Share

Chapter 3: Menghancurkan Dunia

Saat berusia 20 tahun, aku pernah mencintai seorang gadis. Rambut hitamnya diikat, wajahnya seolah dipahat dipadukan dengan senyumnya yang memikat. Belum lagi sifatnya yang periang dan suka membantu orang, aku sangat menyukai segala hal tentangnya. Tapi, sepertinya dia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku. Yah, aku tidak terlalu memikirkannya, lagipula cinta memang perlu perjuangan.

Saat itu aku sudah mendapatkan kekuatan untuk melihat masa depan, kekuatan ini aktif saat aku melihat seseorang, tapi tidak ada yang benar-benar penting tentang masa depan warga desa, hanya ada satu orang yang masa depannya bisa dianggap genting… si gadis.

Aku melihat bagaimana dua orang bandit memperkosa dia bersama-sama dengan cara brutal. Untungnya itu hanya mimpi buruk yang diperlihatkan mata ini, jadi aku bisa mencegahnya, ya… aku sangat yakin bisa mencegah itu dengan satu dan dua cara. Aku memperingatkan si gadis untuk berhati-hati, tapi sepertinya itu tidak mengubah apapun. Aku mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat, dia menganggap ajakanku sebagai kencan, dan dia tidak mau. Aku mengajaknya tidur di rumahku, dia malah menamparku.

Akhirnya, aku memberitahu dia kekuatan yang kumiliki, aku menceritakan bagaimana nasib malang yang akan menimpanya. Gadis itu malah menganggapku gila, dia bilang aku lelaki bodoh pencari perhatian.

Kata-kata menyakitkan itu tidak membuatku menyerah untuk menolongnya, aku memantapkan diri untuk bertarung dengan bandit itu, jadi aku langsung datang ke rumah si gadis pada malam hari. Berdiri di halaman luarnya seperti penjaga sambil menunggu dua bandit itu datang. Akhirnya mereka berdua terlihat, sedang mengendap-endap di semak belukar, dan waktu itu… aku melihat masa depan yang lain.

Gadis itu disetubuhi oleh dua bandit dengan cara yang sama, di atas mayat tanpa kepala, niatku untuk bertarung akhirnya batal. Sekarang hanya tersisa 2 pilihan, pertama; memaksa si gadis untuk pergi keluar dari rumahnya, kedua; berteriak meminta bantuan warga desa. Aku tidak mungkin memakai pilihan pertama, itu sama saja seperti penculikan, tidak mungkin berakhir dengan baik.

Pikirku saat itu, pilihan ke-2 adalah satu-satunya cara, aku berteriak sekeras-kerasnya meminta bantuan warga desa. Si gadis keluar dari rumahnya dengan wajah kesal, lalu memukul kepalaku, dia memaki-maki sambil terus memukuliku.

Dia tidak mendengar satu pun perkataan dariku, hingga beberapa saat kemudian, 6 orang warga desa datang, mereka menanyakan situasinya. Tapi si gadis malah menuduhku sebagai orang yang mengganggunya. Akhirnya mereka kembali ke rumah mereka dengan kesal karena merasa ditipu.

Keesokan harinya, berita itu tersebar ke seluruh warga desa. Mereka seperti memusuhiku, tapi tidak dengan orangtuaku, mereka memberiku semangat, dan menasihatiku untuk tidak mendekati gadis itu lagi. Aku merasa senang, karena bandit itu tidak berhasil menyentuh gadis itu, dia sudah aman… harusnya.

Aku tidak mengindahkan nasihat orangtuaku, dan pergi ke rumah si gadis, untuk memohon maaf karena telah membuat keributan malam itu. Tapi, saat aku tiba di sana, pintunya dikunci, aku mengintip lewat jendela kamarnya. Sakit hati, sedih, marah, semua perasaan bercampur aduk membuat aku kebingungan tentang perasaan apa yang kurasakan saat itu.

Si gadis sedang 'diperkosa' oleh dua bandit dengan cara yang kasar, tapi… ekspresi si gadis tidak terlihat sedih ataupun putus asa. Itu… seperti seekor anjing betina yang disetubuhi oleh para anjing liar. Wajahnya terlihat sangat kegirangan, air liur menetes dari mulutnya, desahan kenikmatan tak kunjung berhenti. Dua lelaki itu sepertinya membicarakanku, dan si gadis setuju dengan mereka berdua, dia bilang aku pengganggu, dia bilang aku bodoh, dia bilang aku dungu.

Karena tidak kuat melihatnya, aku berniat pergi dari tempat terkutuk ini, tapi sialnya gadis itu malah melihatku dari balik jendela. Dia menikmati tatapanku sebentar, lalu keluar dari pintu rumahnya dalam keadaan telanjang, kemudian berteriak sangat keras, 'ada seorang pemerkosa di sini!' katanya.

Aku heran, kenapa baru sekarang? Tapi saat warga desa datang, mereka menatapku dengan hawa permusuhan. Aku menjelaskan bahwa aku tidak melakukan hal itu, dan menjelaskan bahwa dua orang bandit ada di dalam rumah gadis itu. Para warga masuk ke dalam rumahnya, namun tidak melihat satu orang pun di sana.

Si gadis menangis tersedu-sedu, sambil menunjukku. 'Orang ini melihat tubuh telanjangku, kemudian menyerangku,' ucapnya sambil memperlihatkan selangkangan yang penuh dengan air lengket berwarna putih. Dari situ aku mengerti, gadis ini… bukan manusia, dia binatang, binatang paling najis yang pernah aku temui.

Para warga memukuliku tanpa ampun, seluruh bagian tubuhku terluka parah, untungnya kepala desa segera datang melerai para warga. Aku harap masalah ini segera selesai, mungkin aku akan mendapat hukuman, tapi tidak apa-apa, aku akan menjauhi wanita jalang ini, pikirku saat itu.

Sayangnya aku terlalu naif, tak terpikirkan olehku hukuman berat semacam itu, aku disuruh memilih antara dikebiri atau dihukum mati. Tentu saja aku tidak mau keduanya, aku berusaha menjelaskan bahwa gadis ini telah bersetubuh dengan 2 orang pria, namun masih tidak ada yang percaya.

Aku berniat memperlihatkan kemaluanku pada semua orang, untuk menunjukkan bahwa air mani itu bukan berasal dariku, tapi si gadis berpura-pura ketakutan, dia bilang sudah trauma melihatnya. Amarahku memuncak, aku membentaknya dengan kata-kata kasar yang selama ini hanya ada dalam pikiranku. Kebodohan… adalah kata yang cocok untuk menggambarkan diriku saat itu.

Aku masih ingat siksaan yang mereka berikan kala itu, kemaluanku dipotong sepenuhnya, kemudian badanku dikubur hidup-hidup, hanya menyisakan kepala di atas permukaan tanah. Seluruh warga desa melempari kepalaku dengan batu. Sakit, tapi lebih sakit lagi melihat kedua orangtuaku, ayahku berusaha menghalangi batu sambil menatapku dengan rasa bersalah, dia meminta maaf karena tidak bisa melakukan apapun untukku. Ibuku menangis sejadi-jadinya, dia bersujud pada warga, memohon pengampunan untuk anaknya.

"Akhirnya aku mati… diliputi rasa penyesalan dan dendam yang mendalam, harusnya aku menjadi anak yang berbakti dan mendengarkan perkataan mereka. Tapi yah… itu sudah berlalu sangat lama, jauh sebelum kau lahir, Clasius."

Firson menatap Clasius yang kini sedang berbaring di atas tanah dengan mata yang tertutup tapat. Di sekelilingnya ada jutaan mayat berserakan yang tengah dimakan oleh para monster.

"Maaf… sepertinya aku bercerita sangat lama, padahal peristiwa yang kuceritakan tadi tidak terlalu penting. Harusnya aku menceritakan alasan mengapa aku tega membunuh semua makhluk hidup demi mengulang ke masa lalu."

Firson berdiri perlahan. "Kita mungkin tidak akan bertemu lagi, tapi aku yakin… kehidupanmu yang ke-dua, tidak akan seburuk kehidupanmu saat ini." Firson melepas jubah hitamnya, lalu meletakkannya di atas mayat Clasius.

Baju berwarna hitam yang dikenakan Firson memiliki sebuah corak mahkota menyatu dengan tanduk abu. Dia menatap ke gerbang Neraka yang masih terbuka lebar di langit gelap dilapisi cahaya ungu.

"Vagrant! Tutup gerbang dan kemarilah!"

Sesosok makhluk yang teramat besar keluar, bukan dari gerbang, melainkan dari langit di belakangnya.

*Rrawg*

Gerbang Neraka dilahap habis oleh rahangnya yang terbuka lebar. Tubuhnya terlihat sangat besar, bahkan dari kejauhan. Ekornya yang panjang memiliki duri-duri tajam. Kepala naga yang mengerikan disertai 4 sayap, setiap kepakan sayapnya menghancurkan alam di sekitarnya. Makhluk itu– Vagrant –adalah sumber bencana yang seharusnya tidak pernah ada di dunia ini.

Vagrant terbang di bawah langit, sangat jauh dari tanah. Tapi Firson berjongkok, seolah bersiap-siap untuk melompat….

*Brugh!!*

Lompatan Firson sangat jauh, akan lebih tepat untuk menganggapnya sebagai terbang daripada melompat. Makhluk itu pun mempersiapkan kepalanya sebagai pijakan. Firson mendarat dengan tepat ke kepala Vagrant.

Dia menutup mata sejenak, suara manis seorang wanita terus terngiang-ngiang di kepalanya…. Firson menghembuskan nafas berat, lalu membuka mata, tatapan tajam dan dipenuhi tekad yang tak tergoyahkan dia arahkan pada dunia ini.

"Waktunya menghancurkan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status