Share

Acuh

Author: Mentari
last update Last Updated: 2021-09-05 13:11:35

Dari dalam, melintas seorang pria muda sekitar usia 28 atau 30 tahun, dengan penampilan sangat rapi. Mungkin dia akan berangkat kerja, namun di panggil oleh tuan Ikbal. Membuat dia menghentikan langkahnya, berdiri tanpa menoleh sedikitpun.

"Yusuf, ke marilah. Kita bicara sebentar saja," lagi-lagi tuan Ikbal memanggil pria tersebut.

Dengan malasnya pria tersebut membalikkan badan dan duduk di sofa yang masih kosong.

"Duduk lah Nak. Papa mau bicara sebentar," lirih Ibu Habibah menatap putranya yang acuh.

Sekilas Citra melirik wajah Yusup yang menunduk, lalu Citra menunduk kembali.

"Yusuf, ini Citra calon istri mu dan yang di sebelahnya adalah Tante nya Citra! Bernama Suly. Papa sudah putuskan kalian akan menikah secepatnya, karena Papa yakin niat baik tidak boleh di nanti-nanti harus di segerakan. Iya, kan. Bu?" Lalu melirik istrinya. Habibah yang membalas dengan anggukan.

Yusuf hanya terdiam, sekilas melihat kearah Citra dan Tante Suly. Tanpa sedikitpun senyuman yang dia berikan, tatapannya kosong seakan tidak perduli dengan yang ada.

"Ini orang ganteng juga, cakep banget, ya Tuhan ... seandainya dia jodohku," batin Suly memandangi Yusuf tak berkedip.

"Gimana Suf?" tuan Ikbal menatap putra semata wayangnya.

"Terserah."

Ikbal mengangguk. "Baiklah, minggu depan kalian menikah. Semua akan saya siapkan segala sesuatunya di sini, lokasinya pun di sini. Kalian tidak perlu menyiapkan apa pun, kalian tinggal menyiapkan diri saja," ujar tuan Ikbal pada tante Suly dan Citra.

Suly mengangguk pertanda mengerti. Sementara hati Citra bergejolak tak menentu, ia menunduk tak berani mengangkat kepalanya.

Begitupun dengan Yusuf. Hanya terdiam, jangankan mengeluarkan suara. Senyum pun tak terlihat dari bibirnya.

"Kalau begitu ... kami mau permisi dulu, sudah siang," ucap Suly sambil mengangguk.

"Kenapa terburu-buru? minum lah dulu cicipi dulu kuenya gak baik membiarkan minuman dan makanan mubazir. Silahkan?" ucap Ikbal sembari menunjuk yang ada di meja.

"Kata suami saya benar, untuk apa kalian buru-buru pulang. Duduklah dulu di sini ngobrol sama saya. Kebetulan kalau suami dan putra saya bekerja, saya kesepian di rumah. Tak ada kawan," ujar bu Habibah dengan ramahnya.

Tante Suly dan Citra mengambil minumnya masing-masing, lalu meneguknya kebetulan sekali haus.

Yusuf beranjak dari dudunya menoleh kedua orang tuanya seraya berkata. "Pak. Bu ... Yusuf berangkat dulu takut kesiangan." Yusuf meraih tangan orang tuanya bergantian dan menciumnya. Kemudian berlalu begitu saja. Citra menarik napas dalam-dalam, dia yakin pria tersebut tidak pernah menginginkan pernikahan itu.

Tapi Citra tidak berani bersuara. Biarlah semua berjalan begitu saja. Bukan urusannya juga, tugasnya hanya menjalani saja. Sekarang ini yang terpenting adalah urusannya!

Setelah Yusuf tiada, bu Habibah tersenyum kembali pada tamunya. "Maaf ya, anak semata wayang saya memang seperti itu orang nya. Tidak terlalu banyak bicara apa lagi sama wanita yang baru dia kenal."

"Oh, tidak apa-apa," sahut tante Suly memahami.

Tuan Ikbal melirik jam di tangannya. "Sudah waktunya saya berangkat, kalian mengobrol lah dulu," tuan Ikbal berdiri dan berjalan keluar di ikuti istrinya sampai teras.

Setelah sekian lama mengobrol dengan ibu Habibah. Suly pun berpamitan dengan alasan meninggalkan ibu Fatma di rumah sendirian. Lagian Suly harus bekerja di tempat laundry. Begitupun dengan Citra.

Bu Habibah masih ingin mengobrol dengan calon mantunya dan langsung jatuh hati pada Citra! gadis manis ramah dan sepertinya gadis baik. "Baiklah kalau kalian kekeh mau pulang, tapi besok-besok kesini lagi ya. Temani Ibu di sini." Menatap lembut Citra dan mengusap pipinya penuh kasih.

"I-iya Bu insyaAllah." Citra tersenyum samar.

Bu Habibah memeluk Citra penuh kehangatan membuat Citra termangu. Seingatnya tak pernah mendapatkan sentuhan hangat dari seorang Ibu kecuali dari nenek dan tantenya.

"Ya sudah hati-hati ya."

Suly juga Citra pergi meninggalkan rumah bu Habibah, yang sebelumnya mengucap salam. Bu Habibah melambaikan tangan. Baru kali ini ketemu gadis itu, dan langsung merasa sayang. "Semoga putraku akan dengan mudah menyayangi gadis itu," gumamnya dalam hati. Tidak ingin melihat putra semata wayang nya terus larut dalam luka akibat dikhianati sang kekasih.

Di mobil angkot Citra hanya terdiam dengan segala macam argumen dalam pikirannya. Suara riuh penumpang dan suara mesin nyaris tak terdengar olehnya.

Suly pun melamun kadang terbesit di pikirannya, usia dia sudah tidak muda lagi namun sampai detik ini belum juga ditemui seseorang yang tulus mencintainya. Belum juga menemukan orang yang cocok untuknya.

Berhentinya angkot baru menyadarkan lamunan Suly dan Citra. Kemudian mereka turun berjalan menuju kediamannya.

Di pintu bu Fatma menyambut dengan senyuman. "Bagaimana, lancar obrolan kalian. Hasilnya gimana?"

"Baik Bu, acaranya minggu depan, insya Allah semoga lancar," sahut Suly sambil duduk di kursi ruang televisi.

"Kamu sudah bertemu dengan calon kamu?" bu Fatma bertanya, kali ini pertanyaan ditujukan pada Citra.

"Sudah, Nek. Tapi ... sepertinya dia sama sekali tidak menyukai Citra, Nek." Citra sedih, dengan tangan menyangga kepalanya.

Suly menoleh. "Wajarlah, kan baru bertemu, nanti juga percaya lah dia akan menyukaiMu."

"Apa Tante tidak lihat ekspresi wajahnya, yang dingin senyum pun tak ada dia berikan," sambung Citra.

"Terus kamu akan membatalkan pernikahan gitu ha? Kalau saja bisa saya yang akan menggantikan posisi kamu, siapa yang gak mau sih menikah sama pria setampan dia pengusaha juga. Setidaknya kita bisa hidup senang, tidak seperti sekarang ini. Rumah pun tinggal pindah tangan sebab terlilit hutang," sergah Suly.

"Tapi Tante, mana mungkin Citra bisa bahagia kalau Citra tidak diterima oleh yang namanya suami. Citra gak mau Tante." Elak Citra.

"Sudah-sudah. Kalian jangan bertengkar lagi," cegah Bu Fatma sambil memegangi dadanya.

"Bu kenapa?" Suly panik begitupun Citra segera mengambil air putih dan obat neneknya.

"Kenapa Nek? Jangan sakit lagi Nek. Nenek harus sehat, Nenek ingin melihat Citra menikah. Kan, Nek?" Citra sangat cemas sembari memberikan minum dan obat Neneknya.

Suly memeluk bahu Ibunya. "Ibu harus banyak istirahat, jangan banyak pikiran juga. Biar kami yang memikirkan semuanya. Ibu santai saja ya."

"Baiknya Nenek istirahat di kamar ya?Citra dan Suly memboyong Bu Fatma ke dalam kamar agar istirahat di sana.

Usai Bu Fatma berbaring diselimuti Citra. Suly menggenggam tangan Ibunya seraya berkata. "Bu saya pergi dulu ya, sudah siang saya harus kerja. Ibu di sini istirahat."

Citra menyediakan air mineral dan toples berisi kue buat Neneknya ngemil. "Citra juga, harus pergi untuk pengunduran diri," lirih Citra sambil duduk di tepi tempat tidur neneknya.

"Kalian pergilah, jangan khawatirkan Ibu, jangan khawatirkan Nenek Citra," sahut Bu Fatma meyakinkan anak dan cucunya ....

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikah Paksaan   Kebahagiaan

    "Assalamualaikum Ibu apa kabar? Ucap Citra pada bu Habibah. Lantas memeluk dan mencium nya."Wa'alaikumus salam ... sendiri aja Neng?" Bu Habibah balik bertanya sembari memeluk mantunya tersebut.Rahadi hanya menatap kedua wanita yang berada di hadapannya itu dengan hati yang bertanya-tanya siapa kah gadis ini. Putrinya kah?Kemudian pelukan mereka berdua pun memudar seraya sama-sama melirik ke arah pria yang sudah sedari tadi bengong melihat mereka berdua.Citra ingin bertanya siapakah pria tersebut? yang dari tadi bersama ibu mertuanya.Namun sebelum Citra bertanya Ibu Habibah lebih dulu mengenalkan teman pria nya pada sang mantu."Neng kenalkan, ini teman lama ibu namanya om Rahadi. Setelah 10 tahun kami tidak bertemu baru kali ini kami bertemu lagi," ucap Bu Habibah yang mengenalkan citra sama Rahadi.Rahadi pun berdiri mengeluarkan tangannya kepada Citra seraya berkata dengan ramah. "Kenalkan nama saya Rahadi teman lamanya Habibah, kami sudah puluhan tahun tidak bertemu!"Citra m

  • Menikah Paksaan   Siapa tahu aja

    Pagi-pagi Citra seperti biasa, menyiapkan sarapan buat sang suami yang mau ke kantor."Bang, ini sarapannya sudah siap." Citra menyajikan sarapan di hadapan Yusuf yang tampak sibuk dengan gawai nya."Iya sayang, makasih ..." Yusuf sejenak mengangkat wajahnya dan mengulas senyuman pada istri nya tersebut.Selesai sarapan, Yusuf langsung berpamitan untuk ke kantor. "Aku pergi dulu, mau bareng gak?""Nggak, aku kan siang masa kerjanya. Masa jam segini sudah pergi ... Mau nyubuh Pak ..." Citra menggeleng sembari menarik piring bekas sang suami.Yusuf beranjak dari duduknya sambil memasukan gawai ke dalam saku nya dan meraih tas tangan, berjalan menuju keluar rumah.Citra pun mengantar sampai teras, wanita cantik dan berkerudung tersebut mencium tangan sang suami penuh hormat."Hati-hati ya bawa mobilnya. Dan nanti malam mau di masakin apa?" Citra menatap suaminya penuh tanya."Nggak tahu soalnya kalau sibuk berarti nggak makan di rumah, gimana nanti aja lah dikasih informasi! ya udah seka

  • Menikah Paksaan   Melepas rindu

    Di sebuah sekolah kanak-kanak, Citra sedang mengajar anak-anak membaca doa-doa pendek.Dengan mengajar, hatinya tidak terlalu kesepian dengan belum adanya seorang anak dari rahimnya. Lagian pernikahan Citra baru genap satu tahun."Sekarang, Ibu mau bertanya sama kalian semua. Siapa yang tahu doa mau makan?" tanya Citra."Saya, Bu." Jawab anak-anak serempak."Siapa yang bisa doa sesudah makan?" tanya lagi Citra."Saya, Bu ..." jawab mereka kembali dengan riuhnya."Nah siapa yang tidak pernah lupa membacanya?" tanya Citra lagi menatap ke arah semuanya."Saya, Bu ... selalu baca," Ada juga yang menjawab. "Saya suka lupa, Bu ..." jawabannya menjadi beragam.Bibir Citra tersenyum lebar. "Oke, untuk hari ini cukup di sini dulu belajarnya ya? sampai ketemu lagi hari esok. Yu kita tutup dengan bacaan hamdalah." Citra menuntun dengan membaca hamdalah yang diikuti oleh anak-anak.Mereka sangat serempak membaca doa. Dan sangat senang dengan berakhirnya jam pelajaran.Setelah semua murid pulang.

  • Menikah Paksaan   Pulang

    Syila uring-uringan. Setibanya di kamar, yang tadinya mau menggoda malah di cuekin dan orangnya menghilang begitu saja."Kemana sih? bego amat jadi orang mau di suguhi yang barang berkualitas aja gak mau." Gerutu Shila sambil meremas piyamanya.Sementara Yusuf. Kini sudah berada di dalam kamarnya, sengaja tingkahnya sedikit mengendap takut kedengaran oleh telinga Syila yang berada di kamarnya."Enak saja mau membohongi ku, dengan alasan air tidak nyala Segala! aku khawatir nantinya akan menjadi fitnah."Kemudian Yusuf membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Memejamkan kedua matanya tuk merehatkan segala lelah dan penat dari seharian beraktivitas. Namun sebelumnya mengirim pesan buat sang istri walau hanya sekedar mengucapkan met istirahat.Di hari ke sekian, pagi-pagi pintu kamar Yusuf sudah di ketuk dari luar ketika Yusuf buka, Syila sudah berdiri masih memakai piyama, belum mandi. Alis Yusuf bertaut menatap ke arah Syila dan jarum jam bergantian."Kenapa belum mandi?" selidik Yusuf.

  • Menikah Paksaan   Bandung

    Saat ini Yusuf sudah berada di kota Bandung dalam urusan kerjaan, dan di dampingi oleh Syila sebagai asisten dan sekaligus sahabat lama nya Yusuf.Setalah mengadakan meeting, Yusuf dan Syila berada di sebuah restoran, Tengah makan siang."Kalau boleh tahu sudah lama? kamu menikah dengan Citra?" tanya Syila menatap lekat ke arah Yusuf yang anteng dengan makannya."Hem, sekitar ... ya kurang lebih satu tahunan lah." Jawabnya Yusuf terbilang singkat."Ooh," membulatkan bibirnya."Kamu sendiri sudah menikah belum? orang mana suami mu?" balik tanya Yusuf sekilas menatap Syila. Kemudian menundukkan kepala melanjutkan kembali makannya."Apa gak kamu lihat aku masih singel begini? masih bersegel lah." Jawab Syila sedikit malu-malu.Seusai makan siang keduanya meninggalkan resto dan kembali ke kantor untuk melanjutkan tugas-tugas yang masih menumpuk tentunya.Syila yang satu ruangan dengan Yusuf, sering mencuri pandang ke arah bos nya itu. Lama-lama dilihat Yusuf semakin tampan dan bersahaja,

  • Menikah Paksaan   Mau ke luar kota

    Citra masuk ke dalam kamar, dan mendapati sang suami sudah duduk bersandar di bahu tempat tidur. Menatap ke arahnya, Citra berjalan menghampiri."Lama sih sayang?" ucap Yusuf menatap lekat sang istri,"Apa yang lama? bentar kok nyuci dulu, gimana kalau semalaman? Aneh deh." Citra tak mau kalah."Sini, duduk bersama ku?" kata Yusup sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.Citra yang masih berdiri di tepi tempat tidur, pada akhirnya menuruti permintaan sang suami. Ia merangkak naik dan duduk di sebelah Yusuf.Yusuf mendekat dan merapatkan tubuhnya dangan sang istri. Tangannya langsung mendekap penuh kehangatan. "Gimana cerita hari ini hem?" tanya Yusuf sambil jarinya mengelus pipi sang istri."Cerita hari ini, tidak ada yang menarik. Lagian seharian ini aku berada di rumah, jadi gak ada yang harus di ceritakan." Balas Citra sambil membuka kerudung. Mengurai rambut indahnya."Besok aku harus ke luar kota, ada urusan kantor," ungkap Yusuf tangan terus bergerak mengelus pipi sang istri d

  • Menikah Paksaan   Nasi menarai

    "Oh, iya Nek ... makasih ya Nek?" balas Citra dan menempelkan kepala di bahu sang nenek."Oya, Tante mau minum apa? Nenek juga, aku akan buatkan." Citra menoleh tante dan neneknya bergantian.Suly mendongak. "Nggak usah Citra, Tante gak haus. Lagian gak akan lama kok.""Ya, udah. Aku ambil buat Nenek saja." Citra ngeloyor ke belakang."Kenapa, buru-buru? ke sini juga jarang-jarang, oya berapa bulan kehamilannya? sepertinya gak lama juga lahiran deh," ujar Habibah dengan senyuman ramahnya."Menginjak 8 bulan." Suly makin tegang. Ia merasa gak nyaman di hadapan bekas madunya itu."Wah ... bentar lagi juga lahiran ya, apa jenis kelaminnya?" tanya lagi bu Habibah.Suly tidak merespon. Ia malah sibuk dengan ponselnya, sibuk membalas chat dari seseorang.Bu Fatma yang melihat itu langsung menjawab pertanyaan Habibah. "Kalau hasil USG sih perempuan, tapi gak tau kalau nanti lahirnya. Siapa tahu Allah kasih keajaiban, kan kita gak tau.""Oh, iya bener Bu ... benar sekali. wah ... Citra, benta

  • Menikah Paksaan   Tempat Citra

    Beberapa bulan kemudian, Habibah sudah resmi bercerai dengan Ikbal. Soal harta gono gini tentu Habibah menang banyak, pertama ... emang ada dari awal mulanya. Kedua Ikbal yang membuat kesalahan, menikah tanpa sepengatahuan istri tua.Citra yang merasa sepi, kini memilih mengajar anak-anak di TK yang letaknya tak jauh dari kompleks. Citra sangat menikmati perannya sebagai guru TK mengajar dan banyak bermain dengan anak-anak. Kadang juga Citra diajak Yusuf bila ada pertemuan urusan kerjaan di kantor sebagai istri CEO.Habibah pun sering berada di rumah sang putra, Yusuf, dan ikut ke TK bersama Citra. Bila mengajar, bermain dengan anak-anak. Dengan cepat Habibah bangkit dari keterpurukkan hati yang luka, kini dalam hidupnya hanya ada putra semata wayang dan mantu kesayangannya. Tanpa ada kata suami yang mendampingi hidupnya lagi.Setelah bercerai, Ikbal keluar dari kantor yang selama ini membesarkan namanya. Meskipun saham terbagi tiga, Habibah, darinya dan sang putra. Namun ia merasa mal

  • Menikah Paksaan   Sudah 6 bulan

    "Sudah dong jangan marah, kalau kamu marah, aku tidak tahu harus pulang kemana?" ucap Ikbal dengan pelan."Pulang saja ke istri tua mu, bingung amat." Ketus Suly sambil menurunkan selimutnya sedikit.Hati Ikbal jadi mencelos mendengar ucapan Suly barusan. "Gimana aku mau pulang? kalau istriku sudah menolak ku dan sebentar lagi akan menggugat cerai." Pelan dan menghembuskan nafasnya kasar dari hidung.Suly terperangah, sangat terkejut mendengar kata-kata dari Ikbal. "Apa? apa yang kau bilang barusan." Suly mendudukkan dirinya.Wajah Ikbal nampak masih lesu. "Iya, dia sudah tahu kita menikah. Dia marah dan langsung ingin menggugat cerai."Suly termangu, dalam pikirannya berjubel kemarahan Habibah dan terbesit di pikirannya. Kalau dirinyalah yang jadi pemicu kehancuran rumah tangga Ikbal dan Habibah.Hening!Keduanya terdiam membisu seribu bahasa, namun tangan Suly mendekap tubuh Ikbal. Memeluknya sangat erat.Begitupun Ikbal membalas pelukan Suly sangat erat. Sementara waktu yang terdeng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status