Share

Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah
Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah
Author: fu84story

Bab 1

Author: fu84story
last update Last Updated: 2025-10-10 16:21:15

“Dalam waktu dekat, saya akan mengundurkan diri sebagai CEO.”

Ucapan itu mengalir begitu saja dari bibir Pak Junaedi. Membuat Mira Anindita Hartono—31 tahun, seorang content strategist di divisi digital marketing. Dia nyaris menjatuhkan gelas air mineral yang sedang ia genggam. Sejenak, tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup pelan namun tidak tenang.

“Ma—maksudnya, Pak? Bapak mau … mengundurkan diri?” tanya Mira perlahan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. “Nggak. Nggak mungkin Bapak mundur dari jabatan Bapak gitu aja.”

Rasanya seperti mendengar kabar buruk di siang bolong. Mira belum bisa memercayai bahwa seorang CEO yang ia anggap seperti ayahnya sendiri, justru tiba-tiba membuat keputusan sebesar itu.

Padahal selama ini, Pak Junaedi tidak pernah terlihat tertekan. Justru beliaulah yang selalu memberikan semangat kepada para pegawai, dari divisi manapun. Termasuk Mira yang baru genap enam bulan bergabung di FoodBeary. Perusahaan jasa pengantaran khusus makanan yang sedang berkembang di Jakarta.

“Kalau Bapak mundur. Siapa yang akan menggantikan posisi Bapak?” tanya Mira lagi, kini dengan suara lebih pelan. Suasana ruang kerja itu terasa pengap, meski suhu pendingin ruangan sudah disetel ke 17 derajat.

Pak Junaedi menyandarkan punggung ke kursi. Senyumnya tak lagi selebar tadi. “Seseorang yang lebih muda, sangat kompeten. Dewan direksi sudah memutuskan. Saya percaya dia mampu membawa perubahan yang baik.”

Mira terdiam. CEO baru? Lebih muda? Kompeten? Kata-kata itu bergaung di benaknya, disusul rasa cemas yang tak tertahan. Perubahan besar seperti ini jarang berakhir mulus. Apalagi bagi seseorang yang baru saja mulai merasa nyaman seperti dirinya. 

“CEO baru itu akan mulai transisi minggu depan. Kamu nggak perlu khawatir sekarang. Fokus saja sama tugas kamu, ya, Mira.”

Wanita itu mengangguk pelan. “Terima kasih, Pak. Saya ... sungguh tak menyangka bisa mendapat kabar seperti ini. Bahkan saya tidak diberi kabar apa pun oleh Bapak."

Bagi Mira, bekerja di FoodBeary adalah langkah awal dalam membangun karier jangka panjang. Ia masih belajar banyak hal, dan Pak Junaedi adalah sosok yang tak tergantikan. Kehilangan panutan seperti beliau, bukan hal yang mudah diterima.

“Saya percaya kamu bisa melewatinya,” ucap Pak Junaedi, menepuk pelan permukaan meja. Ia lalu berdiri dan meninggalkan ruang itu, menyisakan Mira yang masih terpaku di tempat.

Matanya menatap ke luar jendela. Langit Jakarta mulai kelabu, awan menggantung berat seolah mengerti beban hati Mira. CEO baru. Lebih muda. Lebih ambisius, mungkin?

****

Pukul 12.38 siang. Mira kembali masuk ke dalam lift lantai dasar FoodBeary dengan segelas kopi instan di tangan kanan. Kaus putih dan cardigan biru langitnya tampak kontras dengan suasana kantor yang terasa muram.

Dia baru selesai makan siang sendirian di kantin basement. Teman-teman lain entah ke mana, sebagian lebih suka nongkrong di convenience store dekat lobi utama.

“CEO baru? Siapa, ya, kira-kira?” gumamnya lirih, berbicara pada dirinya sendiri. Belum pernah seumur hidup dia harus menghadapi pergantian pimpinan langsung seperti ini.

Mira mencoba menghibur diri. “Nggak, Mira. Jangan mikir yang aneh-aneh. Bisa aja CEO barunya jauh lebih baik.”

Namun semakin dia meyakinkan diri, semakin kuat pula rasa gelisah yang mengendap di dadanya. Belakangan ini, bekerja sebagai wanita karier di usia kepala tiga membuatnya sering lupa arti pulang dengan hati ringan. Tuntutan pekerjaan, tekanan dari atasan , dan beban target membuatnya harus kuat setiap hari. Walau tak jarang tubuh dan pikirannya sudah kelelahan.

Begitu lift terbuka, langkah Mira sempat terhenti. Di kejauhan, suasana lantai marketing terlihat lebih tegang dari biasanya. Semua orang tampak berdiri.

“Hei, aku denger-denger Pak Junaedi mau mengundurkan diri?” bisik Gina, teman satu timnya—sambil menepuk bahu Mira.

Mira menoleh. “Dari siapa kamu dengar?”

“Dari beberapa kepala divisi. Kayaknya udah nyebar ke mana-mana,” ucap Gina dengan nada ringan. “Seriusan deh, Mir. Kalau beneran mundur, siapa yang bakal gantiin beliau?”

“Perusahaan kita masih kecil, Gin. Mungkin ya, beliau ingin generasi muda yang megang kendali.”

“Hmm, bisa jadi,” jawab Gina sambil menyeruput kopi. “Tapi tetep aja. Aku agak ngeri, sih.”

Belum sempat Mira menanggapi, suara berat dan tegas terdengar dari ujung ruangan. “Tolong perhatian semua!”

Seketika ruangan menjadi hening. Seorang pria dengan setelan jas abu-abu dan dasi garis-garis berdiri tegak di depan divisi mereka. Matanya tajam, pembawaannya penuh percaya diri.

“Saya sudah keliling semua divisi, dan menurut Pak Junaedi, divisi ini salah satu yang punya kinerja stabil,” katanya, suaranya bulat dan tegas.

Mira memandangi pria itu. Ada sesuatu yang terasa familiar, tapi dia belum bisa menebaknya. Sorot mata itu, suara itu. Ada memori yang mencoba muncul ke permukaan, namun belum terbentuk jelas.

“Saya ke sini hanya ingin memperkenalkan diri,” lanjut pria itu. “Saya akan mulai aktif tiga hari ke depan, sampai Pak Junaedi resmi menyelesaikan transisinya.”

Detik itu, Mira mulai gelisah. Dadanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Pikirannya belum tenang ketika pria itu melanjutkan kalimat berikutnya.

“Nama saya Firman. Firman Setiawan. CEO baru FoodBeary yang akan menggantikan Pak Juanedi.”

Mata Mira membelalak. Detik berikutnya, seluruh kenangan dari masa SMA menghantam seperti gelombang tinggi. Firman— si kutu buku pendiam, korban bullying. Korban yang dulu, tanpa ia sadari, paling sering jadi sasaran Mira.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah   Bab 5

    Jam kerja selesai sejak jam 5 sore tadi. Bahkan semua pegawai sudah pulang duluan dan ruangan divisi hening. Mira tentu masih terpaku di kursinya. Matanya menatap angka-angka yang berjejer di layar, grafik engagement yang naik turun, persentase CTR yang kadang anjlok, kadang melonjak.Selama pengerjaan itu, dia menarik napas panjang. Di balik kepalanya, ada satu pikiran yang mengusik: kenapa harus Firman yang memberi tugasnya? Kenapa tidak Bu Nia saja, seperti biasa?Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat tersadar ruangan makin sepi. Hanya lampu meja yang menemani. Mira meregangkan bahu, berusaha menepis rasa lelah. Tapi semakin lama menatap layar, semakin sering wajah Firman muncul di benaknya.“Firman Setiawan …” Dia mengucap pelan nama itu, nyaris seperti gumaman.Dan tiba-tiba, kenangan itu menyeruak. Koridor SMA dengan dinding hijau pucat. Suara tawa teman-teman sekelas. Dirinya—Mira remaja—berdiri dengan tangan terlipat, melontarkan kalimat yang ia angg

  • Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah   Bab 4

    “Oh … Maaf, Pak! Saya nggak sengaja!”Mira nyaris menabrak CEO baru itu. Saat tahu pria tinggi besar berada di depannya, Mira segera membuat jarak. Satu tangan kirinya memegang kantong kertas berisi makan siang dari warung langganannya, sementara tangan kanan buru-buru merapikan helaian rambut yang tertiup angin dari pintu otomatis.Firman yang berjalan mengitari lobby, sempat terhenti ketika melihat sosok itu. Mira. Dengan nama lengkap Mira Hartono. Nama yang mana masih mengendap di kepalanya saat pertama kali melihat papan nama yang tercetak jelas di meja kubikel itu. Nama yang dulu, di masa SMA, tak pernah berarti baik untuknya.“Nggak apa-apa,” jawabnya datar bernada sopan. Suaranya dibuat seprofesional mungkin, meski tatapannya tak bisa sepenuhnya menghindari dari wajah Mira.Balasan Mira hanya senyuman yang kaku, seolah tahu dirinya berada di posisi yang tak nyaman.“Emm, Anda … habis rapat ya pak?” tanya Mira sekadar basa-basi, suaranya kini lebih rendah dari biasanya.Firman m

  • Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah   Bab 3

    “Jadi gimana, Man?” tanya Pak Junaedi antusias. “Kamu tidak mau ambil tawaran yang sudah saya katakan barusan?”Ekspresi beliau separuh bercanda, separuh serius. Bagaimana tidak? Beliau memanggil Firman–anak kolega lamanya berkumpul ke kafe cuma sekadar mempertimbangkan jabatan yang sedang dia emban.CEO. Jabatan tertinggi yang mana Firman harus ambil alih, karena Pak Junaedi pun merasa ingin perusahaan miliknya punya suasana baru.“Pak. Perusahaan Anda bisa terbilang bagus loh.” Firman mengangkat map berlogo FoodBeary yang tadi Pak Junaedi kasih. “Juga, saya baru aja pulang loh dari LN. Kepala saya masih kebawa suasana santai, masa langsung loncat jadi CEO.”Benar. Firman belum lama ini kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan magister computer science di salah satu kampus bergengsi di Vancouver. Tentu dia balik rumah hanya niat sederhana, yaitu beristirahat, menikmati waktu bersama keluarga, dan sesekali membantu bisnis kecil mamanya. Pekerjaan dalam jangka besar sama sekali tak a

  • Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah   Bab 2

    “Jaga FoodBeary baik-baik selama saya tidak di sini, ya,” ucap Pak Junaedi memberikan pesan kepada Mira yang terlihat kedua mata sembab saat perpisahan kecil-kecilan di ruang utama.Sudah minggu kedua, akhirnya Pak Junaedi resmi berbenah dari FoodBeary. Benar-benar meninggalkan kesan mendalam bagi para pegawai, termasuk divisi digital marketing yang menuai sorotan atas kinerja yang bagus.Mira tak henti-hentinya mengeluarkan air mata sambil terus memegang kedua tangan berkeriput itu—yang mana beliau sudah dia anggap sebagai bapak sendiri.“Pak. Kalau Bapak benar-benar ingin menenangkan diri dari pekerjaan, Bapak jangan lupa untuk tetap kasih kabar di grup. Kami nggak akan mengeluarkan Bapak di grup itu, dan bila Bapak mau kasih motivasi, tidak masalah, selama itu bisa jadi semangat buat kami,” ucap Mira sambil memberikan pesan pada beliau.Pak Junaedi tak akan lupa bagaimana beliau mengapresiasi kinerja Mira di FoodBeary, meskipun Mira tetap datang ke ruangannya dan mencurahkan keluh

  • Menikah Kontrak Karena Merasa Bersalah   Bab 1

    “Dalam waktu dekat, saya akan mengundurkan diri sebagai CEO.”Ucapan itu mengalir begitu saja dari bibir Pak Junaedi. Membuat Mira Anindita Hartono—31 tahun, seorang content strategist di divisi digital marketing. Dia nyaris menjatuhkan gelas air mineral yang sedang ia genggam. Sejenak, tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup pelan namun tidak tenang.“Ma—maksudnya, Pak? Bapak mau … mengundurkan diri?” tanya Mira perlahan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. “Nggak. Nggak mungkin Bapak mundur dari jabatan Bapak gitu aja.”Rasanya seperti mendengar kabar buruk di siang bolong. Mira belum bisa memercayai bahwa seorang CEO yang ia anggap seperti ayahnya sendiri, justru tiba-tiba membuat keputusan sebesar itu.Padahal selama ini, Pak Junaedi tidak pernah terlihat tertekan. Justru beliaulah yang selalu memberikan semangat kepada para pegawai, dari divisi manapun. Termasuk Mira yang baru genap enam bulan bergabung di FoodBeary. Perusahaan jasa pengantaran khusus makanan yang sedang berkem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status