mbak. Kita harus pastikan dulu jika surat itu memang benar-benar asli. Kecuali Mbak Hana memang tau sejak awal perihal ini," kata Gheza lagi. Hana mengumpat dalam hati, dia menyesali kedatangannya yang tak tepat waktu. Tadinya ia pikir Gheza tak ada di rumah, makanya dia buru-buru ke sana. Dan sekarang dia berada di situasi yang sulit, Gheza teramat susah untuk dibohongi. "Kamu nggak percaya sama, Mbak? Gheza, Mbak cuma nggak mau anak-anak yang jadi sasaran mereka, makanya Mbak datang kemari merendahkan diri demi mendapat bantuan kalian." Hana memasang wajah kecewa, seperti hatinya yang tengah kecewa sebab rencananya tak berjalan semulus keinginannya. "Bukannya

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 54

    "Livia? Kamu kenapa?" ulang Gheza sebab tak mendapat jawaban dari Livia. Dahinya berkerut melihat ekspresi wajah Livia yang tampak ketakutan. Ada apa dengan perempuan itu? Livia terus beringsut mundur agar tak terlihat dari ruang tamu. Dan itu menambah keheranan Gheza, demi menjawab rasa penasarannya laki-laki itu memilih melongokkan kepala ke ruang tamu. Gheza bergantian menatap tamu sang mama dengan Livia. Dan sekarang, ia paham kenapa Livia memilih bersembunyi. "Itu untuk ke depan, kan?" Gheza melirik nampan di tangan Livia sekilas, perempuan itu mengangguk tanpa bersuara. "Sini, biar saya yang antar." Gheza mengambil alih nampan di tangan Livia, melihat aksinya itu membuat Livia hanya bisa terdiam. "T–tunggu ...." cicit Livia dengan suara tertahan. Gheza tak menghiraukan, laki-laki itu terus melangkah menuju ruang tamu. Dari balik tembok pembatas, Livia hanya bisa memperhatikan sambil menggigit jari. Dia belum siap bertemu dengan siapa pun dari masa lalunya. Dia ingi

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 53

    "Oh, Zaidan? Dia sudah nggak kerja di sini, Mbak. Seminggu lalu dia mengundurkan diri, mau balik kampung katanya." Jawaban perempuan didepannya itu membuat lutut Hana lemas seketika. Napasnya tercekat, kepalanya tiba-tiba berdenging. Hana seperti orang linglung, apa yang sebenarnya terjadi? "M–maksudnya gimana, Mbak? Zaidan ... Zaidan mengundurkan diri?" Bahu Hana melemas ketika mendapat anggukan dari perempuan didepannya. Perempuan itu menatap Hana bingung, terlebih melihat raut keterkejutan dari wajah Hana. "Kalau saya boleh tau, memangnya Zaidan bekerja sebagai apa di sini?" Hana sudah bisa menguasai diri, dia sudah lebih tenang saat pertanyaan itu ia layangkan. Apa mungkin dia salah alamat? Tapi tidak mungkin, jelas-jelas 2 minggu yang lalu dia mengantar Zaidan ke sini. "Sebagai security, Mbak," jawab perempuan itu lagi. "Eum ... dia punya adik perempuan, kan?" tanya Hana mencoba memastikan. "Duh, kalo itu sayanya kurang tau, Mbak. Mungkin ada di kampungnya, tapi saya

  • Mengemis Maaf Istriku    52

    Tiiin ...! Suara klakson panjang serta derit ban mobil beradu memekakkan telinga. Jantung Hakam berdentum hebat, ia berusaha mengatur napasnya yang tersengal. "Bangsat!" umpat Hakam sembari memukul setirnya. Jantungnya seakan melompat dari tempatnya saat sebuah sepeda motor dengan santainya menyalip dari arah kanan menuju depan mobilnya, beruntung Hakam cepat menginjak pedal rem, jika tidak sudah pasti kecelakaan tak bisa terelakkan di pagi yang cerah itu. "Sialan! Kemana perginya Livia?" Hakam kembali mengumpat frustrasi begitu menyadari jika ia kehilangan jejak sang istri. Padahal sebelum sepeda motor itu menyalipnya, Livia tepat berada tak jauh didepannya, tapi kini menghilang entah kemana. Tin ... tin ... tin ... Suara klakson yang sengaja dibunyikan beberapa kali oleh pengendara dibelakangnya membuyarkan lamunannya Hakam tentang Livia. Tak ingin terjadi keributan, Hakam memilih menyerah dan kembali melaju. Namun, matanya tetap awas memperhatikan setiap pengendara mo

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 51

    "Mbak, gimana dengan usaha yang mbak ceritakan?" tanya Hakam saat mereka sedang sarapan bersama di rumah sang mama.Hana gelagapan mendengar pertanyaan Hakam. Pasalnya, sejak semalam Zaidan mau pun Sirly tak bisa dihubungi. Nomor WhatsApp keduanya tak aktif, saat ditelpon biasa pun tak tersambung. Padahal semalam saat ia keluar dan bertemu dengan Gheza di mall niatnya ingin bertemu dengan Zaidan, tapi sekian lama menunggu laki-laki itu tak kunjung datang dan WhatsAppnya mendadak tak bisa dihubungi."Huh? Tenang aja, temen mbak lagi nyari lokasinya. Kemarin sudah ketemu, sih, tapi kayaknya kurang cocok, deh. Jadi hari ini rencananya mbak sama dia mau keluar dan survey tempat serta lokasinya." Hana berusaha tenang, meski dadanya ribut tak berhenti."Oh, bagus deh! Aku cuma takut kalo temen mbak itu cuma nipu dan bawa lari uang kita." Hana tercekat mendengar ucapan Hakam, tapi dia berusaha menenangkan dirinya. Mana mungkin Zaidan melakukan itu? Dia anak orang kaya, rumahnya malah lebih m

  • Mengemis Maaf Istriku    Bab 50

    "Untuk kado, Mbak!" Dari arah belakang, Gheza cepat-cepat menjawab pertanyaan yang dilontarkan pada sang mama. Mendengar jawaban Gheza, tentu saja membuat Nia dan Ghaida menoleh dengan kening terlipat. Kenapa Gheza seolah ingin menyembunyikan itu semua dari Hana? "Oh, kirain ... padahal, kan, Tante Nia belum punya cucu." Hana terkekeh mendengar jawaban sepupu suaminya itu. "Jangankan cucu, Han, mantu aja sampe sekarang belum keliatan wujudnya, tuh!" canda Nia menyindir Gheza yang berdiri didekat mereka. Gheza menghela napas, ujung-ujungnya dia yang kena sindir. Kenapa harus nikah cepat kalau ujung-ujungnya pisah seperti .... Hana dan Nia sama-sama tertawa, seolah tengah menertawakan Gheza. Laki-laki itu semakin jenuh dan kesal, hanya Ghaida yang masih fokus memilih mainan bayi di sana, tak sedikit pun gadis itu menghiraukan keberadaan Hana. "Kamu sendiri mau kemana, Han?" Setelah puas menertawakan Gheza, Nia mengalihkan pembicaraan. "Eum, aku ada janji sama temen. Kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status