Share

Camping

Penulis: Centong ajaib
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 22:44:17

“A... Apa?” suaranya tercekat.

“Aku tanya. Kamu beneran gak pernah nyentuh dia nggak? Bukan sekadar pegang tangan, maksudnya… kiss atau semacamnya.” Govan menatap tajam, matanya menusuk.

Berlian menelan ludah. Ia berusaha tidak terlihat terlalu defensif, tapi jantungnya berdetak cepat. “Enggak. Sumpah, Om. Aku gak pernah macam-macam sama Nabila. Aku tahu batas.”

Govan tetap menatap lekat-lekat seolah mencari tanda kebohongan. Lalu ia mengangguk pelan.

“Bagus.”

Hening.

Suasana mendadak canggung. Berlian menghela napas, mencoba santai. “Kalau boleh jujur, Om… aku sempat suka sama Nabila. Tapi aku sadar... perasaanku kalah telak dari seseorang.”

“Maksudmu?” Govan mengerutkan dahi.

“Kalah dari Om.” Berlian tertawa hambar. “Dia gak pernah lihat aku kayak aku lihat dia. Tapi waktu dia lihat Om... matanya beda.”

Govan terdiam. Ia menoleh ke langit yang mulai berubah warna, merah keemasan senja menyapu uap air yang menggantung di udara.

“Aku pamannya,” gumam Govan pelan, nyaris seperti bica
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menggoda Sang Paman   Dia bukan pamanmu

    “Govan bukan pamanmu,” bisik Tante Anes lirih, namun cukup jelas untuk menghentikan detak jantung Nabila seketika.“Maksud Tante apa?” Nabila menoleh cepat, matanya membulat.Anes menyilangkan tangan di dada, menatap Nabila tanpa berkedip.“Dia bukan saudara kandung Tante dan ibumu. Govan itu cuma anak angkat dari almarhum Ayah, kakekmu. Nggak ada hubungan darah sedikit pun antara kalian.” Suaranya tenang, namun tajam. “Jadi... sebenarnya nggak wajar kamu terus-terusan tinggal serumah sama dia.”“Itu... itu nggak benar. Nggak mungkin...” Napas Nabila tercekat. Ia melangkah mundur setapak, seperti baru saja ditampar kenyataan yang tak pernah ia bayangkan.“Dia bukan pamanku?” tanyanya lagi, suara gemetar, seolah berharap ada penyangkalan.Anes justru melangkah pelan mendekat, wajahny

  • Menggoda Sang Paman   Ayo tinggal disini

    Esok harinya, langit tampak cerah. Matahari menggantung tinggi saat Govan dan Nabila tiba di rumah besar milik Anes dan, Dian. Rumah dua lantai bergaya klasik itu terletak di sebuah kompleks elit, jauh berbeda dari lingkungan rumah sederhana tempat mereka biasa tinggal.Begitu mobil Govan berhenti di halaman, pintu depan langsung terbuka.“Wah! Sudah datang juga!” seru Dian ramah, melangkah cepat menuruni anak tangga. “Masuk, masuk!”Govan membalas dengan senyum sopan, “Makasih, Dian. Maaf ganggu.”“Apa ganggu? Justru seneng banget kalian mau mampir.” Dian menepuk bahu Govan, lalu menoleh ke arah Nabila. “Dan ini pasti Nabila, ya? Ya ampun, cantik banget sekarang. Kayak bukan anak kecil yang dulu deh.”Nabila hanya tersenyum kecil. “Iya, Om... makasih,” ujarnya pelan.Rasa tidak nyaman la

  • Menggoda Sang Paman   Ngajak nginep? Yg bener aja

    Riang tawa dan denting gelas saling bersahutan di dalam aula megah tempat pesta pernikahan berlangsung. Musik lembut mengalun, tamu-tamu terus berdatangan dan mengisi meja-meja yang disusun rapi.Di meja tengah yang paling dekat ke pelaminan, keluarga besar memusatkan perhatiannya bukan hanya pada pasangan pengantin, tetapi pada sosok lain yang mencuri sorotan, Nabila."Siapa sih tadi cewek cantik yang datang bareng Govan?" bisik seorang tante bermake-up tebal, mencondongkan tubuhnya ke arah sepupu perempuan Anes."Yang bajunya hijau itu? Cantik banget, ya ampun… mukanya kayak artis!" ujar sepupu lain, matanya tak lepas dari sosok Nabila yang kini tengah menyendokkan sup jamur dengan anggun."Aku sempat nanya ke Mbak Retno, katanya itu keponakan Anes, Si Nabila. Yang dibawa Govan dulu…""Tapi masa iya? Bukannya Nabila itu gendut ya, dulu kan waktu kecil dia ge

  • Menggoda Sang Paman   Disangka istri

    Mobil hitam elegan berhenti perlahan di depan gedung pernikahan mewah di pusat kota Bandung. Gedung itu berdiri megah dengan arsitektur modern yang dipadukan dengan sentuhan tradisional, dihiasi oleh lampu kristal yang berkilauan dan karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke dalam ballroom.Govan keluar terlebih dahulu, mengenakan setelan jas hitam yang rapi dan elegan. Ia kemudian membuka pintu untuk Nabila, yang melangkah keluar dengan anggun. Gaun hijau zamrud yang dikenakannya tampak berkilau di bawah cahaya matahari, memancarkan aura kemewahan dan keanggunan. Riasan wajahnya yang sempurna menambah pesonanya, membuat siapa pun yang melihatnya terpesona.“Kamu siap?” Govan menoleh sekilas.Nabila mengangguk pelan, meski jari-jarinya masih menggenggam clutch bag erat. “Aku… agak gugup, Om.”“Tenang. Kamu aman bersamaku.&rd

  • Menggoda Sang Paman   Waduh!

    Pagi itu, suasana di kamar rias Puspa dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan. Para penata rias sibuk menyempurnakan tampilan Puspa yang duduk anggun di depan cermin besar. Gaun pengantin berwarna putih gading dengan detail renda halus membalut tubuhnya, sementara rambutnya ditata dalam sanggul modern yang elegan.Di sudut ruangan Ratu, adik Puspa, tengah mengenakan kebaya seragam berwarna biru pastel yang senada dengan anggota keluarga lainnya. Ia menatap cermin, memastikan setiap detail penampilannya sempurna."Mama, Om Govan dapat baju seragam juga nggak?" tanya Ratu sambil membetulkan antingnya.Anes, sedang duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat, melirik Ratu melalui cermin."Nggak, dia nggak dikasih. Lagipula, dia bukan bagian dari keluarga inti kita," jawab Mira dengan nada datar."Tapi dia kan Adik, Mama," ujar Ratu, sedikit bingung. "Keluarga mama yan

  • Menggoda Sang Paman   Untukmu

    Tengah Malam di Kamar Govan.Cahaya laptop menerangi wajah Govan yang duduk bersandar di ranjang. Di meja samping, secangkir kopi sudah dingin. Jam dinding menunjukkan pukul 00.47. Kota sudah terlelap, tapi pikirannya masih berisik.Ia membuka Instagram, sekadar ingin melepas penat setelah seharian bekerja. Jempolnya menggulir layar, lalu berhenti pada sebuah postingan yang memuat potret seorang influencer wanita berdiri anggun dengan gaun berwarna hijau zamrud. Lengan gaun mengembang ringan, pita kecil menghias pinggangnya, dan kainnya jatuh sempurna hingga menutupi betis. Wajah modelnya tersenyum lembut di bawah cahaya sore.Tapi Govan tidak terlalu fokus pada modelnya. Matanya terpaku pada gaun itu. Warnanya, potongannya, keanggunan sederhana yang dibawanya, semuanya terasa... Nabila.Ia terdiam. Jantungnya berdetak lebih kencang tanpa alasan yang bisa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status