"Assalamualaikum Qia pulang," teriak Qia sambil membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam sayang bisa gak sih gak usah teriak-teriak, bisa pecah nih telinga mama," ujar Sinta Maharani mama Qiana sambil menjawab salam anaknya.
"Hehehe maaf ma," ujar Qiana.
"Kamu dari mana aja Qia, kok jam segini baru pulang? nomornya juga gak aktif," tanya Erik Widjaya papa Qiana.
"Maaf Pa tadi ban motornya Qia bocor makanya Qia kebengkel dulu, terus baterai handphone Qia habis," jelas Qiana.
"Lain kali Qia harus cek motornya terlebih dahulu dan yang paling penting jangan sampai baterai handphone Qia habis lagi," ujar Papa menasehati.
"Baik Pa, maaf Qia udah bikin Mama sama Papa khawatir," ujar Qia penuh penyesalan.
"Iya sayang, lain kali jangan diulangi lagi ya."
"Iya Ma."
"Qia ke kamar dulu ya Pa Ma," pamit Qia kepada kedua orangtuanya.
"Iya sayang," ujar Mamanya.
Qiana menaiki tangga menuju ke kamarnya, sesampainya dikamar Ia langsung mandi untuk membersihkan badannya.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Qia segera pergi kemeja makan untuk makan malam bersama orangtuanya.
Suasana dimeja makan menjadi hening, Mama dan Papanya menatap Qiana dengan tatapan yang sulit dijelaskan tidak seperti biasanya.
Selesai makan Qia berdiri ingin membersihkan piring kotor kemudian pergi ke kamarnya.
Belum beberapa langkah Papa memanggilnya "Qia kesini dulu ada sesuatu yang ingin Papa sampaikan."
"Ada apa Pa?" Tanya Qia bingung sambil berjalan kearah Papanya.
"Papa ingin menjodohkan Qia dengan anak temannya Papa," ujar Papa to the point.
"P-papa serius?" Tanya Qia kaget.
"Iya Qia," jawab Mamanya yang datang dari belakang.
"Maaf Qia, dulu Papa pernah membuat janji dengan teman Papa kalau anak Papa perempuan dan anaknya laki-laki, kita akan menjodohkannya."
"Ternyata memang benar dia mempunyai anak laki-laki, dan kita sepakat untuk menjodohkannya," lanjut Papa, jauh di dalam hati sebenarnya Papa Qia juga takut kalau Qia akan menolaknya.
"T-tapi Pa ini terlalu cepat, Qia gak tahu anaknya seperti apa," ujar Qia.
"Qia Mama yakin anaknya baik kok," ujar Mama meyakinkan Qiana.
"Emangnya dia setuju dengan perjodohan ini?" Tanya Qia
Mama dan Papa saling diam, mereka juga gak yakin kalau anak sahabatnya akan setuju dengan perjodohan ini.
"Papa yakin Ia akan menerima perjodohan ini," ujar Papa mantap.
Walaupun Papanya hanya tahu bahwa calon menantunya itu anak yang baik dari cerita sahabatnya.
"Kamu bagaimana Qia?" Tanya Mamanya penuh harap.
"Ma Pa Kasih waktu Qia untuk berfikir dulu."
"Baik Qia, kita harap kamu setuju dengan perjodohan ini, Mama yakin kamu pasti bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu," ujar Mama meyakinkan.
"Besok malam mereka akan makan malam dirumah kita," ujar Papa.
"Baik Pa, Qia ke kamar dulu." Lalu Ia pergi ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya.
"Farrel kesini dulu Ayah ingin ngomong sesuatu sama kamu," ujar Dimas Pratama Ayah Farrel.
"Ada apa Yah?" Tanya Farrel heran, lalu berjalan kearah Ayahnya.
"Beberapa tahun yang lalu Ayah pernah berjanji dengan sahabat Ayah akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Ayah," jelas Ayah.
"M-maksudnya Ayah ingin menjodohkan Farrel?, Tapi Farrel belum siap untuk menikah Yah" ujar Farrel sambil menahan amarahnya.
"Nak, Bunda yakin kamu pasti bisa menjadi imam yang baik untuk istrimu," ujar Laura Syafira Bunda Farrel menasehati.
"Baik Farrel akan menerima perjodohan ini," ujarnya masih ragu-ragu.
'gak papa gue terima, biar gue juga bisa melupakan Qia' batinnya.
"Baik, besok malam kita akan pergi makan malam kerumah sahabat Ayah," ujar Ayah.
"Baik Yah, Farrel ke kamar dulu," pamit Farrel.
Farrel pergi menaiki tangga menuju kamarnya, lalu ia langsung membaringkan badannya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau, setelah beberapa menit akhirnya ia pun tertidur.
Di pagi hari, seorang gadis telah bersiap dengan seragam sekolahnya, Ia tidak bersemangat seperti biasanya, ia masih memikirkan tentang perjodohan yang dilakukan oleh Papanya.
"Morning Mama Papa," sapa Qia.
"Morning too Qia, sini sarapan dulu," kata Mama.
"Baik Ma," lalu Qia duduk, dan memakan sarapan dengan lesu.
Mama dan Papanya mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Qia, mereka harap ini adalah keputusan yang terbaik.
"Qia Papa minta maaf ya, kalau kamu gak terima perjodohannya, Papa akan menghargai keputusan kamu," ujar Papa pasrah.
"Papa ini bukan salah Papa, Qia akan menerima perjodohan ini, bagaimanapun Papa sudah berjanji dan Papa tidak boleh mengingkarinya," ujar Qia, bagaimanapun ia tidak mau menjadi anak durhaka.
"Ma Pa Qia berangkat ke sekolah dulu ya, assalamualaikum," pamitnya kemudian mencium tangan kedua orangtuanya.
"Waalaikumsalam hati-hati Qia," jawab orang tuanya bersamaan.
Sesampainya Qia disekolah, ia berjalan ke kelasnya dengan lesu, di dalam kelas ia langsung duduk di kursinya, putri yang melihat Qia menjadi heran dengan sikapnya."Qia lu kenapa?" tanya Putri heran."Gak papa," jawab Qia lesu, kemudian guru mata pelajaran masuk.Setelah beberapa jam pelajaran akhirnya bel istirahat berbunyi, Qia beserta sahabatnya pergi kekantin untuk mengisi perutnya yang lapar."Kalian mau makan apa, biar gue dan Putri yang pesan" ujar Kanaya kepada Qia dan Rania."Samain aja dengan kalian," ujar Qia.Setelah beberapa menit akhirnya makanannya datang, "pesanan datang," ujar Kanaya.Mereka makan sedangkan Qia hanya mengaduk makanannya tanpa memakannya.Putri yang melihatnya tambah heran, "lu kalau ada masalah cerita aja sama gue, jangan dipendam sendiri," kata Putri.Qia melihat kearah Putri, "pulang sekolah gue kerumah lu ya," lirih Qia, Ia rasa dengan bercerita kepada Putri akan membuat pikirannya se
Setelah kepergian keluarga Farrel, Qia selalu memikirkan tentang pernikahannya dengan Farrel.Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran orang tuanya yang menyuruh Qia menikah muda.Ia melakukan solat malam untuk meminta petunjuk agar diberikan jalan yang terbaik untuknya dan agar pikirannya menjadi tenang.Di pagi hari, Qia bersiap untuk berangkat sekolah, ia telah memakai seragam lengkap dengan atributnya."Pagi Pagi," sapa Qia."Pagi juga Qia," respon Papa."Mama mana Pa?" tanya Qia yang tidak melihat keberadaan Mamanya dimeja makan."Mama disini Qia." Tiba-tiba Mama berdiri dibelakang Qiana.Qia terperanjat kaget, "astagfirullah Mama dari kapan Mama dibelakang Qia?, untung jantung Qia gak copot," ujar Qia kaget."Maaf Qia," ujar Mama."Udah mari makan, nanti Qia telat lagi," ujar Papa menengahi.Baru ingin makan, ada tamu yang mengetuk pintu rumah Qia, "siapa sih pagi-pagi sudah bertamu?" Qia merasa kesal
Satu Minggu kemudian, Farrel dan Qia akan segera melangsungkan pernikahan. Kedua insan itu sekarang lagi dilanda kegugupan. "Kamu cantik sekali Qia," puji Clara, sih tukang penata rias. "Makasih Clara," ujar Qia. "Kenapa kamu memutuskan untuk menikah muda Qia?" tanya Clara. "Gue dijodohkan dengan anak sahabat Papa," jawab Qia. "Ternyata nasib kita sama Qia, dulu aku juga dijodohkan oleh Mama dengan anak sahabatnya," lirih Clara. "Terus bagaimana sekarang rumah tangga kamu?" tanya Qia penasaran. "Sekarang kita sudah bercerai, bulan-bulan pertama hubungan kita baik-baik saja, tetapi setelah beberapa bulan sikapnya mulai berubah, apalagi disaat kita sudah punya anak, sikapnya berubah total, Ia sering melakukan kekerasan bahkan Ia selingkuh di belakang aku." Clara menitikkan air matanya disaat Ia ingat dengan masa lalunya. "Kamu yang sabar ya, harus kuat demi anak kamu," ujar Qia menenangkan Clara. "Maaf ya aku curhat," ujar Clara. "Iya gak papa," ujar Qia. "Semoga kamu menjadi
Selesai membersihkan badannya, Farrel pergi ke ruang keluarga untuk menemui orang tua Qia, orang tuanya sudah pulang beberapa jam yang lalu. Sedangkan Qia memasukkan barangnya kedalam koper untuk dibawa ke apartemen. Setelah selesai Ia menyusul Farrel yang terlebih dahulu pergi keruang keluarga dengan membawa kopernya."Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Erik."iya Pa." Farrel melihat jam di arlojinya."Ya udah kalian hati-hati ya, jaga diri baik-baik," ujar Sinta."Baik Ma," ujar Qia."Farrel tolong gue bawa barang-barang ini." Lalu Qia memberikan beberapa barang kepada Farrel."Banyak banget barang yang lu bawa." Farrel kaget melihat barang yang begitu banyak."Masih ada dikamar," ujar Qia."Dasar cewek," ujar Farrel."Udah gak usah banyak ngomong." Qia merasa lelah menghadapi Farrel dari dulu sifatnya gak berubah selalu nyinyir."Hm iya," ujar Farrel judes.Mereka pergi ke apartemen Farrel, diperjalan
Setelah tiga hari libur sekolah, akhirnya Qia dan Farrel kembali masuk sekolah, mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, Qia dengan sahabatnya begitu juga dengan Farrel, tidak ada yang mengetahui tentang statusnya kecuali Putri.Sesampainya dikelas Qia dan Farrel sudah dihadang oleh para sahabatnya dan memberikan berbagai pertanyaan."Kalian dari mana saja, sudah tiga hari gak masuk?" tanya Rendy."Mana liburnya samaan lagi," ujar Rania."Atau jangan-jangan kalian udah janjian untuk bolos ya?" tanya Kanaya curiga."Bisa jadi juga tu, jangan-jangan kalian menyembunyikan sesuatu dari kita?" Mereka curiga Qia dan Farrel menyembunyikan sesuatu, apalagi mereka libur dan kembali sekolah secara bersamaan.Qia dan Farrel bingung menjawab pertanyaan para sahabatnya, mereka belum siap mengungkapkan tentang statusnya, tetapi para sahabatnya mulai curiga dengan mereka.Putri yang mengerti dengan pikiran Qia dan Farrel pun angkat bicar
Sudah satu bulan mereka berstatus suami istri, hubungan mereka semakin lama semakin harmonis dan rasa cinta semakin besar walaupun mereka saling gengsi untuk mengungkapkannya.Hari Minggu ialah hari yang menyenangkan karena pada hari itu waktunya mereka weekend bersama keluarga, sahabat, pacar, dan sebagainya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:30 alarm sedari tadi berbunyi tetapi sepasang suami istri masih tidur sambil berpelukan."Morning," bisik Farrel ditelinga istrinya.Melihat tidak ada jawaban dari sang istri ia menjahili istrinya agar bangun."Udah ih gelii," ujar Qia menggeliat geli."Salah siapa susah dibangunin.""Kan hari Minggu ga papa lah bangun siang.""Lu harus masak untuk sarapan, gue udah lapar.""Lu masak aja sendiri.""Eh ga bisa gitu, lu kan istri gue jadinya lu harus melayani suami.""Lima menit lagi ya.""Ga ada, nanti kalau gue mati kelaparan gimana? nanti lu disalahkan karena ga mau bikin sarapan untuk suaminya, dan lu akan menjadi janda, emangnya lu mau?" tanya F
Tidak jauh dari tempat penjual ice cream terlihat para sahabat Qia dan Farrel, mereka kaget mendengar semua ucapan yang dilontarkan oleh Qia. Qia dan Farrel juga tidak kalah kaget melihat kehadiran mereka."Seriusan kalian berdua udah nikah?""Apa ini alasan kalian beberapa hari yang lalu tidak masuk?""Jelaskan semuanya sama kita."Para sahabatnya mendesak Qia dan Farrel agar menjelaskan semua ucapannya."Itu semua ga benar, tadi gue cuma ngarang aja agar Farrel ga digangguin sama para cewek itu," ujar Qia."Lo ga bohong kan?" tanya Rania."Gue bicara jujur, lagian ga mungkin kan kita punya anak, kenal aja baru beberapa bulan yang lalu.""Kalian kenapa bisa di taman?" tanya Rendy heran."Gue ga sengaja bertemu dengan Qiana di taman," jawab Farrel."Kalian ngapain kesini? Kenapa bisa barengan?" Farrel balik bertanya."Berhubung lagi weekend jadinya kita putuskan untuk pergi ke taman, kita udah nelpon kalian berdua tapi ga kalian angkat.""Oh maaf ga dengar." Qiana tersenyum."Iya lah
Seperti biasa Farrel menurunkan Qiana di halte yang tidak jauh dari sekolah."Eh Qia, ayo bareng gue." Andrian ketua OSIS sekaligus cowok terpopuler disekolah walaupun sekarang Farrel juga populer. Ia sudah lama memendam perasaannya kepada Qiana."Ga usah kak lagian udah dekat kok." Qiana berlari menuju gerbang."Siapa orang yang ngobrol dengan lu tadi?" Farrel ikut gabung dengan yang lainnya."Dia itu Andrian ketua OSIS, ia terkenal dingin dan ga mau berhubungan dengan perempuan kecuali dengan Mamanya dan Qiana. Ia sangat mencintai Qiana tapi Qiana ga pernah membalas perasaan Andrian," jelas Kanaya."Kenapa? Dilihat-lihat Andrian ganteng loh," tanya Farrel heran."Karena Qiana trauma dengan masa lalunya dan ga mau membuka hati untuk orang baru." Putri menatap Farrel tajam."Dia hanya terobsesi dengan gue dan gue malas berurusan dengan para fans fanatiknya." Qiana meninggalkan para sahabatnya, sekarang moodnya sangat buruk."Eh tumben lu dian? Lu habis kalah main lotre ya?" tanya Geri