Share

Bab 33

Bab 33

Bukan Teroris.

“Siapa itu, Kak?” tanya Rendra. Ia menunjuk orang yang duduk dihadapan Artha dengan gerakan satu alis dinaikkan dan bibir sedikit dimonyongkan.

Mereka berempat duduk dibangku taman dengan meja persegi. Duduk saling berhadapan, Rendra berhadapan dengan Ucok dan Artha berhadapan dengan Agha. Masih ada rasa cemas dari raut wajah Artha, tetapi hanya tampak sedikit saja tidak menonjol seperti saat ia keluar dari ruangan Agha.

“Tanya aja langsung ama orangnya. Gak usah dimonyongin itu bibir. Ntar aku cipok biar tahu rasa,” ucap Ucok sembari memajukan badan hendak mencium Rendra.

Bibir Rendra yang tebal dan berwarna merah jambu menggoda untuk dicium apalagi saat ia sedikit memonyongkan bibir. Aduhh gemess. Ditambah lagi dengan alis tebal dan hidung mancungnya. Yakinlah para gadis akan selalu menempel dan enggan untuk menjauh.

“Ihh najis, aku masih normal ya! Gak mau sama pedang, mana enak main pedang-pedangan,” kata Rendra dengan sewot badan ia mundurkan menghindari waj
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status