Godaan Malam Pertama
Bunga mondar-mandir didepan meja rias, Ia sudah berada didalam kamar pengantinnya. Kamar itu dihias sedemikian rupa, ada kelopak mawar bertaburan di atas tempat tidur yang ditata dan disusun begitu rapi membentuk lambang hati.Lilin ada di dalam ruangan itu menimbulkan aroma khas terapi yang begitu menenangkan hati, andai saja hari ini ia menikah dengan orang yang disayanginya, mungkin akan berbeda.Suasana ini akan begitu romantis untuk keduanya, namun sayang, gadis itu menikah dengan lelaki yang tak pernah dikenalnya dan tak pernah dibayangkan olehnya.Acara pernikahan telah selesai diadakan, Bunga meminta untuk ke kamar terlebih dahulu dan ia di antar oleh sang Ibu.Bunga begitu gelisah kala Joana mengingatkan tugasnya sebagai seorang Istri. Ia pun mengingat hari ini adalah malam pertamanya,Mengingat akan hal itu malah semakin membuat Bunga gugup dan menggigiti ujung kukunya tanpa sadar.Bunga bukan orang munafik yang tidak mengetahui apa saja yang di lakukan oleh sepasang suami istri di malam pengantin, tapi jika boleh jujur Bunga saat ini benar-benar tidak mau, atau lebih tepat nya ia belum siap sama sekali jika harus melakukan hal itu.Karena tidak ada rasa cinta dan sayang diantara keduanya dia belum siap melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.Apalagi ini semua terjadi dalam jangka waktu yang terlalu mendadak, membuat Bunga sama sekali tidak bisa berfikir jernih.Untuk mengatasi rasa gugupnya, Bunga mencoba menarik napas sebanyak tiga kali. Setelahnya Bunga mulai duduk didepan meja rias.Ia mengambil toner lalu membersihkan wajahnya dari hiasan make up, serta melepas manik-manik yang menghiasi rambutnya.Kemudian Bunga melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk merendam tubuhnya didalam bathtub dengan air hangat.Dia sengaja berendam air hangat agar bisa merilekskan sekujur tubuhnya yang terasa pegal seharian ini.Bunga melepaskan gaun pengantin yang melekat di tubuhnya, dengan sedikit bersusah payah, tapi untunglah gaun itu bisa terlepas sehingga ia tidak harus meminta bantuan pada Alvaro, untuk membantunya melepaskan gaun pengantin.Seperti drama yang sering ia tonton setiap hari, ia gemar sekali menonton drama Korea, ia bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk menonton drama kesukaannya itu.Ketika sedang asik berendam ia menginggat lagi perkataan Alvaro, saat ia selesai mengucap ijab qobul, ia berbicara pada Bunga membisikan ke telinganya.“Meskipun kita menikah bukan atas dasar cinta tapi menurutku pernikahan itu bukan sekedar mainan belaka, aku akan tetap memperlakukanmu layaknya seorang istri, dan melakukan kewajibanku sebagai seorang suami, dan kuharap kau melakukan hal yang sebaliknya.”‘Tidak akan ada perceraian, tidak akan ada perceraian’ Bunga terus saja mengulang kata-kata itu, mencoba mencerna arti dari kalimat itu.Bahkan ia tak menyadari saat pintu kamar mandinya terbuka, karena ia lupa mengunci pintu tersebut.Lalu muncullah sosok Alvaro di depannya dengan balutan handuk melekat di pinggang lelaki itu.Bunga membuka matanya yang terpejam, ia merasa seperti ada yang memperhatikannya saat ini.Ia sontak merasa kaget melotot ke arah Alvaro, yang saat itu sedang berdiri tegap di depan pintu kamar mandi, Alvaro tengah memperhatikan tubuh Bunga dengan tatapan yang sulit di artikan, dan ekspresi yang sulit di mengerti oleh Bunga.‘bodoh! Bagaimana mungkin aku lupa mengunci pintu kamar mandi saat akan masuk,’ batin gadis itu, ia merasa sangat malu.Semburat merah muncul di wajahnya, Bunga meringkuk di dalam bathtub dan sialnya lagi air busa didalam bathtub itu telah habis menyisakan sedikit busa untuk menutupi tubuh polos Bunga.“Sial, dia pria normal pantas saja ia tak berkedip saat melihatku, dasar bodoh! Bodoh!” rutuk gadis itu.Alvaro tertegun melihat pemandangan yang ada di depannya, melihat Bunga dengan tubuh polosnya membuat jiwa lelaki itu meronta ronta, bagaimanapun ia adalah lelaki normal.Alvaro tersadar dari lamunannya kala Bunga menatap kearahnya dengan tajam.“Hem ... Maaf aku tidak tahu jika di dalam ada orang, aku tak mendengar suara air, dan juga pintu kamar mandi yang tidak di kunci,” ucap Alvaro ia berkata dengan suara yang agak serak, serta pandangan matanya yang tidak fokus.Lelaki itu mencoba mengalihkan pandangan matanya dari tubuh polos Bunga yang tidak tertutup busa sabun.“Lalu untuk apa kau berdiri saja disana, cepat keluar, apa kau tidak malu melihatku seperti ini?” tanpa sadar Bunga mengucapkan itu karena untuk menutupi rasa malunya.Tak menunggu waktu lama Alvaro lalu melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi dengan menutup pintu dengan suara keras hinggap menimbulkan bunyi berdebum cukup kencang.‘Apakah dia sedang marah padaku?’ Bunga mencoba menghilangkan fikirannya, dan segera membilas tubuhnya dengan air bersih, ia mengguyur tubuhnya dibawah shower, lalu segera mengenakan handuk.Lagi-lagi dia lupa membawa pakaian ganti saat masuk ke kamar mandi. Ia sempat bingung bagaimana caranya ia keluar, gadis itu masih belum bisa menghilangkan rasa malunya tadi dan sekarang ia melakukan hal bodoh lagi.‘Bunga bodoh, kenapa kau begitu ceroboh.’ Entah sudah berapa kali ia maki dirinya sendiri karena sikapnya hari ini.Akhirnya Bunga membuka pintu kamar mandi sedikit lalu mengintip untuk memastikan bahwa tidak ada orang disana.Gadis itu memberanikan diri keluar dan melihat ke seluruh kamar, memastikan bahwa Alvaro tak ada di kamar itu, kamar yang mulai hari ini resmi di tempati oleh mereka berdua untuk merayakan malam pengantin mereka.Sedangkan Alvaro dia langsung keluar dari kamar itu dan pergi ke kamar Leo. Alvaro memang menyewa dua kamar. Dia sengaja meminta Leo untuk tetap tinggal dengan ya jika sewaktu waktu dirinya membutuhkan bantuan. Seperti halnya saat ini. Tak salah jika dia meminta Leo untuk menemaninya.Alvaro langsung masuk ke dalam kamar yang tak jauh dr kamar pengantinya dia langsung masuk begitu Leo membuka pintu.“Jangan bertanya apapun Leo, atau kamu ku pecat.”Baru saja Leo ingin bersuara namun Alvaro sudah lebih dulu melarang. Lelaki itu langsung nyelonong saja masuk ke kamar mandi.Alvaro kini tengah mengguyur tubuhnya dengan air dingin di kamar mandi, untuk menetralkan tubuhnya dan meredam sesuatu yang telah bangkit dari dalam dirinya.Hasrat lelakinya terpancing kala tanpa sengaja ia melihat lekuk tubuh Bunga yang bisa ia lihat dengan jelas dibawah air tanpa tertutupi busa.Lelaki itu memejamkan kedua matanya, mencoba menghilangkan bayangan tubuh polos Bunga, yang seakan bergentayangan didalam otak ya, pikiran kotor mulai singgah dalam dirinya.Setelah dirasa cukup Alvaro menyudahi acara mandinya, ia segera mengenakan piama tidurnya, lelaki itu lalu berjalan kembali ke arah kamarnyaLelaki itu berfikir bahwa Bunga saat ini sudah tertidur dalam kamar tersebut. Ia langsung masuk kedalam kamar itu.Betapa tertegun nya dia saat melihat Bunga tengah memilih baju di depan lemari, gadis itu masih mengenakan handuk putih yang melilit tubuhnya.Handuk yang panjangnya hanya sebatas pertengahan pahanya saja.Pikiran Alvaro pun kembali mengingat saat Bunga meringkuk di dalam bathtub, dengan susah payah Alvaro mencoba menelan air ludahnya.Saat melihat Bunga sedikit berjinjit mengambil pakaiannya dibagian atas, lagi-lagi mata Alvaro fokus pada kaki jenjang Bunga yang putih mulus tanpa adanya bulu halus.Tatapannya terus menjalar keatas dan melihat ke arah handuk Bunga sedikit terangkat keatas saat Bunga berjinjit tadi.Memperlihatkan paha putih mulusnya yang seakan ingin dielus oleh Alvaro. Ia pun melihat kebagian yang berisi dan bohayMembuat Alvaro membayangkan bagaimana rasanya jika ia meremas kedua pantat itu untuk memperdalam saat ia mulai memasukinya.Fantasi liar lelaki itu mulai semakin parah saat Bunga membungkukkan badannya, mengambil pakaian yang telah jatuh ke bawah.Alvaro hanya dapat meneguk salivanya dengan susah payah, saat melihat handuk Bunga yang terangkat ke atas dan memperlihatkan bagian pantatnya.Posisi Bunga yang membelakangi Alvaro saat ini, membuat lelaki itu dapat melihat bagian inti Bunga yang terlihat dengan jelas, hasratnya sebagai seorang lelaki normal bangkit.Lelaki itu semakin tak terkendali, tapi ia berusaha untuk mengontrol dirinya, agar tidak langsung datang dan menyerang Bunga saat ini juga, karena ia tahu Bunga gadis baik-baik dan ia tahu betul gadis itu belum siap akan pernikahannya.Ia belum menerima sepenuhnya pernikahan mereka, Alvaro pun tak ingin memaksakan kehendak dirinya pada Bunga.Malam pengantinAlvaro mencoba menepis hasratnya mencoba membuyarkan khayalannya, namun pemikiran gilanya berkata lain.Lelaki itu membayangkan bagaimana jika saat ini, dirinya langsung datang mendekat pada Bunga dan menghampiri tubuhnya, memeluk wanita itu dari belakang dengan erat serta memberikan beberapa kecupan ringan.Ia mengecup di area bahu dan lehernya, mungkin dengan meninggalkan beberapa kissmark sebagai bentuk tanda kepemilikan.Lalu kecupannya menjalar ke atas kebagian cuping telinganya bermain-main di daerah itu untuk meninggalkan rasa geli membangkitkan hasrat kewanitaannya.Alvaro membalikkan tubuh Bunga memberi kecupan di seluruh wajahnya, tangan Bunga refleks melingkar di leher Alvaro.Alvaro begitu bersemangat kala mendapat respon dari Bunga, ia lantas mencium bibir ranum Gadis itu yang sedari tadi sudah menggodanya.Lelaki itu melumat dalam bibir ranum Bunga membelit lidahnya semakin dalam dan panas. Tangannya tak tinggal diam , mulai menjalar melepas handuk putih y
Benar saja sesampainya di bawah seluruh keluarga besarnya sudah selesai sarapan pagi.“Maaf Pah, Mah, kami terlambat,” ucap Alvaro seraya menarik kursi, lalu duduk ikut bergabung bersama yang lainnya, di ikuti oleh Bunga disampingnya.“Tidak apa-apa Nak, kami maklum karena kalian pengantin baru, pasti bangunnya akan kesiangan,” ujar Joana melirik ke arah anaknya menggoda Bunga.Bunga tertunduk malu semburat merah muncul di wajahnya, sedang Alvaro hanya tersenyum menanggapi ucapan sang Ibu mertua.Alvaro dan Bunga pun mulai memakan makanan mereka, setelah selesai makan mereka mengobrol bersama.Alvaro meminta izin membawa Bunga untuk pulang ke mansionnya, kedua orang tua Bunga pun memberikan izin padanya walaupun mereka begitu berat melepas Putri semata wayang mereka.Mereka sadar bahwa kelak mereka akan kehilangan Bunga, dan melepas Bunga agar hidup bahagia bersama lelaki yang ia sayangi.Bram meminta agar Bunga dibawa pulang ke kediaman Moonstone, namun Alvaro beralasan ingin mandiri
Sore hari tiba, Bunga masih tidur dengan lelapnya, Alvaro tengah bersiap ia baru saja selesai mandi, di lihatnya gadis itu masih tidur.Alvaro mulai mendekati istrinya memperhatikan wajahnya entah kenapa dia lebih senang jika melihat wajah istrinya sedang tertidur seperti ini.Sedikit ada pergerakan dari Bunga sepertinya ia akan segera bangun, Alvaro lantas berdiri dan mulai menjauh dari ranjang, lelaki itu berpura-pura membenarkan kancing kemejanya.Bunga membuka matanya, kemudian melihat suaminya telah rapi di depan meja rias, gadis itu melihat jam di atas nakas sudah jam 05.00 sore.‘Kenapa aku bisa tidur sepulas ini,’ ucapnya dalam hati.“Cepatlah bangun dan bersiap kita akan turun, apa kau hanya ingin di dalam kamar saja tidak berniat untuk pergi keluar?” Alvaro memasang kancing di lengan bajunya sambil melihat ke arah Bunga yang sedang melamun.Lagi-lagi gadis itu mengabaikan Alvaro ia tak menjawab dan langsung sa
Buru-buru ia menepis pikiran kotornya, belum saatnya ia melakukan itu terhadap Bunga. Ia tak ingin memaksakan kehendaknya, ia akan bersabar menunggu sampai Bunga mau menerimanya.“Maaf, aku tidak tahu kalau kamu selesai mandi,” ucapnya seraya berlalu pergi dan kembali menutup pintu kamarnya.Bunga tertegun, ia tersadar dari lamunannya dia begitu malu saat Alvaro melihat keadaannya yang seperti itu, ia buru-buru memakai baju dan turun kebawah.Alvaro sedang berada di ruang tamu, ia menunggu Bunga, wanita itu pun duduk di sofa sebelah Alvaro.“Aku akan keluar sebentar untuk meeting, kamu tidak apa-apa jika aku tinggal keluar sebentar? Aku tidak akan lama, hanya dua jam saja,” ucap lelaki itu berpamitan sekaligus menjelaskan pada Bunga.Bunga menatap heran ke arahnya, ‘meeting tapi pakai baju santai seperti itu?’ ucapnya dalam hati.Namun ia tak mengutarakannya langsung didepan Alvaro, ia hanya bisa bergumam saja dalam hatinya.Alvaro yang tak mendapat sautan dari Bunga lantas melangkahk
“Kalo gitu aku siapin air panas untukmu ya? Jadi setelah mandi nanti kita bisa langsung makan,” ucap Bunga dia hendak beranjak meninggalkan ruang makan.Baru saja ia melangkah Alvaro mulai berkata, “Jika berbicara padaku lihat kearahku, jangan kau berbicara namun pandanganmu ketempat lain, belajarlah menghargaiku, aku ini suamimu.” Ungkap Alvaro begitu dingin, ia kesal karena Bunga terus terusan berusaha menghindar terlebih lagi saat berbicara padanya gadis itu enggan melihat ke arahnya.Setelah berbicara seperti itu Alvaro langsung meninggalkan Bunga sendirian di ruang makan, Bunga menyesali perbuatannya tak seharusnya ia mengabaikan lelaki itu, biar bagaimanapun Alvaro adalah suaminya,Namun egonya sebagai wanita begitu tinggi, “Kenapa dia harus marah seperti itu, aku sudah memasakkan makanan untuknya, iss ... menyebalkan sekali, sudah ku bilang aku butuh waktu,” gumam wanita itu, ia langsung berjalan menuju kamarnya menyusul Alvaro.Saat memasu
Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan kopi itu. Rasanya masih sama seperti kopi buatan Leo biasanya. Hanya saja rasanya sangat berbeda dengan buatan Bunga tadi pagi. Kopinya tetap sama tapi bagaimana bisa rasanya begitu berbeda? Takaran apa yang digunakan oleh Bunga, kenapa kopi buatannya bisa seenak itu?Pagi ini Bunga dibuat kecewa Alvaro tidak mau memakan masakannya pagi ini, padahal dia sudah terlanjur membuat dua porsi. Karena tidak mau membuang-buang makanan, maka dia pun membawa makanan itu untuk dia makan di kantor siang ini, lagi pula di kantornya juga ada microwave, dia bisa memanaskan bekal makanannya nanti.Bukan tanpa sebab Alvaro tak memakan makanan istrinya, ia ada meeting penting pagi ini, dirinya tak sempat untuk sarapan.Karena ketika pindahan kemarin Bunga tidak membawa mobil dari rumahnya, maka terpaksa hari ini dia menggunakan busway untuk pergi ke kantor. Sebenarnya tidak buruk juga, dia suka menggunakan angkutan umum. Apalagi apartem
Acara makan siang bersama para karyawan di divisi yang sama selalu terasa menyenangkan. Aditia selalu berusaha mencarikan suasana. Selepas makan siang mereka semua kembali ke kantor dan bekerja seperti biasa.Manajemen organisasi pada kantor Moonstone Group memang cukup baik. Lingkungan kerja yang mendukung membuat semua karyawan selalu bersemangat ketika bekerja. Kecuali Bunga dan perasaannya hari ini.“Ada apa?” tanya Nabila ketika melihat mendung menggantung di wajah Bunga.“Hanya merasa sedikit sedih,” jawab Bunga. Dia menarik nafas panjang memundurkan kursi kerjanya.“Sedih? Kenapa lagi? Tadi galau, lalu kesal, sekarang sedih,” seloroh Nabila. Dia memang sengaja membuat reaksi yang lucu. Tidak ingin kesedihan di hati sahabatnya itu bertambah.Bunga hanya menggelengkan kepalanya. Kata-katanya tertahan. Bunga tidak mungkin mengatakan pada Nabila kalau dia sudah menikah. Dia tidak ingin mengatakan itu pada Nabila, setidaknya bukan sekarang.“Tidak apa-apa,” sahut Bunga mencoba menga
Sebenarnya Alvaro merasa gemas melihat Bunga yang masih berdiri dengan wajah geram atas jawaban Alvaro. Bibir Bunga yang dimajukan justru membuat pipinya menjadi chubby sehingga dia tampak semakin manis.“Bunga, sapa suamimu dulu. Cium tangannya dulu, duduk dulu, baru kemudian menyapa,” tegur Satria. Satria memang selalu mengajarkan kesopanan kepada Bunga sejak dulu. Apalagi terhadap suami, tentu Bunga harus bersikap hormat.Tanpa membantah, Bunga segera melakukan semua yang dikatakan ayahnya itu. Dia menyalami Alvaro dan menaruh di depan hidungnya.“Ini, Mama bawakan satu cangkir teh lagi untukmu,” kata Joana sambil memberikan secangkir teh hangat pada Bunga. Alvaro hanya tersenyum menyaksikan semua itu.Kedatangan Alvaro sebenarnya tidak bertujuan buruk, apalagi mengancam seperti yang pernah dia lakukan sebelumnya. Alvaro hanya ingin melakukan penyesuaian diri dengan keluarga Bunga yang sudah resmi menjadi istrinya.Alvaro paham kalau dulu, ketika meminga Bunga menikah dengannya, mu