Share

Chapter 3 Saat Cinta Mulai Kembali

Kita memang tak pernah tahu kapan cinta itu datang dan pergi. Pun tak bisa mengusir atau menjamahnya dengan sesuka hati. Kenyataan pahit yang hampir merenggut nyawa Bagas menjadi tamparan keras. Pandangan Bagas menerobos menerawang jauh, mencoba menelisik kembali apa yang pernah ia alami.

"Kecelakaan maut itu membuat seluruh wajahku rusak parah. Akibatnya aku harus menjalani perawatan di London selama empat bulan lebih. Hanya ada dua pilihan usai kecelakaan itu. Aku bertahan seperti Bagas yang mereka kenal dengan wajah yang tak jelas bentuknya. Atau aku menjalani operasi plastik guna mengobati luka diwajahku, meski aku harus menerima kenyataan jika ternyata operasi plastik ini merubah total seluruh wajahku."

Zee terbelenggu mendengar penjelasan Alvendra.

"Berbulan-bulan aku menyendiri, mencoba beradaptasi dengan wajah baru namun teman-temanku tak percaya jika aku adalah Bagas yang mereka kenal. Sebagian besar mengira jika Bagas telah meninggal atas kecelakaan maut itu. Hanya Papa dan Mamah yang mendampingiku di London. Semua orang terpukul atas kecekakaan itu, kecelakaan yang nyaris melenyapkan nyawaku. Beruntung aku masih diberi kesempatan hidup meski aku harus kehilangan jari kelingking di tangan kiriku. Itulah sebabnya aku mengganti nama panggilanku dengan nama Alvendra. Aku berharap semuanya bisa membuka lembar baru dan mau menerima kehadiranku dengan bentuk fisik yang baru." Jelas Alvendra.

“Lalu siapa yang menyelamatkanmu saat kecelakaan maut itu?” Tanya Pak Dika sambil menggenggam tangan Alvendra.

“Menurut keterangan warga di TKP, aku ditemukan di semak belukar. Kondisi hutan belantara saat itu sangat mencekam terlebih banyak serpihan-serpihan pesawat dan puluhan jenazah yang belum berhasil di evakuasi. Allah masih memberiku kesempatan untuk hidup dan menemui putri Bapak.” Jelas Alvendra sambil memeluk Dika.

"Lalu kenapa kau tak segera menemuiku?" Sambung Zee sambil menghapus isak tangis.

"Aku tak siap jika kau menolakku. Itulah sebabnya selama ini aku hanya mengintai dan mengawasimu, bahkan pernah mengaku sebagai teman Rio saat kau pergoki kami di sebuah restoran" Jelas Alvendra sambil berlutut di hadapan Zee.

"Zee, kini kau sudah mngetahui siapa aku, aku adalah Bagas yang kau kenal. Meski bentuk fisikku telah berubah total namun percayalah tidak ada yang berubah dalam diriku termasuk rasa Cintaku padamu. Sehari sebelum aku kecelakaan, aku telah menyiapkan kejutan untukmu, bahkan aku berniat untuk melamarmu. Namun semuanya sirna akibat kecelakaan melanda diriku." Jelas Alvendra sambil menunjukkan cincin berlian yang sangat cantik. Terlebih jika disematkan di jari kelingking Zee, tentu akan menambah keindahan di wanita cantik itu.

Zee masih menggeleng-gelengkan kepala seolah tak percaya atas keterangan yang disampaikan Alvendra. Bukan karena wajah Alvendra yang tak setampan Bagas, meski Alvendra tergolong tampan, namun selama ini Zee hanyalah gadis desa sang pejuang mimpi, anak buruh tani yang memiliki cita-cita dan impian yang tinggi. Zee masih tertegun dan hanya bisa menatap Alvendra.

"Lalu bagaimana Zee, maukah kau menjadi pendamping hidupku?" Alvendra meneruskan pertanyaannya dengan nada gemetar sementara Zee hanya bisa menatap ayah dan ibunya seolah meminta izin atas permintaan Alvendra.

"Bagaimana Zee, apa kamu bersedia menerima lamaran nak Al? " Tanya Pak Dika mengulangi pertanyaan Alvendra.

Sementara Zee hanya mengangguk pelan seraya memberi tanda bahwa Ia menerima lamaran Alvendra.

"Terima kasih Zee, aku tau kau pasti akan menerimaku. Insya Allah pernikahan kami akan dilaksanakan tiga bulan lagi bu, pak. Sambil menunggu Zee menyelesaikan tugas akhirnya saya akan memepersiapkan segala sesuatunya." Jelas Alvendra penuh semangat.

Semilir angin menerpa wajah Zee, langit-langit malam seolah memberikan siluet pembeda di antara manusia biasa entah apa namanya yang jelas inilah realitanya. Pernikahan yang ia tunggu-tunggu akan segera tiba waktunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status