Share

Bab 7

Selesai membersihkan badannya, Farrel pergi ke ruang keluarga untuk menemui orang tua Qia, orang tuanya sudah pulang beberapa jam yang lalu. Sedangkan Qia memasukkan barangnya kedalam koper untuk dibawa ke apartemen. Setelah selesai Ia menyusul Farrel yang terlebih dahulu pergi keruang keluarga dengan membawa kopernya.

"Kalian mau berangkat sekarang?" tanya Erik.

"iya Pa." Farrel melihat jam di arlojinya.

"Ya udah kalian hati-hati ya, jaga diri baik-baik," ujar Sinta.

"Baik Ma," ujar Qia.

"Farrel tolong gue bawa barang-barang ini." Lalu Qia memberikan beberapa barang kepada Farrel.

"Banyak banget barang yang lu bawa." Farrel kaget melihat barang yang begitu banyak.

"Masih ada dikamar," ujar Qia.

"Dasar cewek," ujar Farrel.

"Udah gak usah banyak ngomong." Qia merasa lelah menghadapi Farrel dari dulu sifatnya gak berubah selalu nyinyir.

"Hm iya," ujar Farrel judes.

Mereka pergi ke apartemen Farrel, diperjalanan mereka tidak bersuara sedikit pun, Farrel fokus nyetir, sedangkan Qia hanya melihat keluar jendela.

Sesampainya di apartemen mereka langsung pergi ke kamar untuk istirahat, "gue tidur dimana?" tanya Qia bingung.

"Di samping gue," ujar Farrel sembari tersenyum jahil.

Qia melototkan matanya, 'apakah gue harus tidur seranjang dengan Farrel?, dan apakah Farrel meminta haknya sebagai suami?, Gue harus bagaimana? Gue belum siap, gue masih ingin menghabiskan masa muda gue dengan para sahabat gue.' batinnya. 

"Gue gak mau," ujar Qia.

"Kenapa lu gak mau?, kita kan sudah menjadi suami istri, dosa loh kalau sepasang suami istri tidurnya pisah ranjang," ujar Farrel tersenyum puas.

Qia hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong, "ya udah kalau lu gak mau lu bisa tidur di kamar tamu tapi lu harus bersihkan dulu kamarnya karena kamar itu sudah lama gak ditempati," Farrel masih ingat kalau Qia takut dengan yang berbau mistis apalagi dengan ruangan yang tidak diurus dan sudah lama kosong.

"Gak gue juga gak mau" ujar Qia.

"Hm ya udah gue ke kamar mandi dulu," ujar Qia.

Setelah selesai dari kamar mandi, Qia bingung mau tidur dimana, Ia takut kalau Farrel minta yang macam-macam dengannya apalagi ini malam pertamanya. 

Setelah mempertimbangkan akhirnya Qia tidur disamping Farrel, melihat Farrel yang sudah tertidur ia menjadi lega karena malam ini tidak akan terjadi apapun.

Farrel terbangun dan melihat Qia yang masih tidur dengan posisi mereka saling berpelukan, ia tersenyum jahil dan langsung melepaskan pelukannya, lalu Ia berpura-pura tidur kembali.

Qia terbangun dari tidurnya dengan tangannya yang melingkar diperut Farrel, Ia langsung melepaskan pelukannya, "kenapa dilepas?" tanya Farrel dengan suara khas bangun tidur.

Qia yang mendengar suara Farrel langsung kaget, "gak papa, gue mau ke kamar mandi dulu."

"Udah gak usah malu-malu gitu, gue udah lihat semuanya." Farrel tersenyum Ia yakin Qia pasti sedang panik dengar perkataannya.

Qia langsung berlari ke kamar mandi, ia masih memikirkan tentang percakapan Farrel barusan, 'apa yang telah Ia lihat?' pikirnya. Ia tersadar dan melihat pakaiannya akhirnya ia lega karena pakaiannya masih utuh gak ada tanda-tanda pertempuran tadi malam.

Qia pergi ke dapur untuk memasak sarapan untuk dirinya dan juga Farrel, untuk pagi ini ia akan memasak nasi goreng karena seingat ia Farrel suka dengan nasi goreng. 

Ia mulai meracik semua bumbu-bumbunya, "mau bikin apa?" tanya Farrel.

"Nasi goreng, lu kan suka makan nasi goreng apalagi gue yang buatin." Qia reflek lalu menutup mulutnya. 'kenapa gue bisa keceplosan,' pikirnya.

"Jadi lu masih ingat dengan masa lalu kita," ujar Farrel menggoda Qia.

"Eh bukan gitu maksudnya, lu jangan senang dulu tadi tiba-tiba ingat aja," wajah Qia memerah.

"Wajah lu kenapa, kok tiba-tiba merah gitu?" Farrel tersenyum senang karena membuat Qia salah tingkah apalagi wajahnya yang memerah.

"Bukan urusan lu, pergi lu dari sini gak selesai gue masak karena dijahili sama lu," ujar Qia.

"Gue mau bantuin lu masak biar cepat selesai, lapar nih gue," ujar Farrel.

"Gak usah yang ada nanti lu bikin rusuh lagi," ujar Qia.

"Asal lu tau gue itu bisa masak, lu ingat gak dulu gue sering bikin makanan untuk lu, apalagi disaat lu sakit." Mereka ingat lagi dengan masa lalunya.

"Udah gak usah di ingat, itu cuma masa lalu," ujar Qia.

Di depan pintu terdapat kedua orangtua mereka, mereka tersenyum melihat anaknya yang sangat akrab walaupun sering bertengkar karena masalah kecil.

"Ehem, sepertinya sibuk banget, sampai-sampai kita panggil gak dijawab," sindir Sinta.

Qia dan Farrel kaget mendengar suara orangtuanya, "eh Mama, Papa, Ayah, Bunda," ujar mereka bersamaan.

"Mama kesini kok gak ngabarin dulu," ujar Qia.

"Emangnya gak boleh kita datang kesini?" tanya Mama menggoda.

"Boleh kok Ma," jawab Qia.

"Pengantin baru memang beda, semuanya dilakukan berdua," ujar Sinta.

"Bukannya bantuin malah bikin rusuh," ujar Qia.

"Tenang Qia masakan Farrel enak kok, dia itu dulunya bisa masak walaupun setelah SMA ia gak pernah masak lagi," ujar Laura.

"Iya Bun," ujar Qia.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felrin bull
yah lumayan menarik shi dgn ceritanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status