/ Romansa / Menggoda Ayah Sahabatku / Bab 4 ー Om, Bantu Aku

공유

Bab 4 ー Om, Bantu Aku

작가: Papa Buaya
last update 최신 업데이트: 2025-11-13 09:16:15

“Dari mana kamu dapet gaun itu, Amel?”

Tatapan Kayden menyapu tubuh Amelia dari ujung kepala hingga kaki. Terpaku pada gaun berwarna merah muda yang membalut tubuhnya.

Amelia menunduk. Lalu mengangkat sedikit ujung gaunnya.

“Hm. Ini dikasih Karina. Gaun dia nggak ada yang pas bagian sini.”

Tak sengaja, atau mungkin sengaja. Amelia menyentuh lekuk dadanya yang terlihat lebih berisi dalam balutan gaun itu.

“Kebetulan ada gaun punya Mamanya, hehe,” lanjutnya.

Dengan mata berkedip-kedip. Sambil cengengesan genit.

Kayden mengernyit. Langsung Memalingkan wajah. Jakun di lehernya naik turun.

“Kamu tunggu dulu di sini. Nanti aku anter kamu pulang.”

Tanpa menunggu jawaban, Kayden berbalik lalu mengambil tubuh Karina yang sudah tertidur di sandaran Amelia. Menidurkan di kamarnya.

Sementara Amelia, dalam kondisi sadar dan tak sadar. Kemudian melangkah ke sofa ruang tamu. Duduk bersandar.

“Nyari cowok kaya Om Kay susah banget. Kalau dia sepuluh tahun lebih muda, udah aku terkam kayaknya,” gumamnya tak jelas.

Sosok Kayden selalu menjadi patokan pria idamannya.

Tak lama kemudian, Kayden kembali. Dan malah menemukan Amelia yang sudah tertidur.

Kayden menghela nafas mengurungkan niat untuk mengantarnya pulang. Lebih baik membiarkan Amelia menginap satu hari lagi.

Namun, lama-kelamaan, tidur Amelia menjadi gelisah. Kakinya bergerak-gerak tak karuan.

Dan erangan kecil keluar dari bibirnya yang mengatup.

“Panas,” bisiknya.

Kayden yang hendak menarik tangannya, mendapati Amelia kini terbangun.

“Om Kay .…”

Suara Amelia terdengar parau.

“Kamu mau tidur di sini atau nginep lagi, Amel?” tanya Kayden sedikit menunduk.

Amelia terdiam sejenak, tak menjawab. Matanya menatap lekat pria di depannya.

Kedua tangannya terbuka lalu merangkul leher Kayden. Mendekatkan tubuhnya.

“Om. Badan aku panas banget.”

Aroma musk dari tubuh Kayden membanjiri indranya. Membuat sisa-sisa akal sehat Meyra hilang seketika.

Tanpa aba-aba, Amelia menciumi leher Kayden. Seolah ingin melahap aroma memabukkan itu.

Kayden tersentak. Matanya melotot. Setiap sentuhan dan ciuman Amelia seperti sengatan listrik yang langsung membangkitkan gairah lama yang terpendam.

“Berhenti, Amel. Jangan melewati batas!” peringatnya sambil berusaha melepas pelukan Amelia.

Amelia terdiam. Napasnya sedikit tercekat. Ia memandang Kayden dengan tatapan sendu dan penuh permohonan.

“Om tolongin. Aku nggak nyaman di sini.”

Tangannya meraba area sensitifnya dari luar gaun. Sementara kedua kakinya terus bergesekan gelisah.

Kayden menelan ludah dengan susah payah. Penampilan Amelia dengan gaun itu, gaun yang sama yang sering dipakai mantan istrinya.

Kayden benci hal itu. Benci bagaimana kenangan pahit itu kembali.

Tapi saat Amelia yang memakainya. Dengan tubuh yang lebih muda dan penuh gairah, hasrat liarnya muncul.

Hampir tak bisa ditahan. Apalagi mendengar Amelia memohon padanya.

“Kayaknya ada yang jailin kamu di pesta. Mending kamu mandi air dingin sekarang,” usul Kayden. Masih menahan diri.

Kemudian Kayden menariknya untuk berdiri. Namun Amelia menggeleng kuat.

“Dingin, nggak mau. Om aja yang bantuin aku." Lalu memeluk lengannya.

Membuat Kayden bisa merasakan dengan jelas kelembutan dan kepadatan kedua dada Amelia yang menggencet lengannya.

Sensasi itu membuat sisa pertahanan Kayden runtuh. Ia menepuk jidatnya.

“Astaga.”

Rahangnya mengeras menahan gejolak gairah yang meluap.

“Apa kamu tau artinya minta tolong kayak gini, Amelia?” desisnya.

Dengan suara serak dan dalam. Tatapannya penuh ancaman.

Amelia mendongak. Tatapannya terhalang kabut gairah yang tak tertahankan. Mengalahkan akal sehatnya.

“Tau. Katanya cara itu yang paling ampuh. Aku nggak masalah. Tapi Om masih bisa kan?”

Mendengar kalimat terakhirnya, seketika Kayden mendelik tajam. Rasa tersinggung dan tantangan membara di dadanya.

“Jangan main-main sama pria yang nahan hasratnya bertahun-tahun, Amelia. Kamu mungkin bakal menyesal.”

Tanpa aba-aba, Kayden langsung merengkuh bibir Amelia dengan ciuman yang brutal dan penuh kelaparan.

Tangannya yang besar memeluk pinggang ramping Amelia. Sementara tangan yang lain menahan tengkuknya, memperdalam ciuman mereka tanpa ampun.

“Hemm ....”

Sensasi panas di tubuh Amelia seolah menemukan saluran. Ia membalas ciumannya. Meski terlihat amatir dan kikuk.

Beberapa saat kemudian, ciuman itu akhirnya terlepas. Mereka saling menatap, dengan nafas sedikit terengah-engah.

Bibir basah Amelia dan wajahnya merona karena mabuk dan bersemangat. Serta dadanya yang naik turun kehabisan nafas, membuatnya terlihat seksi.

“Om, lagi. Aku mau lagi,” katanya terdengar nakal.

Kayden sudah tak tahan. Akal sehatnya putus sejak Amelia menggodanya.

Dengan gerakan cepat, mengangkat tubuh Amelia dalam pelukannya dari depan.

Refleks, Amelia mengalungkan lengannya di leher Kayden, berpegangan. Kemudian membawanya masuk ke kamar utama di lantai dua.

Satu tangan mengunci pintu. Lalu membaringkan Amelia di atas kasur yang empuk.

Kayden melepas pakaian dan melemparkannya begitu saja. Memperlihatkan tubuh yang sehat. Dada bidang dan sedikit berotot.

Tubuhnya mendekat, menindih Amelia. Sembari perlahan membuka gaun merah muda itu.

“Kamu yang mulai duluan, Amelia,” bisiknya sensual. Tepat di telinga Amelia.

Kayden mulai memberikan sentuhan yang terampil. Jari-jarinya menjelajah setiap inci kulit Amelia yang sensitif.

Membuat Amelia mengeluarkan desahan nakal untuk pertama kalinya.

“Ahh!”

Amelia dibutakan oleh hasrat dan kebutuhan untuk mengusir sensasi panas yang menggerogotinya.

Tak peduli lagi dengan apa pun. Hanya berfokus pada pria di atasnya. Yang kini membawanya ke puncak kenikmatan.

Keesokan harinya.

Sinar matahari pagi menyusup dari sela-sela tirai jendela. Menerangi kamar yang berantakan.

Amelia terbangun. Begitu membuka mata, ia menatap langit-langit ruangan tinggi yang terasa asing.

Kepalanya pening. Ia memiringkan kepala ke sisi kiri. Matanya menangkap foto Karina dan Ayahnya di dinding.

‘Perasaan aku nggak pernah majang foto Karina sama Om Kay di kamar,’ pikirnya heran.

Masih menganggap Amelia berada di kamarnya sendiri. Dan saat ia memutar tubuhnya, menoleh ke kanan.

Seketika, Amelia melotot kaget.

Di sebelahnya, terbaring wajah Kayden yang tertidur lelap dengan tubuh telanjang dada.

‘Astaga! Om Kayden?!’ jeritnya dalam hati.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 7 ー Kamu Milikku

    “Amelia,” teriak Kayden.Ternyata, pria itu menyadari keberadaan Amelia di balik pohon. Dengan cepat Kayden menghampirinya.Amelia terlihat panik.‘Kenapa dia bisa tau, sih?’ geramnya dalam hati.Kemudian berlari menjauh. Tapi Kayden berhasil mengejar dan menangkapnya dengan cepat.“Mau kabur ke mana kamu Amelia?”Amelia hanya diam tak menjawab. Langsung memalingkan wajah. Tak berani menatapnya.Kayden mendengus pelan.“Kamu harus bertanggung jawab. Kamu kira aku laki-laki pemuas, yang ditinggal setelah—”Belum selesai berbicara, Amelia tiba-tiba membungkamnya.“Jangan keras-keras. Kalau ada yang denger gimana?” bisiknya.Dengan tatapan gelisah, menatap sekitar. Untung saja tak ada yang mendengarnya.Kayden menjauhkan tangan Amelia. Lalu menggenggamnya erat.“Kalau gitu sini ikut. Jangan kabur-kaburan,” ajaknya.Sambil menarik Amelia pergi. Masuk ke mobilnya.Mau tak mau Amelia menurut saja.Setelah duduk di kursi penumpang. Amelia menatap jendela. Masih enggan menatap pria itu.“Ada

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 6 ー Hadapi

    “Enggak usah bawa-bawa orang tua, Ratina,” desis Amelia.Ratina terdiam sejenak, kaget oleh tamparan itu. Dia tak sempat mengelak.Teman di sampingnya mendengus marah.“Heh, Amel! Beraninya nam—”Namun Amelia tak memberinya kesempatan.“Minggir! Nggak usah ikut campur,” katanya tegas.Lalu mendorongnya menjauh. Matanya kembali menatap Ratina.“Aku kira setelah Karina lulus, kita bisa jadi teman ngobrol. Ternyata kamu cuma teman munafik,” geram Amelia.Senyum sinis muncul di bibirnya. Sambil melipat kedua tangan dengan tatapan merendahkan.“Bangga kamu punya orang tua kaya? Tapi akhirnya tetap telat masuk kuliah kayak aku. Artinya kamu gagal terus waktu tes masuk, kan?”Ratina seketika melotot marah mendengarnya. Namun tak bisa menyangkal kata-kata itu.“Jangan main-main sama aku, Amel. Papa aku Manajer di perusahaan besar,” balasnya.Dengan menaikkan dagunya seolah balik menantang. Menonjolkan keunggulannya.Amelia mendengus jengkel. Tapi dia juga lelah jika terus melayani orang yang

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 5 ー Dijebak

    ‘Kenapa aku bisa ada di sini?! Apa ini kamarnya?’Amelia menunduk, melihat ke balik selimut. Tubuhnya pun dalam kondisi telanjang bulat.Dalam kepalanya mulai berpikir. Berusaha mengingat-ingat.Seketika memori tentang kejadian tadi malam terlintas di kepalanya.Dari awal hingga akhir. Sampai saat dirinya merayu Kayden. Dan berakhir di tempat tidur.Amelia langsung menutup wajahnya.Rasa malu yang begitu dalam menyelimutinya. Membuat Amelia ingin tenggelam ke perut bumi. ‘Aku pasti sudah gila,’ geramnya dalam hati.Tak ingin membuang waktu di sini, Amelia segera turun dari tempat tidur.Namun pinggangnya terasa berdenyut dan pegal. Permainan Kayden semalam sangat ganasAmelia memaksakan diri untuk bergerak diam-diam. Berusaha tak membuat suara agar tak membangunkan Kayden.Dengan gerakan cepat, Amelia mengenakan gaun merah muda yang tergeletak di lantai.Meraih tas kecilnya, dan berjalan tertatih-tatih menuju pintu.Sebelum pergi, masih memastikan Kayden masih tertidur. Kemudian menu

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 4 ー Om, Bantu Aku

    “Dari mana kamu dapet gaun itu, Amel?”Tatapan Kayden menyapu tubuh Amelia dari ujung kepala hingga kaki. Terpaku pada gaun berwarna merah muda yang membalut tubuhnya.Amelia menunduk. Lalu mengangkat sedikit ujung gaunnya.“Hm. Ini dikasih Karina. Gaun dia nggak ada yang pas bagian sini.”Tak sengaja, atau mungkin sengaja. Amelia menyentuh lekuk dadanya yang terlihat lebih berisi dalam balutan gaun itu.“Kebetulan ada gaun punya Mamanya, hehe,” lanjutnya.Dengan mata berkedip-kedip. Sambil cengengesan genit.Kayden mengernyit. Langsung Memalingkan wajah. Jakun di lehernya naik turun.“Kamu tunggu dulu di sini. Nanti aku anter kamu pulang.”Tanpa menunggu jawaban, Kayden berbalik lalu mengambil tubuh Karina yang sudah tertidur di sandaran Amelia. Menidurkan di kamarnya.Sementara Amelia, dalam kondisi sadar dan tak sadar. Kemudian melangkah ke sofa ruang tamu. Duduk bersandar.“Nyari cowok kaya Om Kay susah banget. Kalau dia sepuluh tahun lebih muda, udah aku terkam kayaknya,” gumamny

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 3 ー Diseret ke Ranjang

    “Biasa aja kali matanya. Aku cuma nanya,” ujar Amelia sambil menyeruput kopinya.Karina mendengus pelan.“Lagian, hampir tiap hari kamu centilin Papa.”Ameila hanya menaikkan kedua bahu.“Semua cowok ganteng aku centilin,” sahutnya santai.Karina memutar bola matanya sebal. Namun tetap menjawab.“Papa nggak punya pacar. Dia tuh nggak terlalu tertarik buat nikah lagi kayaknya. Dipaksa sama Nenek juga selalu nolak.”Amelia mengangguk paham “Oh .... ”Tapi dalam hati, pikirannya melayang.‘Kalau gitu kenapa dia anggap serius candaan aku tadi?’Amelia sendiri masih tidak menyangka. Pria dingin seperti Kayden selalu acuh tak acuh pada godaanya selama ini. Kini malah balik membalasnya.“Eh, btw. Sekarang kamu beneran mau pulang kampung? Ikut aku aja ke pesta si Ratina, ya?” celetuk Karina.Amelia mempertimbangkannya sejenak.“Gimana ya. Tapi aku juga tanya Ayah sih. Bentar aku tanyain dulu.”Amelia segera mengambil ponselnya dan menelepon Ayahnya, Alan.Panggilan bersambung. Tak lama, Alan

  • Menggoda Ayah Sahabatku    Bab 2 ー Suka yang Keras-keras

    “N-nakal? Aku cuma bantuin Om ngusir cewek nyebelin itu, kok.”Amelia tertawa kecil, canggung. Dia seolah berusaha mencairkan suasana yang mendadak tegang.Namun Kayden hanya terdiam. Masih dengan wajah datarnya.“Ngaku-ngaku jadi Istriku? Oke. Kalau gitu, lakukan tugas kamu sebagai Istri.”Kayden mencondongkan tubuh. Nafasnya hangat membuat bulu kuduk Amelia meremang. Tangan besarnya menyentuh pinggang ramping Amelia. Mengusap perlahan seolah menguji batas.Amelia terbelalak. “Om kenapa kayak gini?”Suaranya bergetar, antara takut dan bingung. Amelia berusaha mendorong dada kekar di depannya.Tapi tubuh Kayden malah semakin mendekat. Hingga Amelia bisa merasakan tubuh kekar yang menghimpitnya."Selama ini kamu suka godain aku. Sekarang dibales, kenapa takut. Hm?" tanya Kayden.Seketika Amelia menelan ludah. Jantungnya berdebar kencang. Wajah tampan dan mempesona ada di depan matanya.Namun akal sehatnya masih mengingatkan bahwa hal ini adalah perbuatan yang tidak benar."Om. Aku—""A

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status