Share

Chapter 6 Malaikat Kecil Penguat Hati

Kelut kemelut langit yang seolah takut menghadapi kenyataan. Takut menitikkan air hujan. Hanyalah gerimis dan kabut yang berani menyapa pagi ini. Tak ada burung yang berkicau seperti biasanya. Hanyalah hembusan angin dingin yang berani menyapa Zee di bibir pintu.

"Assalamualaikum." Sapa Alvendra di ambang pintu sambil melepaskan sepatunya.

"Waalaikum salam. Alhamdulillah akhirnya kau pulang juga." Zee begitu gembira melihat suaminya sudah kembali setelah semalaman sulit dihubungi.

"Sayang, udah sarapan? aku udah bikinin kamu tongseng loh. Spesial. Makananan kesukaan mu kan?" Ujar Zee sambil memeluk Alvendra.

"Aku masih kenyang. Habis makan bubur ayam tadi sama Rio." Jawab Alvendra singkat.

Rio memang adik Alvendra yang cukup patuh. Kebiasaannya tak berubah yakni membelikan bubur ayam untuk orang satu rumah sebagai menu sarapan favorit keluarga mereka.

Melihat wajah Alvendra yang masih terlihat kesal, Zee semakin bersemangat untuk menunjukan hasil tespack. Sebetulnya Zee berniat memberitahu kabar kehamilannya kemarin. Namun belum selesai Zee menjelaskan Alvendra sudah berhambur pergi.

"Ya udah kalo kamu belum mau sarapan. Gak papa buat nanti aja. By the way aku mau ngomong penting mas." Ujar Zee sambil mengelus pipi Alvendra.

"Ngomong aja kali." Jawab Alvendra cuek sambil memainkan game ponselnya.

"Ini mas." Ujar Zee sambil menunjukkan hasil tespack dengan mata yang berbinar.

"Kamu hamil?" Tanya Alvendra sambil melirik Zee.

"Iya mas, kamu seneng kan?"

"Iya. Alhamdulillah." Jawab Alvendra sambil tersenyum tipis dan kembali bermain game di ponselnya.

Ya Allah, apakah mas Al ga suka kalo aku hamil? Kenapa responnya biasa aja? Gumam Zee dalam hati.

"Mas, kamu pengin anak cewek apa cowok?" Tanya Zee berusaha mencuri perhatian Alvendra.

"Ah, cewek apa cowok sama aja. Yang penting dia gak nyusahin." 

"Mas, kok kamu ngomongnya gitu?" Zee tersentak kaget.

"Biasanya anak kecil bisanya cuma nyusahin doang. Jadi kita ga bisa melakukan ini itu." Jelas Alvendra sambil melotot kesal.

"Mas, anak itu anugrah dan titipan dari Allah. Diluar sana banyak kok orang yang masih belum hamil padahal udah lama menikah." Zee mencoba mengelus pundak Alvendra, berharap bisa memecah suasana.

"Sudah lah Zee, kamu hamil ya hamil aja ga usah mendadak jadi tukang ceramah gitu!hhh" Bentak Al kesal sambil meraih handuk di lemarinya.

"Mas!! Anak ini kelak akan menjadi penyejuk hati kita. Aku percaya itu mas." Bentak Zee. Nampaknya Zee sudah tak mampu menahan emosinya.

"Hey, kamu berani membentakku? Emangnya kamu siapa? Hah?! Mamah orang yang mengandung dan melahirkanku pun tak pernah berkata kasar sepertimu. Ingat ya Zee, kalau kamu macam-macam aku akan...." Ucapan Al terhenti saat mendengar alrm HPnya berbunyi.

"Akan apa mas? Jawab pertanyaanku?"

"Ah, sudahlah... ga penting banget pagi-pagi berantem sama kamu. Buang-buang energi saja." Ucap Alvendra sambil menuju kamar mandi.

"Mas aku mau ke pasar dulu." Ujar Zee sambil mengambil dompet di lacinya. Tentu alasan ke pasar hanyalah sebuah alibi belaka, sekedar untuk menghibur diri dan menahan kesedihannya, menyimpan perih di hatinya. Sementara Alvendra tak peduli dengan itu semua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status