Share

Flasback (Eksekusi)

Suasana privat cafe yang biasa menjadi tempat tongkrongan para pemuda elit itu kini semakin mencekam karena dedengkotnya tak melepas wajah seramnya semenjak kemarin.

"Arrrgggghhhh... Mau sampai kapan Ringgo ngga bisa diharapkan kayak gini sih?" jerit Rama yang dibalas kekehan kecil dari para sahabatnya.

"Sabarlah, Bos! Baru juga 2 hari. Kalau sampai dia ketahuan polisi, bukan tidak mungkin kita juga ikut tersangkut. Toh kita juga sering pesan barang sama dia kan?" jelas David meredam ketua PUNGGAWA tersebut.

Flasback 2 hari yang lalu

"Halo, Bang Ringgo!" sapa Kevin kepada seseorang di seberang telepon.

"Halo, ada apa? Kalau mau pesan barang? Pending dulu! Gue lagi ribet melarikan diri ini. Polisi kayaknya sudah mencurigai usaha gue." balas Ringgo tanpa basa-basi yang membuat Kevin susah menelan ludah.

"Ck... ngga bisa diusahakan apa, Bang? Tau sendiri kalau Rama yang minta, susah buat diredamnya," sahut Kevin kembali.

Jujur sebenernya dia takut kalau sampai Rama tantrum karena keinginannya tidak terpenuhi. Bisa banyak masalah nantinya.

"Ck... Kau gila apa? Buat keluar aja gue sudah kesulitan apalagi mau cari barang. Apalagi selera Rama itu tinggi. Mau gue carikan yang gampangan? 2 hari lagi deh. Ntar gue kabarin kalau dah dapat." pungkas Ringgo seraya menutup panggilan teleponnya.

Sementara di basecamp, Prabu, Dirga, dan Sandy hanya mampu mendesah kesal.

PESTA GAGAL!!!

*****

Malam ini ruangan basecamp PUNGGAWA kembali sangat berantakan. Emosi sudah tak tertahan karena pada akhirnya, mereka menemukan biang masalah yang membuat anggota inti PUNGGAWA itu seperti ketiban sial.

Bahkan Rama yang biasanya selalu kuat, kini sudah meneteskan airmata.

"Gue minta maaf!" lirih Rama yang membuat sahabatnya ikut merasakan iba.

"Bukan salah lo. Kita juga salah karena sudah ceroboh menaruh berkas-berkas penting ditempat yang mudah disinggahi semua anggota." balas Dirga yang tak ingin Rama menanggung beban yang sebenarnya bukan salahnya.

"Kalau bokap gue ngga merusuhi usaha kita, gue yakin Doni juga ngga akan berani lancang pada komputer kerja kita." ucap Rama kembali. Para sahabatnya hanya terdiam dan hanya mengelus punggung Rama memberi sedikit kekuatan padanya.

Beberapa jam yang lalu, mereka akhirnya menemukan biang masalah yang selalu membuat mereka selalu sial.

Doni, wakil dari PUNGGAWA yang selalu mereka andalkan sebagai wakil untuk mengurus segala bisnis PUNGGAWA. Namun, tawaran Najendra, ayah Rama, membuatnya menjadi seorang pengkhianat.

Selamanya, uang menjadi tolak ukur sebuah kesetiaan. 10M uang yang ditawarkan Najendra untuk Doni andai bisa membuat PUNGGAWA hancur. Dan tanpa berpikir lama, Doni langsung menyanggupi.

Drt drt drt

Ponsel Rama bergetar. Tertampang nama yang paling dia tunggu akhir-akhir ini.

'TEMPAT BIASA'

'MALAM INI'

'JANGAN BERISIK'

'HARGA LANGSUNG TRANSFER'

Rama menatap ponsel itu lama. Namun akhirnya segera bergegas setelah memesan sebuah mobil online.

"Kita berangkat"

*****

Sementara itu, Karamel yang tiba-tiba dijemput Amel menjadi kaget. Mereka memang bisa dikatakan sahabat. Tetapi untuk acara keluar untuk sekedar jalan-jalan atau nongkrong, Amel tak pernah mengajak Kara. Entah Kara yang terlalu sibuk, atau Amel yang malas karena penampilan Kara yang selalu ketinggalan zaman.

"Kita mau kemana, Mel?" tanya Kara karena tak biasanya sahabatnya itu mengajak main di malam hari.

"Kita ajak kamu gaul biar ngga butek kepalamu dengan rumus dan buku." balas Amel seraya tersenyum. Memang biasa kalau Amel mengajak Kara main. Namun tak pernah semalam ini.

"Jangan yang aneh-aneh ya, Mel!" ucap Kara yang sepertinya mulai ketakutan. Jalan yang mereka lewati mulai gelap dan banyak pohon-pohon tinggi.

Kara melihat arah mobil yang dipakainya. Ada sebuah motor yang selalu mengikuti mereka dri tadi. Kara menyipitkan kedua matanya. Kedua orang dibelakangnya seolah tak asing.

"KESYA!!!"

Benar itu Kesya. Syukurlah! Kalau ada apa-apa setidaknya ada Kesya yang akan membantunya bukan? SEMOGA!!!

Amel mengajak Kara memasuki rumah mewah ditengah perkampungan. Setidaknya tak akan ada apa-apa bukan?

"Ayo masuk!" ajak Amel. Kara pun mengikuti langkah Amel memasuki rumah mewah tersebut. Namun tak lama kemudian, Amel berbalik menjauh saat 2 orang pria berbadan besar mendekat.

"Mel, apa maksudnya ini?" Kara mulai kebingungan saat kedua laki-laki itu menyeret tubuhnya.

"AMEL!!! KENAPA KAMU MELAKUKAN INI? MEL!!! TOLONG!!!" teriak Kara yang diacuhkan Amel. Setidaknya buat Amel, satu rencananya sudah berhasil.

Sedangkan Kara, terus mencoba memberontak dari cengkraman kedua laki-laki itu. Dia sadar kekuatannya tak akan mampu untuk melawan mereka. Namun setidaknya, dia tak akan menyerah sebelum berusaha.

"Tolonglah, Om! Lepas! Saya punya salah apa sama Om? Kita tidak saling kenal bukan???" rintih Kara yang dibalas senyuman sinis dari kedua orang di depannya.

"Kalau Lo tanya salah Lo, Lo tanya sama orang yang menjual Lo! Harga Lo sangat tinggi. Jadi kami bakal jaga Lo kayak emas." ucap salah satu dari mereka.

"Siapa?" tanya Kara.

Bodoh memang! Tak mungkin kan mereka bicara siapa orang yang ingin mencelakainya kepada korban.

"Coba Kau pikir. Siapa saja musuhmu? Cantik kok punya banyak musuh!" jawab mereka.

Musuh? Siapa? Apakah selain Amel dan Kesya masih ada lagi orang yang tidak menyukainya? Tetapi siapa?

Tak lama kemudian, datang lagi seorang laki-laki yang mendekati Kara. Tampangnya yang seram membuat Kara jadi tidak berkutik.

" Bawa ke tempat biasa. Sudah ditransfer!" perintahnya.

Raut wajah Kara berubah ketakutan seketika. Inikah akhir hidupnya?

***flashback off***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status