"Kau ... Iblis tapi punya jiwa penduduk surgawi?" celetuk Yue heran."Dasar Gadis Bodoh, kau masih sempat mengomentariku sementara kau sendiri sedang ditipu!" bentak Bayangan Cermin itu."Apa maksudmu?" tanya Yue heran."Ck, kau bahkan lupa pemilik asli tubuhmu itu, kau Ran Xieya! seseorang yang seharusnya mengakhiri hidupku dan menjadi pahlawan untuk kaummu tapi kau malah terperangkap oleh Dewa Gadungan itu, kini hidupmu dan keluarga kecilmu ada dalam bahaya, Xieya," ucap Wanita itu. Yue masih saja tidak mengerti dengan ucapan dari Wanita dalam cermin itu. "Aku tidak mengerti apa yang kau coba katakan," ucap Yue menanggapinya."Kalau begitu, mengapa kau tidak ada satu manusia yang tahu kisahmu? atau kuil tempatmu berasal?" tanya Wanita itu penuh selidik.Gemuruh hujan deras terdengar bersamaan dengan kedua mata Yue yang membelalak. Kenyataannya dia bahkan tidak tahu siapa dirinya sebenarnya. Ia ratapi Wanita yang punya wajah seiras dengannya dengan senyum puasnya itu."Nah, bukannya
"Tidak, Tian-Tian!" jerit Yue berusaha bangkit, sebuah cairan merah keluar dari perutnya Yue. Kini Yue sadar jika di dunia fana ini ia juga tidak memiliki keabadian."Kemari ... Lanse Tian," ucap suara yang berat dan dingin itu. Sekelebat pedang bergagang biru terbang cepat mengarah ke kamar dan menghunus Iblis itu. Menghabisinya dalam seketika.Yue menatap kedua tangannya yang baru memengangi perutnya mengeluarkan darah merah. Kedua tangannya bergemetar hebat. "Aku ... aku terluka?" "Xieya!" Han Xue Tian panik saat memasuki apartemen, ia mendapati Yue tengah berdiri sembari melihat kedua tangannya yang dipenuhi oleh cairan merah berasal dari luka di perutnya. Han Xue Tian melesat menghampiri Yue dengan cepat kala Wanita itu ambruk tak sadarkan diri.Han Xue Tian meraih tubuh Yue yang terkulai lemas dan tak berdaya itu. Ia menggendong Yue keluar dari apartemen namun sempat berdiri diambang pintu, ia menyadari jika mantera pelindung sudah hancur oleh Iblis. "Tian-Tian! Nak, kemari!" t
"Aku menolak kembali," ucap Han Xue Tian tanpa sudi menoleh. "Kau bertingkah seperti anak kecil, mengabaikan misi, menjalin hubungan dengan orang yang paling berbahaya dan keluar masuk ke Shizu Ran." Wanita itu berucap sembari melirik anak kecil yang sedang tidur dalam pangkuan Han Xue Tian. Setelah itu ia melihat Yue yang terbaring lelap tak berdaya. "Dia bau busuk, lukanya berasal dari Iblis yang membawa penyakit dan mustahil medis bisa menghilangkan energi buruk yang tertinggal di luka itu," ucap Wanita itu mendekati Yue. "Aku tahu," ucap Han Xue Tian. "Inilah alasanku memanggilmu, Jie," gumam Han Xue Tian. Wanita itu mendengkus kesal. Dia sepupu dari Han Xue Tian, satu-satunya orang yang tidak memihak keluarga Xuanze dan tidak juga memihak sepupunya, Wanita ini tidak memihak siapapun namun masih sudi menolong Han Xue Tian. "Zaman seperti ini tidak ada Tabib selain aku yang bisa mengetahui luka seperti ini," ucapnya bergumam kemudian memerhatikan Yue. "Lantas mengapa Wanita polo
"Apakah namaku Ran Xieya?" tanya Yue. Han Xue Tian mengangguk. "Kau Ran Xieya, Senna Cassia, dan istriku," jawab Han Xue Tian. Yue menitikkan air mata pada kedua mata magentanya. Ia mulai terisak sendiri karena ingatannya dan kepercayaannya mulai bercampur namun perasaan Yue terhadap Han Xue Tian dan Tian-Tian anaknya tidak bisa dibohongi. "Maafkan aku, Xue Tian." gumam Yue perlahan....Pagi menyingsing dengan mentari yang hangat membelai permukaan kehidupan bumi. Seorang Wanita sudah beranjak duduk dipinggiran ranjang kasur pada sebuah ruang perawatan. Yue menatap Han Xue Tian yang tidur dengan posisi duduk di sofa, Pria itu bersandar sambil mendekap Anak Kecil dalam pelukannya, Bocah itu juga masih terlelap dalam tidurnya. Sekilas Yue yang sudah bangun lebih dulu sedang memerhatikan raut Tian-Tian yang mirip seperti Han Xue Tian, keduanya seiras hanya beda ukuran jadi Yue terkekeh sendiri. “Lucu dan menggemaskan sekali,” gumam Yue.Yue pun memiliki ide gila sendiri. Ia tering
"Semua itu dusta, tentu saja."...“Sahabatku hilang bertahun-tahun kemudian kembali tanpa memori, bahkan sudah memiliki anak denganmu, pikirkanlah ... apakah Senna tipikal orang yang tidak mengundang pernikahannya dengan sahabatnya?” celetuk Elya geram.“Aku tidak mengerti maksudmu, Nona Elya,” sahut Han Xue Tian.“Hai Senna, aku tak memintamu menyambutku dengan hangat, hanya ingatlah namaku,” ucap Elya dengan tatapan yang sulit diartikan.Yue memandangi Gadis itu dengan seksama kemudian gantian melirik Han Xue Tian yang membungkam itu. Yue memamerkan senyuman manisnya. “Elya kenapa cara bicaramu kaku?” tanya Yue sembari tersenyum.Han Xue Tian tahu jika Ran Xieya tidak memiliki ingatan dan terjebak dengan sosok "Yue" yang ia yakini sebagai diriya saat ini. Han Xue Tian pun memilih diam sejenak untuk mengamati dengan seksama sikap yang tengah Yue jalani saat ini.Sandiwara apa yang kau coba lakukan untuk menyembunyikan semua ini, Yue? batin Han Xue Tian sembari menelisik dengan tat
Pagi ini ketika mentari menaik, sinar mentari dan hangat suhu itu mengintip masuk dari horden jendela yang terbuka seiring dengan terbukanya sepasang jendela kaca itu. Horden putih, meliuk-liuk mengikuti semilir angin yang menerpa. Semua itu mengenai sosok tubuh yang berbaring diatas ranjang kasur disebuah kamar luas dengan ornamen-ornamen berwarna merah temaram.Sosok mungil itu, mulai bergerak gelisah dalam tidurnya. Hingga kedua kelopak matanya terbuka menampaki sepasang iris violet dengan netra yang membesar. “Huh?” ia masih berbaring dengan menolehkan kepalanya menatap jendela yang terbuka itu, taman dengan bunga-bunga wisteria yang menyambut pemandangan pertama setelah bangun tidur ini."Xieya, kita ada di rumah Kakek, maaf kemarin memindahkanmu dari Rumah Sakit dalam keadaan tidur karena situasi mendadak," ucap Han Xue Tian yang kala itu berdiri diambang pintu. Yue atau kini sudah kembali menjadi Ran Xieya mulai beranjak menduduki dirinya. Ia tatap Pria berambut hitam panjang
"Aku pun membuat dosa, selama kau menghilang, Tian-Tian kurang perhatian dariku membuat adikmu selalu membenciku," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya tersenyum lembut. Seseorang yang semula datar tanpa ekspresi seperti Han Xue Tian dapat berubah demi anaknya. Ran Xieya memaklumi kesulitan yang dialami oleh Han Xue Tian, jadi ia beranjak berdiri kemudian membelai permukaan wajah Pria Rupawan itu meski harus berjinjit. "Pasti sulit bersama Tian-Tian sejak bayi hingga besar," ucap Ran Xieya tersenyum kecil."Maafkan aku Xue Tian," "Tidak perlu, Xieya, aku juga bersalah,""Kalau begitu kita harus memperbaiki lagi semuanya," ucap Ran Xieya tapi kini tersenyum kecil. "Kurasa mumpung ada di dunia ini ... bagaimana jika kita menyapa keluarga-keluargaku yang menyebalkan itu?" ...Perjalanan yang tidak terlalu jauh ditempuh oleh mobil metalik hitam yang melaju membelah keheningan jalan raya. Ran Xieya duduk dibangku penumpang belakang sembari mengusap puncak kepala anak laki-lakinya yang berbarin
Agar menjadi pertemuan yang impas, usai berkunjung ke kediaman Ran. Kini Ran Xieya bersama keluarga kecilnya gantian mengunjungi kediaman keluarga Xuanze untuk mengenalkan keluarga kecil ini sekaligus mencari tahu masalah yang sedang mereka alami. Ran Xieya tidak menipu jika saat ini ia merasa gugup untuk bertemu seluruh keluarga Xuanze yang akan menolak kehadirannya, mengingat dulu saat bertemu di Rumah Sakit usai Ran Xieya kembali ke dunia ini, pertemuannya dengan Nyonya Besar Xuanze dan sepupu dari Han Xue Tian alias Xuanze Rhein Qita tidaklah baik. "Xieya, kamu yakin dengan semua ini?" tanya Han Xue Tian yang sedang menyetir masuk ke dalam jalanan kawasan hutan dari kediaman Xuanze.Ran Xieya menatap Putranya, ia terlanjur sudah mengandung dan melahirkan benih cintanya bersama Han Xue Tian meski pernikahan itu terjadi di dunia lain yang berbeda. "Kita bukannya harus tetap menghadapinya? apalagi hanya keluarga Xuanze yang tahu rahasia dari portal dan array dari dunia itu," jawab