Share

Chapter 2: Pengkhianatan

"FIRSON! Apa artinya semua ini?!" Clasius membentaknya dengan amarah yang menggebu-gebu.

Firson masih tetap dengan wajah datarnya. "Artinya kau akan mati, bodoh."

"Ap-apa?! Jangan panggil aku bodoh!"

"Malah itu yang kau permasalahkan? Lihat prajuritmu yang kesulitan itu, dan itu juga, sepertinya dia ingin memakanmu." Firson menunjuk ke salah satu monster di medan perang.

Clasius melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Firson dengan ekspresi kengerian. "Itu…"

"Cerberus," tukas Firson. "Yah… akhirnya kau akan mati juga, sungguh melelahkan menjadi tangan kanan seorang Raja yang sangat tolol."

Clasius jelas sangat marah mendengar perkataan Firson, tapi dia tidak punya waktu untuk mengurus hal itu sekarang. Monster besar setinggi 12 meter dengan tiga kepala anjing yang memiliki tanduk, sedang berlari cepat menuju tempat Clasius dan Firson berada. Kuda yang ditumpangi Clasius mengeluarkan suara yang memekikkan telinga, bergerak tak karuan hingga membuat Clasius terjatuh.

Kuda itu ingin berlari menjauh dari tempat ini, tapi sayangnya cerberus sudah sangat dekat dengannya, salah satu kepalanya mengoyak tubuh kuda itu menjadi beberapa bagian, kemudian dimakan oleh dua kepala lainnya.

Clasius berusaha menguatkan hati dan pikirannya.

'Aku sudah berlatih selama 30 tahun, aku juga memiliki 2 pedang Teresial, dan… sebagai The Great King, aku harusnya bisa mengalahkan monster-monster ini,' pikirnya.

Clasius berdiri sambil memegang pedang berbilah emas di tangan kanannya, dia mencengkram dadanya sendiri menggunakan tangan kirinya hingga 5 titik darah keluar dari sana. Darah mengalir, tapi bukan ke bawah, melainkan ke atas, garis-garis darah itu membentuk sebuah pedang di leher Clasius. Dia mengusap darah itu ke atas hingga mencapai dagunya, akhirnya sebuah pedang berwarna merah pekat keluar dari mulutnya.

Cerberus telah selesai memakan kuda sampai tulangnya pun tak bersisa, monster itu menoleh ke Clasius sambil memperlihatkan gigi tajam yang penuh dengan darah. Clasius tidak gentar, dia membuat pose menyerang dengan 2 pedang berwarna emas dan merah di kedua tangannya.

Cerberus menyerang lebih dulu sambil meraung untuk mengintimidasi lawannya. Dengan percaya diri Clasius menutup matanya, sebuah aura yang terasa begitu agung keluar dari tubuhnya, dia kemudian membuat satu gerakan menebas ke bawah dengan pedang emas di tangan kanannya.

*Slash*

Aura emas berbentuk bulan sabit melesat dari pedang, menyebabkan satu kepala cerberus terpotong dari tubuhnya. Rasa sakit itu menjalar sehingga dirasakan oleh dua kepala lainnya, monster itu meraung, keempat matanya berubah menjadi merah darah, tatapan kebencian diarahkan pada Clasius yang saat ini sedang berdiri dengan tenang sambil membuat pose menyerang.

Cerberus adalah monster Neraka yang cukup pintar, sekarang dia sudah tahu serangan frontal tidak akan bekerja pada musuh di hadapannya, jadi monster itu menggunakan cara lain. Perut cerberus bergejolak, tubuhnya sedikit bergetar, cerberus kemudian membuka rahangnya lebar-lebar.

Clasius tidak tahu apa yang akan dilakukan monster itu, tapi dia tidak panik, hanya mengamatinya dengan teliti….

*Raaahhhh!*

Semburan api besar muncul dari mulut cerberus, Clasius hanya tersenyum sinis melihat api itu. Dia memposisikan pedang merah yang dipegang oleh tangan kiri ke depan tubuhnya. Saat api bersentuhan dengan pedang, itu langsung tersedot ke dalamnya, tidak menyisakan sedikit pun.

Cerberus tersentak melihat fenomena aneh itu, insting memberitahunya untuk segera kabur dari tempat ini, cerberus menuruti instingnya dan langsung kabur menjauh dari Clasius. Sayangnya Clasius tidak akan membiarkan monster itu kabur, dia membungkuk sedikit, dengan pedang emas di samping telinga kirinya dan pedang merah di samping telinga kanannya.

*Brugh!*

Tanah pijakan Clasius retak, dia melesat dengan sangat cepat menuju cerberus yang sedang lari terbirit-birit.

*Slash! Slash!*

Dua pedang diayunkan bersama, dua kepala cerberus dipenggal dengan potongan yang rapi. Tubuh tanpa kepala itu langsung jatuh tersungkur ke tanah. Clasius menatap ke kerumunan monster di sekelilingnya, banyak prajuritnya telah dikoyak, lolongan monster, jeritan kesakitan, isak tangis, semua bersatu membuat Clasius ingin menutup telinganya. Hal itu membuat dia tidak menyadari langkah kaki di belakangnya.

*Stab!*

"...eh…?"

Clasius menundukkan kepala, dia melihat sebuah pedang menembus dada kirinya.

"Kebanggaanmu semakin memuncak semenjak kemenangan pertama waktu itu," tutur suara parau di belakangnya.

Clasius tahu betul siapa pemilik suara itu.

"Fir..son…?" panggilnya dengan kesulitan.

"Ya, ini aku." Firson menjawab dengan nada datar.

"Kenapa?"

Firson menaikkan bahunya. "Ini memang tujuanku dari awal."

Hanya ada satu yang terpikir oleh Clasius, alasan Firson mengkhianatinya….

"...apa kau… ingin menjadi raja…?"

Firson menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya ingin menghancurkan dunia," katanya.

"..." Clasius terdiam mendengar jawaban Firson, mungkin tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dibicarakan pengkhianat ini.

"...kau tidak akan mengerti, dan tidak akan pernah mengerti… tak ada satu pun manusia yang bisa mengerti…" ujar Firson dengan ekspresi gelap

Clasius menggertakkan giginya. "Ti-dak ada… yang b-bisa mengerti… jika kau…. Uhuk! Uhuk!... tidak memberitahu…" tutur Clasius sambil batuk darah.

Firson tidak menjawabnya dengan kata-kata, melainkan tindakan, dia menarik pedang yang menusuk dada Clasius.

"Haaa!" Rasa sakit yang intense menyerang Clasius, kedua pedangnya terlepas dari genggamannya, dia tumbang dan akan segera tersungkur, tapi dia menopang tubuhnya menggunakan kedua tangannya, Clasius masih memiliki keinginan untuk hidup. "Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

"Kenapa kau begitu gigih? Tidak ada salahnya menerima kematian, lagipula dunia akan segera hancur. Para monster Neraka tidak akan berhenti sampai seluruh kehidupan di dunia ini musnah." Firson menjelaskan sambil mengelap darah pada pedang menggunakan jubah hitamnya.

Clasius mengeluarkan aura emas di sekitar tubuhnya, suhu udara seketika berubah, dia berusaha berdiri menggunakan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Clasius menatap Firson dengan mata sayu yang terlihat bisa menutup kapan saja, anehnya tidak ada rasa benci atau amarah dalam tatapannya. Dan itulah yang membuat batin Firson sakit.

"Beritahu aku alasannya…" ucap Clasius dengan nada lemah.

"Haaah…" Firson melembutkan tatapannya sambil memasukkan pedang ke sarungnya, lalu dia menunjuk mata ungunya. "Mataku bisa melihat masa depan yang sudah pasti terjadi, dan mata ini memperlihatkan aku sebuah kejadian luarbiasa jika aku menghancurkan dunia, kau tahu apa itu?"

"Merenggut kebahagiaan… semua umat manusia…"

Ekspresi Firson tetap datar. "Ya, itu memang benar, tapi bukan itu tujuanku," Firson tersenyum. "Aku akan mengulang kehidupanku di masa lalu."

Clasius menatapnya dengan ekspresi kaget serta jijik. "Hanya itu…?"

Firson mengabaikan tatapan Clasius yang menghinanya. "Ya, sudah kuduga kau tidak akan mengerti."

"Kau… memanggil monster Neraka… membunuh aku… beserta seluruh prajurit… hanya untuk alasan egois itu…" tuturnya dengan wajah tidak percaya.

"Clasius, apa kau pernah berpikir untuk kembali ke masa lalu dan mengulang kehidupan yang kau jalani saat ini?"

"Tidak," tegas Clasius.

Firson menaikkan alisnya. "Apa kau yakin? Kau tidak memiliki penyesalan selama hidupmu?"

"Ya… aku bukan pecundang… yang menyesali setiap perbuatan… yang telah kulakukan."

Kemarahan dapat terlihat jelas di wajah Firson, tapi bukan mengarah pada Clasius. "Pecundang… yah, itu sebutan yang cocok untukku, seorang pecundang yang tidak bisa melindungi apapun meski sudah dianugerahi kekuatan luarbiasa," katanya dengan nada yang emosional.

"..."

Firson duduk di tanah, di tengah kekacauan pertarungan monster dan para prajurit, tatapannya melihat sesuatu yang sangat jauh, seolah menembus ruang dimensi. "Biarkan aku menceritakan sebuah kisah untuk mengantar kematianmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status