Share

Bab 2

Di dalam kantin sudah penuh dengan para siswa yang sedang memakan makanannya, Farrel dkk sedang melihat tempat yang kosong untuk mereka tempati.

"Udah gak ada yang tempat yang kosong," kata Kevin.

"Mau duduk dimana nih?" Tanya Farrel.

"Kita ikut gabung sama mereka aja," ujar Rendy sambil melihat ke salah satu meja yang terdapat empat cewek yang sedang makan makanannya.

"Ya udah dari pada gak dapat tempat duduk," ujar Andre sambil berjalan kemeja tersebut.

"Hm boleh ikut gabung gak?" Tanya Andre dkk.

"Boleh kok, silahkan," jawab Rania antusias.

"Makasih," ujar Andre dkk.

Sedangkan disisi lain ada dua orang insan yang sedang bergelut dengan pikirannya.

'harus bersikap biasa aja, jangan sampai salah tingkah' batin keduanya.

"Oh iya kita belum kenalan, kenalin nama gue Rania," ujar Rania kepada Farrel dengan tersenyum manis.

Farrel yang kaget langsung bersikap biasa saja, "Farrel," jawabnya dengan senyuman tipis.

"Kanaya biasa dipanggil Naya."

"Farrel."

"Putri." 

"Farrel."

Dan yang terakhir adalah Qiana, Ia masih saja melamun padahal Putri sudah memanggil namanya, dan beberapa saat baru Ia tersadar dan langsung berkenalan dengan Farrel walaupun mereka sebenarnya sudah saling kenal.

"Qia," ujarnya reflek mengulurkan tangannya kepada Farrel.

"Farrel," ujarnya langsung menjabat tangan Qia.

Seketika suasana diantara mereka menjadi canggung, dengan bersusah payah mereka menyembunyikan perasaannya. 

Putri yang mengerti dengan keadaan keduanya berusaha mencari cara untuk mencairkan suasana.

"Harus bersikap biasa aja, anggap kalian tidak saling kenal, oke," ucapnya berbisik kepada Qia.

"Nanti mereka curiga dengan sikap kalian," lanjutnya.

"Hm oke."

"Hm Lu kok pindah sekolah sih?" Tanya Putri kepada Farrel untuk mencairkan suasana.

"Papa gue lagi mengurus perusahaan disini makanya mau gak mau gue juga ikut pindah sekolah," ujar Farrel kepada Putri dan yang lainnya.

Sebenarnya Putri, Qiana, dan Farrel saling kenal, mereka kenal pada saat kelas 1 SMP bahkan satu kelas, kemana-mana selalu bersama. Suatu hari Farrel mengungkapkan perasaannya kepada Qiana dan ternyata Qiana juga memiliki perasaan yang sama. Walaupun mereka sudah resmi pacaran tetapi persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik, mereka tidak pernah melupakan Putri sahabatnya.

Tetapi hubungan mereka hanya sampai tiga tahun, disaat lulus SMP Qiana dan Farrel putus, walaupun masih saling cinta tetapi ada alasan kuat yang bikin hubungan mereka hancur.

"Lu kok dari tadi diam aja sih Qia?" Tanya Kanaya yang heran dengan perubahan sikap Qiana yang sedari tadi hanya diam tanpa berminat sedikitpun untuk bersuara.

"Iya juga ya, biasanya lu paling cerewet," timpal Rania

"Bukannya lu ya yang selalu cerewet apalagi waktu lu debat dengan Kanaya," sindir Putri. Ia tahu apa alasan perubahan sikapnya Qiana.

"Cepetan makan, sebentar lagi bel masuk berbunyi." Akhirnya Qiana membuka suara.

"Hm iya deh," ujar mereka bersamaan.

Beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi, semua murid langsung pergi ke kelas masing-masing. 

Di dalam kelas XI IPA 2 lagi ada jam kosong karena guru mata pelajaran lagi ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan. 

Suasana kelas menjadi rusuh, kursi dan meja berhamburan, berbagai macam tingkah siswa, ada yang tidur, kumpul sama sahabatnya, menyanyi dengan menggunakan meja dan peralatan lainnya sebagai alat musik, dan ada juga siswa yang rajin mengerjakan tugas.

Putri yang melihat Qiana menjadi rajin mengerjakan tugas tersenyum jahil, "ternyata ada hikmahnya ketemu mantan, lu jadi lebih rajin dari sebelumnya," ujar Putri.

"Lu apa-apaan sih, gue cuma lagi mood aja ngerjain tugas," elak Qiana.

"Iyain biar senang," ujar Putri.

Beberapa menit kemudian bel pulang pun berbunyi menandakan waktu belajar telah selesai dan kembali ke rumah masing-masing.

Dipertengahan jalan ban motor Qiana bocor, ia bingung bengkel masih lumayan jauh, mau nelpon temannya baterai handphone nya habis, setelah berpikir cukup lama akhirnya mau gak mau Ia harus mendorong motornya sendiri ke bengkel.

"Aduh bannya bocor lagi, mana bengkelnya masih jauh, handphone gue mati, kepaksa gue harus dorong nih motor ke bengkel," gumam Qiana kesal.

Dari kejauhan ada seorang lelaki yang melihat Qiana kesusahan mendorong motornya, "itu kok seperti Qia ya?" akhirnya Ia mulai mendekat dan ternyata dugaannya benar bahwa gadis itu Qiana.

"Hai Qia, motornya kenapa?" Tanya Andre. Ya orang itu adalah Andre sang ketua kelas.

"Ini bannya bocor." 

"Biar gue bantuin ya." 

"Gak usah Andre, nanti ngerepotin lagi."

"Gak ngerepotin kok, udah sore loh ini apalagi di dekat bengkel banyak cowok yang lagi nongkrong, nanti lu digangguin lagi." 

'benar juga sih' batin Qiana

"Baik, maaf ya ngerepotin." 

Akhirnya Qiana dan Andre pergi ke bengkel untuk memperbaiki ban motornya Qiana. 

"Ndre kalau mau pulang, pulang aja biar gue yang disini," ujar Qiana kepada Andre. 

"Gak papa biar gue temenin sampai motor lu selesai," balas Andre. Gak mungkin Andre meninggalkan Qiana seorang diri di bengkel, apalagi banyak para lelaki disana.

Akhirnya ban motornya telah selesai Andre mengantarkan Qiana sampai di depan rumah, walaupun Qiana sempat menolak tapi Andre selalu memaksa katanya sudah sore biar Qiana aman sampai rumah.

"Makasih ya udah bantuin Qia."

"Iya, gue pamit pulang dulu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status