Sesampainya di rumah, Shanna langsung istirahat. Selain karena perintah Damar, Shanna juga tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Tadi dokter memang memintanya untuk lebih banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas berat yang menguras tenaga, sebab kandungannya yang lemah.Saat Shanna bersantai menonton televisi, dia dikejutkan dengan kedatanag Devara yang tiba-tiba. Kekhawatiran tampak jelas di wajah cantik Devara.Shanna mengubah posisis berbaringnya di sofa menjadi duduk kala Devara menghampirinya. “Tante.”“Tadi Damar meneleponku. Dia memberitahuku kalau kamu sakit,” ucap Devara cepat.“Baba?” ulang Shanna.“Iya. Damar bilang kamu sakit karena kecapekan. Dia memintaku untuk tidak mengajakmu bepergian dulu.”Pelipis Shanna berkedut, kesal. Suaminya itu sangat berlebihan.“Tante, aku baik-baik aja. Aku nggak sakit, kok. Aku cuma kecapekan aja. Aku juga sudah periksa ke dokter, nggak ada yang serius.” Shanna berusaha menghibur Devara yang mengkhawatirkan dirinya. “Tante nggak usah de
Damar membantu Shanna duduk di kursi. Kekhawatiran tampak jelas di wajahnya. Pasalnya sudah tiga hari Shanna selalu memuntahkan setiap makanan yang dimakannya.“Kita pergi ke rumah sakit, ya? Kalau kamu terus mengeluarkan makanan yang kamu makan, kamu bisa sakit nanti. Lihat penampilanmu sekarang, kamu kelihatan kuyu,” ucap Damar.“Ya, nanti aku pergi ke rumah sakit sama Kak Ardo,” jawab Shanna patuh. Badannya memang sangat lemas karena hampir tidak ada makanan yang bisa masuk, kecuali buah-buahan.“Bukan nanti, tapi sekarang,” ucap Damar tegas. “Ayo!”Shanna menatap Damar dengan mata sayunya. “Ba, sekarang masih terlalu pagi. Aku janji aku akan periksa ke dokter nanti jam sembilan sama Kak Ardo. Sekarang sudah jam setengah delapan, lebih baik kamu berangkat kerja aja. Bukannya mala tadi kamu bilang kalau pagi ini ada rapat?”“Rapat bisa ditunda, tapi kesehatanmu tidak bisa ditunda. Ayo kita pergi ke dokter sekarang!”Damar takut Shanna tidak akan pergi ke dokter, karena itu dia ingin
Damar mengalihkan pandangannya dari tatapan Shanna. Sebab kalau dia terus menatap wajah memohon istrinya, sudah dipastikan hatinya akan luluh.“Tapi, Sayang, kalau masih ada waktu dua atau tiga hari tidak masalah. Masalahnya adalah besok pagi jadwal keberangkatan kita. Masa kita mau membatalkannya begitu saja?” Damar masih tidak setuju untuk pergi. Dia tidak ingin liburan yang sudah dia rencanakan gagal.“Aku mohon, Ba. Jangan membuatku merasa bersalah lagi,” ucap Shanna dengan suara sedih, kepalanya tertunduk.Damar menghela napas pelan. “Baiklah,” jawabnya pasrah karena tidak kuasa menolak permintaan sang istri. “Sepertinya aku akan sangat sibuk nanti. Bagaimana kalau kamu menyusul Viona dan yang lainnya liburan? Nanti kalau semua urusan sudah selesai, aku akan menyusulmu dan kita pergi berlibur.”“Enggak. Aku nggak akan ke mana-mana. Aku akan di rumah dan menunggumu pulang,” jawab Shanna menolak tegas. “Aku nggak mau bersenang-senang sendirian di saat kamu sibuk kerja. Kita akan pe
Damar pun menjelaskan bahwa sebenarnya akuisisi dua perusahaan itu hanyalah sebuah permainan. Atas usulan Galang, Damar diminta untuk mengumumkan kepada publik bahwa perusahaan orang tua Shanna telah diakuisisi, tetapi sebenarnya tidak. Tidak ada yang tahu masalah ini selain Damar, Galang, dan asisten pribadi orang tua Shanna.Hal itu sengaja dilakukan untuk menjauhkan dari Darian yang ingin menjadikan perusahaan orang tua Shanna menjadi bagian dari Adipramana Group. Sebab meskipun perusahaan orang tua Shanna bukanlah perusahaan besar, tetapi perusahaan itu sangat menjanjikan.“Aku akan secepatnya mengurusnya, memindahnamakan perusahaan itu atas namamu,” ucap Damar mengakhiri penjelasannya. “Karena sejak awal itu memang milikmu.”“Apa maksudmu berkata seperti itu?” tanya Shanna dengan nada tidak suka. “Apa kamu masih menganggapku orang lain dan bukan istrimu?”“Aku tidak bermaksud begitu,” jawab Damar bingung dengan reaksi istrinya. “Sejak awal itu memang hakmu. Dan sudah seharusnya i
Damar menghela napas pelan. Mungkin ini memang saatnya dia terbuka sepenuhnya kepada Shanna. Lagi pula sekarang Shanna sudah dewasa, sudah seharusnya dia tahu kebenarannya.“Enam bulan yang lalu,” jawab Damar.Damar menceritakan kepada Shanna apa yang terjadi enam bulan yang lalu, di mana Darian datang menemuinya di perusahaan. Saat itu Darian meminta Damar menceraikan Shanna dan kembali ke kediaman Adipramana. Jika Damar menolaknya, maka Darian tidak akan segan-segan membuat perhitungan kepada Damar hingga Damar menyerah.Saat itu Damar mengabaikan ucapan Darian. Meski dia sudah memutus hubungan dengan keluarga Adipramana, tetapi Damar memiliki sedikit keyakinan Darian tidak akan melakukan ancamannya itu. Sayangnya penilaian Damar salah. Ternyata Darian benar-benar menepati ucapannya.Awalnya Damar merasa biasa saja ketika ada satu atau dua perusahaan yang hendak bekerja sama dengan Dashan Group tiba-tiba membatalkan pertemuan. Apalagi alasan yang mereka berikan sangat masuk akal. Na
Tangan Shanna menggenggam erat kantong belanjaannya.Hal ini tidak boleh terjadi. Tidak masalah bagi Shanna kalau keluarga pamannya menyakiti dirinya, tapi Shanna tidak akan membiarkan keluarga pamannya menyakiti Damar.Shanna yang hendak melanjutkan langkahnya, kembali terhenti saat mendengar ucapan Galang.“Damar, apa kamu pikir dengan kamu menjadi komisaris di sana, kamu bisa membuat mereka berhenti mengincarmu? Ayolah, Dam. Aku yakin kamu pasti jauh lebih tahu dibandingkan aku mengenai ini. Kak Darian menargetkan Dashan Group supaya kamu berpisah dengan Shanna. Dengan kamu menjadi komisaris di sana, itu tidak akan menghentikan niatnya untuk memisahkan kalian.”Shanna kembali dibuat terkejut dengan fakta yang baru diketahuinya. Jadi tebakannya benar mengenai pamannya yang kini beralih mengincar Damar?“Aku tahu, Lang. Karena itu aku meminta saham Adipramana Group diberikan atas nama Shanna. Jadi, kalau terjadi apa-apa denganku, Shanna yang akan memimpin Adipramana Group.”“Kamu gil