Walaupun dia sudah memikirkan kemungkinan bahwa Ansel akan menanyakan hal itu, tetapi karena Damar meyakinkannya bahwa Ansel tidak akan bertanya yang macam-macam, dia pun menuruti ucapan ayahnya untuk tidak memikirkan hal itu. Seharusnya dia memang tidak terlalu mempercayai ucapan ayahnya itu.“Mahesa. Namanya Mahesa Giandra.” Shanna menjawab asal dengan menyebutkan nama tengah Damar dan nama belakang Adara, asisten pribadi Damar. “Mereka tinggal di Surabaya.”Dalam hati, Shanna merepalkan doa supaya Ansel tidak mencari tahu nama dan tempat tinggal yang baru saja dia sebutkan secara asal. Jika tidak, maka tamatlah riawayatnya kalau Ansel tahu dirinya berbohong.“Maafkan aku, Sel. Aku benar-benar nggak bermaksud untuk memberimu harapan palsu. Sebenarnya aku sendiri nggak tahu kalau baba sudah menjodohkanku. Walaupun sekarang sudah zaman modern dan aku bisa saja menolak, tetapi aku nggak bisa menolaknya. Aku memiliki hutang budi dan n
Shanna menatap Damar yang juga menatapnya dengan tersenyum kecil. Tangannya yang sedikit dingin perlahan menghangat dalam genggaman tangan Damar. “Belum. Tapi aku pasti akan memberitahu mereka,” ucap Damar tenang, berbeda dengan perasaan Shanna yang campur aduk saat ini. “Semoga saja mereka bisa menerima hubungan kalian,” ucap Galang lemah. Shanna berharap apa yang diucapkan Galang bisa menjadi kenyataan. Namun mengingat betapa buruknya hubungan mereka, lebih tepatnya antara dirinya dengan keluarga ayahnya itu, rasanya sangat sulit untuk mendapatkan restu mereka. “Mereka mau menerima atau tidak, merestui atau tidak, aku tidak peduli. Ini hidupku, aku sendiri yang menentukannya. Mereka tidak berhak mengatur kehidupanku.” Untuk sesaat suasana menjadi sedikit berat, tetapi dengan cepat Galang mengubah topik obrolan. Mereka mengobrol santai sesaat sebelum akhirnya Galang pamit pergi karena ada pertemuan yang harus pria itu hadiri. “Kamu ja
Shanna hanya bisa menundukkan pandangannya mendengar kemarahan pamannya. Meski sudah menduga akan terjadi seperti ini, tetap saja perasaan takut merasuki dirinya kala berhadapan dengan kemarahan pamannya.Shanna tersentak ketika tangan besar Damar menggenggam tangannya yang mulai berkeringat dingin. Dia mengangkat kepalanya yang sedikit menunduk dan menatap Damar yang menatap Darian tanpa ada perubahan ekspresi apapun di wajahnya.“Dia memang anakku. Tapi dia anak angkatku. Dan tidak ada larangan ayah angakat menikahi anak angkatnya.” Damar berkata santai, tidak sedikit pun tersulut amarah mendengarkan ucapan Darian.“Dengar, Damar, selama ini, dengan kamu mengangkat dia sebagai anakmu padahal kamu sendiri belum menikah, itu sudah merupakan aib bagi keluarga kita. Keluarga Adipramana. Apalagi sekarang kamu ingin menikahinya? Apa kamu ingin membuat keluarga kita dipermalukan dan ditertawakan oleh orang lain hingga tujuh turunan?” Darian ma
Suasana pesta ulang tahun pernikahan pasangan Galang dan Devara begitu mewah dan elegan.Shanna menatap orang-orang yang di acara itu dengan tatapan malas. Pasalnya dia memang tidak suka dengan keramaian. Sayangnya ini adalah acara sahabat baik ayahnya, sehingga mau tidak mau dia harus bertahan hingga acara selesai.Galang menghampiri meja mereka dengan senyum lebar dan berkata, “Dam, ayo ikut aku sebentar. Aku akan memperkenalkanmu dengan pengusaha real estate yang kubicarakan dua minggu yang lalu kepadamu.”“Sayang, kamu tunggu di sini, ya. Baba pergi sebentar.” Damar berpesan sebelum mengikuti Galang.Shanna hanya bisa mengangguk dan menatap kepergian dua orang itu dengan tatapan malas. Inilah salah satu alasan terbesarnya kenapa dia tidak suka acara pesta. Dirinya akan menjadi orang asing. Sebab semua orang di sekitarnya adalah para pebisnis dan yang mereka bicarakan tidak pernah jauh-jauh dari kata pekerjaan.“Aku dengar Nadia akan bercerai dengan suaminya.”Shanna tidak sengaja
Sebuah mobil berhenti tepat di belakang Shanna yang baru saja membuka pintu pagar rumah. keningnya berkerut dalam ketika mengenali mobil itu adalah milik Diana. Tidak biasanya Diana berkunjung ke rumah mereka di saat tidak ada Damar. Biasanya Diana akan berkunjung pada malam hari atau jika Damar berada di rumah.Firasat buruk tiba-tiba menghampiri Shanna. Dia yakin kedatangan Diana pasti memiliki tujuan yang tidak baik terhadapnya. Dan benar saja. Setelah dirinya mempersilakan Diana masuk, wanita itu tanpa berbasa-basi memintanya untuk meninggalkan Damar.Namun yang menjadi pertanyaan di benak Shanna, kenapa baru sekarang Diana menemuinya? Kenapa tidak lima hari yang lalu, setelah mereka pulang dari kediaman utama Adipramana?“Maaf, Bibi, sayangnya aku nggak bisa mengabulkan keinginan bibi. Terserah bibi ingin merendahkan atau menghinaku seperti apapun yang bibi mau. Aku nggak peduli. Tapi yang jelas, aku nggak akan pernah meninggalkan baba. Lagi pula bukankah baba sudah memutus hubun
Tidak ada maksud Shanna untuk berbohong kepada Damar. Dia hanya tidak ingin menambah beban pikiran pria itu. Shanna tahu Damar juga pasti memiliki banyak pekerjaan di kantornya.Untuk masalah Diana, dia bisa menangani wanita itu seorang diri. Kalaupun tidak bisa, dia bisa meminta bantuan sahabat-sahabatnya.“Tidak apa-apa. Baba hanya takut dia akan menemuimu dan memintamu untuk meninggalkan baba,” ucapan Damar sukses membuat pikiran Shanna kembali mengingat kejadian tadi siang bersama Diana.“Baba tenang aja. Bibi nggak ada datang menemuiku, kok!” Shanna mencoba untuk meyakinkan Damar.“Syukurlah kalau begitu.” Damar terdengar menghela napas pelan. “Soalnya tadi pagi bibimu datang ke kantor baba. Dia masih membahas mengenai hubungan kita. Dia meminta baba mengakhiri hubungan kita yang tentu saja baba tolak dan abaikan. Karena itu baba takut dia akan menemuimu dan melakukan hal yang sama karena baba sudah mengabaikan ucapannya. Kalau bibimu datang menemuimu, beritahu baba, ya.”Lagi-la
Tiga minggu berlalu, tetapi Damar masih belum bisa memberi kepastian kapan pria itu kembali ke Jakarta.Pikiran negatif semakin memenuhi kepala Shanna. Apalagi Damar tidak pernah mau diajak untuk melakukan panggilan video. Alasannya tentu saja karena kesibukan pria itu.“Sial!” maki Shanna kesal. Ditutupnya laptop dengan sedikit kasar.Shanna menghela napas berat. Dia menyandarkan tubuhnya dengan kasar pada sandaran sofa. Matanya terpejam dengan kepala menengadah ke langit-langit rumah.Sudah empat hari ini Shanna tidak bisa konsentrasi mengerjakan skripsinya. Alasannya tentu karena di kepalanya hanya ada Damar, Damar dan Damar.Damar memang benar-benar dapat mengacaukan pikiran Shanna. Seumur hidup, baru kali ini Shanna benar-benar kacau. Penyebabnya hanya satu orang, tidak lain dan tidak bukan adalah Damar Mahesa Adipramana.“Shan,” terdengar suara Adara diikuti suara langkah yang semakin mendekat. Shanna membuka ma
Saat membuka mata, Shanna mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit.“Shan, akhirnya kamu bangun,” ucap Viona senang dengan suara serak.Shanna menatap Viona, dengan suara lirih dan serak dia memanggil, “Vi.”“Iya, Shan, aku di sini.” Viona menggenggam tangan Shanna sementara tangan yang lain menekan tombol di dekat ranjang Shanna. “Mungkin sebentar lagi Neila dan Deva akan datang.”Shanna menghela napas lega ketika dokter datang dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja. Tidak ada luka serius selain kakinya yang mengalami retak ringan pada tulang keringnya. Namun, hal itu tidak terlalu serius dan akan sembuh dalam beberapa minggu. Selebihnya hanya luka gores di hampir seluruh tubuhnya serta memar di kepalanya akibat benturan dengan aspal.Tidak lama setelah dokter pergi dari kamar inapnya, Neila dan Deva datang. Ekspresi khawatir di wajah mereka seketika berubah lega ketika mengetahui bahwa Shanna tidak mengalami luka yang serius.Viona menceritakan apa yang terjadi ketika N