Share

Bab 3

"Assalamualaikum Qia pulang," teriak Qia sambil membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam sayang bisa gak sih gak usah teriak-teriak, bisa pecah nih telinga mama," ujar Sinta Maharani mama Qiana sambil menjawab salam anaknya.

"Hehehe maaf ma," ujar Qiana.

"Kamu dari mana aja Qia, kok jam segini baru pulang? nomornya juga gak aktif," tanya Erik Widjaya papa Qiana.

"Maaf Pa tadi ban motornya Qia bocor makanya Qia kebengkel dulu, terus baterai handphone Qia habis," jelas Qiana.

"Lain kali Qia harus cek motornya terlebih dahulu dan yang paling penting jangan sampai baterai handphone Qia habis lagi," ujar Papa menasehati.

"Baik Pa, maaf Qia udah bikin Mama sama Papa khawatir," ujar Qia penuh penyesalan.

"Iya sayang, lain kali jangan diulangi lagi ya."

"Iya Ma."

"Qia ke kamar dulu ya Pa Ma," pamit Qia kepada kedua orangtuanya.

"Iya sayang," ujar Mamanya.

Qiana menaiki tangga menuju ke kamarnya, sesampainya dikamar Ia langsung mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah selesai dengan ritual mandinya, Qia segera pergi kemeja makan untuk makan malam bersama orangtuanya. 

Suasana dimeja makan menjadi hening, Mama dan Papanya menatap Qiana dengan tatapan yang sulit dijelaskan tidak seperti biasanya.

Selesai makan Qia berdiri ingin membersihkan piring kotor kemudian pergi ke kamarnya.

Belum beberapa langkah Papa memanggilnya "Qia kesini dulu ada sesuatu yang ingin Papa sampaikan."

"Ada apa Pa?" Tanya Qia bingung sambil berjalan kearah Papanya.

"Papa ingin menjodohkan Qia dengan anak temannya Papa," ujar Papa to the point.

"P-papa serius?" Tanya Qia kaget.

"Iya Qia," jawab Mamanya yang datang dari belakang.

"Maaf Qia, dulu Papa pernah membuat janji dengan teman Papa kalau anak Papa perempuan dan anaknya laki-laki, kita akan menjodohkannya."

"Ternyata memang benar dia mempunyai anak laki-laki, dan kita sepakat untuk menjodohkannya," lanjut Papa, jauh di dalam hati sebenarnya Papa Qia juga takut kalau Qia akan menolaknya.

"T-tapi Pa ini terlalu cepat, Qia gak tahu anaknya seperti apa," ujar Qia.

"Qia Mama yakin anaknya baik kok," ujar Mama meyakinkan Qiana.

"Emangnya dia setuju dengan perjodohan ini?" Tanya Qia

Mama dan Papa saling diam, mereka juga gak yakin kalau anak sahabatnya akan setuju dengan perjodohan ini.

"Papa yakin Ia akan menerima perjodohan ini," ujar Papa mantap.

Walaupun Papanya hanya tahu bahwa calon menantunya itu anak yang baik dari cerita sahabatnya.

"Kamu bagaimana Qia?" Tanya Mamanya penuh harap.

"Ma Pa Kasih waktu Qia untuk berfikir dulu." 

"Baik Qia, kita harap kamu setuju dengan perjodohan ini, Mama yakin kamu pasti bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu," ujar Mama meyakinkan.

"Besok malam mereka akan makan malam dirumah kita," ujar Papa.

"Baik Pa, Qia ke kamar dulu." Lalu Ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya.

"Farrel kesini dulu Ayah ingin ngomong sesuatu sama kamu," ujar Dimas Pratama Ayah Farrel.

"Ada apa Yah?" Tanya Farrel heran, lalu berjalan kearah Ayahnya.

"Beberapa tahun yang lalu Ayah pernah berjanji dengan sahabat Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Ayah," jelas Ayah.

"M-maksudnya Ayah ingin menjodohkan Farrel?, Tapi Farrel belum siap untuk menikah Yah" ujar Farrel sambil menahan amarahnya.

"Nak, Bunda yakin kamu pasti bisa menjadi imam yang baik untuk istrimu," ujar Laura Syafira Bunda Farrel menasehati.

"Baik Farrel akan menerima perjodohan ini," ujarnya masih ragu-ragu.

'gak papa gue terima, biar gue juga bisa melupakan Qia' batinnya.

"Baik, besok malam kita akan pergi makan malam kerumah sahabat Ayah," ujar Ayah.

"Baik Yah, Farrel ke kamar dulu," pamit Farrel.

Farrel pergi menaiki tangga menuju kamarnya, lalu ia langsung membaringkan badannya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau, setelah beberapa menit akhirnya ia pun tertidur.

Di pagi hari, seorang gadis telah bersiap dengan seragam sekolahnya, Ia tidak bersemangat seperti biasanya, ia masih memikirkan tentang perjodohan yang dilakukan oleh Papanya.

"Morning Mama Papa," sapa Qia.

"Morning too Qia, sini sarapan dulu," kata Mama.

"Baik Ma," lalu Qia duduk, dan memakan sarapan dengan lesu.

Mama dan Papanya mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Qia, mereka harap ini adalah keputusan yang terbaik.

"Qia Papa minta maaf ya, kalau kamu gak terima perjodohannya, Papa akan menghargai keputusan kamu," ujar Papa pasrah.

"Papa ini bukan salah Papa, Qia akan menerima perjodohan ini, bagaimanapun Papa sudah berjanji dan Papa tidak boleh mengingkarinya," ujar Qia, bagaimanapun ia tidak mau menjadi anak durhaka.

"Ma Pa Qia berangkat ke sekolah dulu ya, assalamualaikum," pamitnya kemudian mencium tangan kedua orangtuanya.

"Waalaikumsalam hati-hati Qia," jawab orang tuanya bersamaan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status